You Or You -- 23

2.2K 286 61
                                    

"Jadi?" tanya Mei pada akhirnya pada Dinda sembari menggandeng lengan sahabatnya menuju ruangan Rangga Adi Pratama. Keduanya jalan bersisihan dan Rangga mengekor kedua perempuan itu di belakang.

"Kalian jadian ya?" celetuk Mei melihat tampang Rangga yang mendadak tersenyum semringah berjalan di belakang Dinda.

"Nggak!" jawab keduanya serentak kemudian saling memandang.

"Cie cie yang kompakan? Belum lomba agustusan aja udah kompak jawabnya," goda Mei sambil menyunggingkan senyum jahil.

Dinda yang merasa malu kepergok sedang beradu bibir merasa was-was dengan tingkah Mei yang kemungkinan besar, hari-harinya setelah ini akan mendapat godaan dari mulut ember Mei.

Sesampai di dalam, Dinda berjalan menuju sofa panjang yang tersedia di dalam ruangan diikuti Mei. Sedangkan si pemilik sudah bertengger di kursi kebesarannya sambil berpura-pura menatap berkas meskipun senyumnya tidak luntur sedari tadi.

"Ngapain kamu senyum mulu? Kesambet?" tanya Mei sedari tadi melihat gelagat gila sepupunya. Rangga yang sadar jika dirinya yang dimaksud Mei langsung merubah wajahnya serius, sembari tetap menatap berkas di hadapanya.

"Tanya sama aku?" Rangga tak acuh menanggapi cemooh Mei

"Ish sok alim padahal tadi maen sosor anak orang," gerutu Mei kesal.

"Eh itu tadi gak sengaja kok, Mei," bela Dinda yang langsung diangguki Rangga penuh semangat.

"Yah ... gak sengaja, tapi bibir ampek bengkak gitu," tuding Mei sambil menyeringai jahil menggoda sahabatnya. Dinda yang menyadari bibirnya terasa kebas langsung salah tingkah.

"Udah, nggak usah dibahas. Lagian kalo kamu pengen tinggal minta sama Denis " Rangga sengaja menggoda balik Mei sekaligus membela diri. Dinda membelalakkan mata mendengar nama Denis disebut.

"Eh, Denis? Maksudnya kalian...."

"Iya, berkat kamu panas-panasin pakek gosip jadian palsu, Denis nembak aku tadi," jelas Mei terang-terangan.

"Wah ... selamat ya Mei ... duh akhirnya cinta lama kalian kembali bersatu," girang Dinda mengucapkan selamat untuk sahabatnya sambil tangannya meremas tangan Mei.

"Pengenya sih mau marah sama Pak Tama yang udah tega nyebarin info di mana aku sembunyi, tapi berhubung lagi seneng dan dapet tontonan gratis di lift tadi, jadi bisa dimaafkan lah!"

"Lagian kamu pakek ninggal hape di kamarku. Mana tiap detik bunyi mulu. Males telinga ni dengerinnya. Yah terpaksa bocorin aja."

"Tunggu! Kalo hapemu ketinggalan, brati yang angkat telponku malem-malem tu kamu, Ngga?" Rangga yang langsung ditatap penuh selidik oleh Dinda merasa ciut. Pasalnya tatapan Dinda seakan ingin membunuh penuh murka.

"Eh, iya, eh tapi aku gak tahu kamu yang telpon waktu itu soalnya ehm ... aku lagi ... anu-" Rangga garuk-garuk kepala, semakin gelagapan melihat Dinda memicingkan mata menanti penjelasan. Dan Rangga ingat jika ketika HP Mei berbunyi saat malam, pasti saat itu pula Rangga sedang....

"Eh udah sampai? Loh, Din, kok ada di sini? Dalam rangka apa?" Denis yang tiba-tiba masuk membuat Dinda mengalihkan pandangan ke arah Denis. Mei yang mendapati kekasihnya sudah datang buru-buru menghambur memeluknya.

"Kemaren aja nangis-nangis sekarang sok mesra. Keluar sana aku eneg lihat kalian berdua!" kesal Rangga melihat Mei memeluk Denis kemudian dibalasnya dengan mengecup kening gadis itu.

"Emang mau keluar kok tapi sebelumnya mau ucapin thanks dulu, udah percaya sama aku," ucap Denis tulus. Dulu begitu tahu Mei terluka karena sikapnya yang plin plan membuat Rangga berang dan membencinya. Bahkan saat tambuk kekuasaan Abimana di Jakarta yang harusnya dipegang Rangga, begitu saja ditolak karena ia tidak ingin emosinya semakin naik jika bertemu dalam satu gedung yang sama. Namun sialnya karena ada sedikit masalah dengan data keuangan membuat Rangga dengan rela menjalani perannya menyelidiki kasus penggelapan dana perusahaan, karena memang pribadi Rangga belum dikenal sebagai salah satu pewaris Abimana.

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang