You Or You -- 31

2.1K 223 26
                                    

Semua mata tertuju ke arah Dinda saat ini. Wajahnya yang biasanya hanya berbalut bedak tipis kini disulap dengan make up minimalis yang terkesan natural namun membuat wajahnya semakin ayu.

Perempuan itu tengah berjalan digandeng oleh ibunya memasuki masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Berjalan menghampiri seseorang yang tengah duduk bersila berhadapan dengan Pak Surya dan juga penghulu.

Akad nikah berlangsung khidmat dihadiri warga kampung. Rangga yang masih duduk bersila menatap wajah istrinya yang semakin mendekat tidak dapat mengedipkan matanya barang sejenak, takut kehilangan keindahan milik kekasihnya, istrinya, belahan jiwanya.

Dinda duduk di samping suaminya, menandatangani berkas pernikahan juga buku nikah. Kemudian mencium tangan suaminya dibalas dengan kecupan pada keningnya. Semua mata menatap bahagia pada pasangan yang baru saja menyandang gelar suami istri.

Ratih mencium kedua pipi menantunya bahkan Tania pun melakukan hal yang sama pada kakak ipar yang dulu berstatus sebagai guru les privatnya.

Usai akad nikah, seluruh tamu pulang ke kediaman masing-masing sedangkan keluarga Surya kembali sibuk di rumah mempersiapkan resepsi nanti malam. Pernikahan sederhana sesuai permintaan keluarga Dinda.

***

"Sayang, malem pertamanya dimajukan yuk!" pinta Rangga manja pada istrinya yang kini sudah mengganti kebaya putihnya dengan baju rumahan karena acara masih nanti malam.

"Ih nggak mau, ntar aku kesakitan pas nerima tamu." Rangga merengut kesal dengan penolakan istrinya. Dihampiri perempuan yang duduk di depan meja rias sambil menyisir rambutnya yang basah.

Tangan Rangga melingkar di leher Dinda dengan sedikit menundukkan tubuh, menempelkan bibirnya ke pipi istrinya sambil sesekali dikecupinya.

"Akhirnya kita nikah juga ya, padahal aku sempet khawatir waktu kamu bilang nggak mau sama aku," ucap Rangga perlahan.

Dinda menghentikan kegiatannya menyisir rambut. Ditolehkan wajahnya tepat menghadap wajah suaminya yang berada menempel di pipi. Dikecupnya tepat di bibir suaminya lembut, perlahan kemudian ia tersenyum.

"Bukanya kamu udah denger lanjutan kalimatku?" Rangga semakin mengeratkan pelukanya.

"Iya sayang, aku masih inget kok tapi sebelumnya kamu udah berhasil bikin aku hampir patah hati."

"Maaf Pak, Bu, Dinda tidak bisa jika harus menolak lamaran laki-laki ini," ulang Dinda menirukan kalimatnya saat Rangga melamar di depan orang tuanya beberapa minggu yang lalu.

Gemas dengan tingkah istrinya, Rangga mengangkat tubuh Dinda yang sempat memekik kaget. Dibaringkan tubuh istri yang baru satu jam lalu resmi ia nikahi dihadapan hukum negara dan agama.

***

Mengurung tubuh Dinda dengan kedua tangannya sebagai penyangga. Keduanya saling menatap ke dalam manik mata  yang kini sudah memancar gairah. Perlahan bibir keduanya menyatu, mencecap perlahan rasa bibir yang begitu memabukkan. Lidah keduanya mulai bermain saling mengait, menjelajah, dan membelai.

Napas keduanya tersenggal namun tidak menghentikan apa pun bahkan kini bibir Rangga mulai menyusuri leher istrinya, menggigit perlahan meninggalkan bekas. Tangan kanannya melesat masuk di balik baju istrinya, mencari benda kenyal yang masih terbungkus penutup cekung. Ditariknya dengan kasar kemudian lidah Rangga mencicipi ujung yang menonjol berwarna pink. Mencuat seakan ingin segera dilumat.

Lenguhan Dinda terdengar semakin kencang begitu benda menonjol itu dimainkan. Rangga bangkit duduk kemudian melucuti kain yang menempel di tubuh istrinya. Sampai pada bagian bawah yang masih tersisa segitiga berwarna merah, Dinda mencekal tangan suaminya. Masih dengan napas terengah-engah Dinda menggelengkan kepalanya pertanda ketidak bolehan.

"Jangan, Ngga, aku ... aku lagi tanggal merah," kata Dinda sambil melihat ekspresi suaminya yang terlihat kecewa.

"Yah, kenapa nggak bilang daritadi?" Rangga turun dari ranjang dengan kesal. Keluar dari kamar untuk segera menuju kamar mandi, menurunkan yang sudah di ubun-ubun dengan mandi. Dinda yang menatap suaminya keluar dengan wajah kesal dan kecewa, malah tertawa.

Namun dalam hati Dinda bersyukur karena sejak benda keras yang bergesekan dengan perutnya semakin terasa membesar membuatnya mengingat kejadian sewaktu handuk Rangga melorot dan ia sempat melihat bentuk dan ukuranya. Lalu bagaimana sekarang jika dalam keadaan mengeras dan menggembung akan memasuki dirinya saat ini atau malam ini? Membayangkan hal itu Dinda semakin bergidik ngeri.

***

Baju dodot khas Jogja yang menampilkan dada bidang Rangga, membuat mata para tamu undangan terutama kaum hawa sempat tak berkedip. Wajar memang karena Rangga begitu gagah dengan baju dodot yang hanya mengenakan lilitan selendang batik sehingga memamerkan dada serta punggungnya. Dinda pun begitu, mengekspose kecantikan bak putri keraton dengan sanggul berhias cunduk mentul, paes hitam di dahi dengan pinggiran warna emas yang berarti tanda kedewasaan wanita Jogja serta bunga melati yang menjuntai menambah kesan tradisional dan elegan.

Resepsi dihadiri seluruh warga kampung tanpa membedakan status. Halaman rumah keluarga Surya dipenuhi tamu undangan yang ikut memanjatkan doa untuk kedua mempelai.

Denis dan Mei yang menjadi penerima tamu pun tampak menawan dengan balutan baju adat. Senyum terukir dari semua orang yang hadir seakan ikut merasakan aura kebahagiaan.

♡♡♡

Di sudut kota Surabaya, tampak Pak Sodik tengah duduk berhadapan dengan anaknya di ruangan khusus menjenguk.

"Lalu Bapak milih mana?" tanya Burhan setelah bapaknya menceritakan tawaran dari Pratama, bos perusahaan tempat anaknya bekerja.

"Gara-gara kamu Bapak nanggung rugi! Dasar anak nggak tau diuntung!" kesal Burhan sambil mengepalkan tangannya. Burhan yang berada di hadapanya hanya menunduk malu dengan tingkahnya.

Ia menyesal mengapa dengan mudah ia menerima tawaran salah satu Manager perusahaan Abimana Jakarta untuk menilap uang perusahaan yang dikendalikan olehnya. Dan sekarang saat semua terbongkar, ia ikut menjadi tersangka. Selain itu ia merutuki kebodohannya yang dengan mudahnya mengikuti pesta kecil-kecilan yang sering diadakan Pratama di ruangan miliknya bersama beberapa Manager lain. Sialnya dirinya tidak bisa menolak karena si bos selalu menyediakan para perempuan seksi. Terang saja setelah alkohol merasuki kesadaran, para wanita tersebut akan berlomba mengorek informasi dalam situasi mabuk dan bergairah.

Burhan tidak begitu memperhatikan jika setelah berbincang ringan, bosnya akan pergi meninggalkan beberapa manager bersama para wanita. Para manager yang berada dalam satu ruangan itu sama-sama menjadi tersangka.

"Terpaksa Bapak menghapus hutang Surya yang anaknya mau kamu perkosa dan sialnya seluruh warga sudah tahu kabar itu!" Burhan tampak terkejut, bagaimana mungkin warga kampungnya bisa tahu kabar kriminalnya padahal Pratama sudah berjanji akan merahasikan kasus ini.

"Anak Surya dan teman perempuanya menyebar foto kelakuanmu. Bapak malu, semua warga demo di depan rumah nyuruh Bapak minta maaf sama keluarga Surya."

"Lalu kampanyenya?" tanya Burhan hati-hati.

"Batal!" Tanpa menunggu lama Pak Sodik berdiri dan meninggalkan ruangan menjenguk meskipun masih ada sisa waktu.

Burhan tidak habis pikir betapa bodoh dan sialnya ia telah berhadapan dengan orang-orang yang berada di sekitar Pratama, bosnya. Dinda yang digadang akan menjadi calon istrinya adalah pacar bosnya yang sekarang tengah melangsungkan pernikahan. Teman Dinda yang hampir ia celakai saat menolong Dinda ternyata sepupu bosnya dan ia juga yang dengan berani menyebar foto perbuatannya di hotel.

Kini ia hanya pasrah menerima hukuman yang memang seharusnya ia jalani.

---------------------------

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang