You Or You -- 28

1.8K 239 25
                                    

Dinda dan Mei menempuh perjalanan dari Surabaya menuju Jakarta menggunakan jalur udara. Begitu sampai di rumah menjelang siang, keduanya disambut hangat oleh keluarga Dinda. Dina yang memasak tahu dan tempe bacem dengan bangga mempersembahkan hasil masakannya pada teman kakaknya serta seluruh anggota keluarga.

Dengan lahap mereka menikmati jamuan sederhana yang begitu istimewa, terlebih hal itu yang dirasakan Mei melihat keakraban keluarga sahabatnya. Ia membayangkan jika keluarganya bisa seakrab ini.

Pasalnya, papa Mei terlalu sibuk dengan perusahaan hingga jarang sekali waktu makan bersama terjadi di keluarganya. Sekalipun sudah berkumpul menikmati santapan di meja makan, papanya akan tetap fokus pada laptop yang sering disandingkan dengan piring nasi saat kegiatan makan berlangsung. Dan Mei amat membenci hal itu, seakan seluruh waktu hanya untuk bekerja.

"Ayo ke kamar!" ajak Dinda begitu mereka selesai makan. Mei mengangguk kemudian mengikuti Dinda menuju kamar. Sementara Mei berbaring sekadar meluruskan badan karena setengah hari ini harus duduk selama perjalanan, Dinda pamit keluar hendak mengambil rujak/ lotis yang disiapkan ibunya.

♡♡♡

"Jadi benar apa yang Pak Sodik katakan?" tanya Bapak begitu Dinda sedang menuang bumbu rujak ke dalam mangkok. Dinda berbalik menghadap lelaki paruh baya yang amat ia hormati.

"Maksud Bapak?" bingung Dinda. Keduanya duduk di ruang tamu yang di sana tengah menunggu Ibu.

"Pak Sodik bilang kamu mau menolak lamaran Burhan karena kepincut bos kaya," ucap Bapak hati-hati takut menyinggung perasaan anaknya.

"Dari mana Pak Sodik berkesimpulan seperti itu?"

"Ada fotomu disebarkan sama anak buah Pak Sodik." Bapak menghela napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya

"Foto kamu tidur dengan bos kaya di hotel," lirih pria baya itu tanpa melihat ekspresi keterkejutan putri sulungnya.

Dinda menutup mulutnya seakan tak percaya dengan kabar yang membuat dirinya dan keluarga terpukul.

"Bapak percaya Dinda kan?" yakinnya pada kedua orang tuanya yang menunduk pasrah. Ibu hanya diam namun terlihat bulir bening merembes ke pipi, seakan kedua orang tersebut tengah memikul beban teramat berat.

"Bapak dan Ibu selalu percaya sama kamu, Nduk, apalagi Pak Sodik bisa saja mengarang cerita itu. Tapi bukti fotomu menyebar di seluruh kampung membuat kami menjadi bahan olok-olokan," ratap wanita paruh baya yang kini digenggam tangannya oleh Dinda.

"Dinda nggak pernah melakukan perbuatan itu, malah Burhan lah yang berusaha melecehkan Dinda saat di hotel, dan sekarang dia dipenjara." Dinda meyakinkan kedua orang tuanya dengan kenyataan dan berita yang sebenarnya.

Tampak kedua orang tua itu kaget. Dengan cepat sang Ibu meraih putri sulungnya dalam dekapan.

"Tapi kamu ndak apa-apa kan, Nduk?" khawatir Bapak yang diangguki Dinda.

"Bapak yakin kamu nggak neko-neko. Dan masalah Burhan dipenjara memang Bapak baru mendengarnya dari kamu," ucap Bapak.

"Iya, Nduk, Ibu juga nggak tahu masalah Burhan sama kamu gimana. Yang jelas Pak Sodik menyebarkan berita kalau kamu menolak anaknya bahkan foto bukti kamu di hotel dengan bos kaya juga dipajang di kelurahan." Dinda merasa terhina dengan kelakuan Pak Sodik serta anaknya yang dengan kurang ajarnya menyebarkan kebohongan hingga membuat keluarganya menahan malu.

Tanpa mengindahkan teriakan Ibunya yang bertanya hendak ke mana, Dinda berjalan cepat ke arah kamar dan menggandeng Mei yang setengah mengantuk. Mei yang awalnya protes akhirnya menurut. Keduanya berjalan tergesa-gesa menuju kantor kelurahan yang tidak jauh dari rumah.

Benar saja, foto dengan judul berita yang amat penuh dusta tengah tertempel di dinding pengumuman milik kantor kelurahan. Dinda mengeram marah sedangkan Mei langsung mencabut semua foto yang ada.

Foto dirinya saat mengenakan jubah mandi sedang berdiri berhadapan dengan Rangga, foto dirinya sedang berpelukan di depan pintu, saat Rangga mengecup keningnya di dalam mobil, bergandengan tangan di taman Bungkul dan ciuman keduanya saat di dalam lift semua terpasang dengan judul yang 'murahan'.

"Dasar kadal berbisa, nggak bapak nggak anak sama-sama licik!" umpat Mei tidak terima. Dinda mencoba berpikir bagaimana bisa seseorang mendapatkan foto-foto tersebut jika orang itu memang berada dekat dengannya. Dan pilihan tersangka hanya jatuh pada Burhan. Terlebih tindakanmya di kamar waktu itu juga memaki Dinda dengan lebel 'perempuan murahan'.

"Udah, Mei, nggak usah teriak-teriak. Sepertinya ini perbuatan Burhan?" simpul Dinda yang langsung diangguki Mei.

"Dan ternyata kabar pelecehan Burhan pada kita dan sekarang dipenjara belum tersebar di kampung ini." Ada rona keterkejutan dari wajah Mei namun selanjutnya gadis itu tersenyum penuh arti.

"Jika mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi, Pak Sodik akan menerima rasa malunya yang dahsyat!" pekik Mei girang.

------------------------



You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang