You Or You -- 13

657 97 11
                                    

Rangga membaca sebuah pesan yang dikirimkan seseorang kepadanya. Tanganya mencengkeram erat, menahan emosi seakan ingin meremukkan handphone miliknya. Dibantingnya kemudian hingga berhamburan ke lantai, terpisahlan bagian baterai dan badan ponsel.

Dasar busuk!

Geram Rangga memaki. Diraihnya kunci motor yang ia selipkan di saku seragam OB. Mengendarai motor dengan tergesa tanpa peduli rambu lalu lintas yang mengaharuskannya berhenti beberapa kali. Pikirannya sudah diliputi amarah, tak kenal kompromi.

Laju motornya berhenti di sebuah kafe. Dengan langkah memburu ia masuk mencari sosok yang membuatnya secepat mungkin meremukkan seluruh bagian tubuhnya. Dan sosok itu tengah duduk menatap jalanan sore hari kota Jakarta dari balik kaca.

"Apa maumu!" ucap Rangga dingin.

"Dia kembali," kata lelaki itu tanpa mengalihkan pandangannya dari hiburan rutinitas jalan raya.

"Lalu?"

"Duduklah dulu, Dude. Kamu pasti mengebut ke sini."

Meski dengan berat hati, Rangga tetap menarik kursi berhadapan dengan si lelaki.

"Jangan dekati dia!" perintah Rangga yang dijawab kekehan si lelaki.

"Lihat saja nanti."

"Bukankah kamu sendiri yang meninggalkan dirinya?" tanya Rangga mengejek.

"Kamu tak tahu apa-apa. Jangan berlagak seolah kamu tahu segalanya."

"Enyah dari hidupnya, jika kamu masih ingin melihatnya bahagia!" ancam Rangga.

"Sudah kubilang lihat saja nanti."

Persetan dengan pertemuan menyebalkan ini. Lihat saja jika kamu masih mendekatinya. Kupastikan kamu akan berhadapan langsung denganku.

Batin Rangga seakan bersumpah pada seseorang yang telah tersakiti oleh lelaki di hadapanya.

"Kau lupa kita ini sahabat?"

"Sepertinya aku lupa siapa sahabatku," ketus Rangga.

"Hemm," gumam si lelaki ber-tahi lalat di belakang telinganya.

"Jangan peduli lagi padanya atau kau memilih melawanku!" ancam Rangga kemudian pergi meninggalkan si lelaki sendiri.

Melajukan motornya lebih tenang meski perasaanya was-was. Kembali ke kantor tempatnya bekerja, mengambil ponsel yang beserakan setelah insiden kegagalan mengendalikan emosi beberapa waktu lalu.
Dicarinya nama seseorang dan mendial dengan cepat. Ponsel layar hitam putih itu memang tahan banting.

"Hallo?"

"Ya, Ngga."

"Kamu bertemu dengannya? Tenang saja kamu aman bersamaku, Baby."

Klik.

♡♡♡

Denis merasa aneh dengan sikap Dinda beberapa hari yang lalu, pasalnya ia tak banyak bicara ataupun menanggapi apa pun yang ia utarakan. Terlebih saat makan malam di rumah Adel, sikap Dinda semakin aneh. Pandanganya seakan kosong. Bahkan sampai di rumah pun ia terlihat diam tidak mengucapkan sepatah kata pun pada Denis.

Begitu penasarannya, Denis pun mendatangi sekolah tempat Dinda mengajar. Satu jam dari sekarang adalah waktu di mana Dinda pulang.

Segera ia ambil kunci mobilnya dan bergegas menuju sekolah Dinda. Beruntung ia baru saja selesai meeting.

Sesampai di sekolah Dinda, tampak beberapa siswa tengah dijemput orang tua masing-masing. Ia berjalan memasuki gerbang. Ada Adel dan Rasya yang sedang berjalan menuju mobil milik keluarga Rasya. Tak dihiraukan keberadaan Adel karena tujuan Denis datang adalah menemui Dinda. Setelah menunggu di bawah pohon di samping pagar sekolah, akhirnya ia melihat Dinda sedang berjalan keluar sendirian menuju gerbang.

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang