You Or You -- 9

664 111 6
                                    

"Bukankah aku bilang nanti? Masih ada 'dia' di sana!" geram Rangga mendapati seorang laki-laki paruh baya yang tiba-tiba menemuinya sore ini.

"Dan jangan pernah memaksaku!" ancamnya lagi hingga membuat laki-laki setengah baya itu pergi meninggalkan Rangga yang masih duduk di teras. Emosinya seakan belum reda karena kedatangan orang tersebut.

Dilihatnya mobil yang dikendarai laki-laki tadi, melesat meninggalkan halaman rumah kontrakan dengan tajam. Selang beberapa saat kemudian mobil lain datang dan berhenti di halaman sebelah rumahnya. Tampak Dinda tengah keluar dari mobil tersebut dengan bantuan Denis yang membukakan pintu.

Selalu seperti itu.

Gumam Rangga saat melihat Dinda melambai pada sosok Denis dan mobilnya. Senyum secerah mentari tersungging di bibir mungil milik Dinda yang sempat dicecap oleh Rangga hingga membuat laki-laki, berseragam Office Boy itu begitu tergoda untuk merasakan kembali. Meskipun ia tak yakin Dinda merasakan sebaliknya.

"Pacarmu?" Pertanyaan Rangga dari teras rumah menghentikan langkah dan senyum Dinda seketika.

"Bukan urusanmu," sahut Dinda hanya sekali menoleh, selepas itu ia segera mencari kunci di dalam tas agar segera masuk dan bebas dari pertengkaran sengit dengan tetangga kontrakan.

"Lumayan juga seleramu. Mobil mewah, tampang oke, baju mahal," lanjut Rangga membuat emosi Dinda seakan tersulut. Kunci yang dicarinya belum juga ketemu, membuatnya semakin frustrasi.

"Kasihan, pacar gedongan tapi masih ngontrak di tempat kecil kayak gini. Apa apartemennya kurang mewah?"
Dinda semakin menggeram tertahan dengan ocehan Rangga yang seakan menuduhnya wanita penggila harta.

"Huh! " lega Dinda karena menemukan kuncinya. Segera ia masukkan agar pintu rumah segera terbuka.

"Enak mana ciumanku sama dia?" Pertanyaan Rangga yang begitu saja, sontak membuat Dinda yang hendak melangkahkan kaki saat pintu telah terbuka langsung menoleh ke arah Rangga berdiri sambil menyedekapkan kedua tangan di dada.

Tatapan tajam Dinda seakan ingin menguliti Rangga hidup-hidup.

"Diem kamu! Jangan sok ngurusin orang lain kalo nggak tau apa-apa!"

"Owh. Slow down, Baby!" Rangga seakan tahu Dinda tengah marah besar dengan segala ocehanmya. Rangga tahu itu terlihat dari raut wajah serta tatapan mematikan Dinda padanya. Namun Rangga begitu ingin menggoda emosi gadis itu.

Masih dengan wajah merah padam karena tuduhan Rangga yang begitu menyesakkan dada, membuat Dinda segera mengambil air minum meredakan amarah yang sempat tersulut barusan.

Aku memang orang miskin
Tapi bukan kaum matrealistis.
Apa salah jika berteman dengan kaum borjuis seperti Denis?

Meneguk dengan tergesa-gesa segelas air putih seraya melempar dengan kasar tas kerjanya di meja.

♡♡♡

"........"

"Nggeh, Bu ... Dinda sae mawon."
(Ya, Bu Dinda baik-baik saja)

"........"

"Pun mboten usah kuatir. Lek wonten rejeki mangken Dinda kirim dateng rekening e Adek."
(Sudah tidak usah khawatir. Nanti kakau ada rejeki Dinda kirim ke rekening Adek)

"........."

"Dinda nyambut damel riyen dereng mikir ngantos mriku."
(Dinda kerja saja tidak mau memikirkan sampai hal itu)

"........"

"Nggeh. Waalikumsalam"

Klik.

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang