Epilog

2.5K 245 44
                                    

Sudah tiga bulan berlalu sejak akad nikah terucap dari bibir
Rangga, akhir bulan ini tepat minggu ketiga kehamilan Dinda.

Setelah resepsi pernikahan di Jogja yang berakhir dengan
kegagalan malam pertama, resepsi kedua diadakan di Jakarta. Tepatnya di salah satu hotel berbintang mengingat tamu undangan dari keluarga Abimana cukup besar dan tamu yang lebih banyak. Malamnya, Rangga langsung berbuka setelah puasa seminggu yang amat
menyiksa batin. Bahkan Dinda sampai kewalahan menerima gairah suaminya yang terasa semakin menggila.

Maklum saja, selama seminggu suaminya hanya puas dengan kecupan, pelukan atau
sebatas meraba jika tidak ingin berakhir di kamar mandi
dengan guyuran air dingin di malam hari.

"Mas, nanti pulang kerja temenin aku belanja bulanan
ya?" pinta Dinda saat mengantar suaminya ke depan pintu
rumah barunya. Rumah yang sudah dipersiapkan Rangga sejak
menerima tawaran ayahnya menyelidiki kasus korupsi dengan menyamar menjadi OB.

Setidaknya dengan memiliki rumah sendiri, penyamarannya akan semakin kuat kalau dia bukan berasal dari kalangan Abimana. Namun setelah dipikir kembali, seorang OB tidak mungkin memiliki rumah mewah, alhasil ia menyewa rumah kontrakan yang tidak jauh dari kantor untuk menguatkan penyamarannya. Rumah kontrakan yang pada
akhirnya mempertemukan dirinya dengan istrinya sekarang.

Rumah tersebut langsung ditempati Rangga dan
Dinda meski masih kosong pada awalnya, namun sekarang
rumah itu sudah penuh dengan berbagai perabot hasil pilihan keduanya. Beruntung pula mereka memiliki
tetangga yang selalu siap membantu. Rupanya, sama-sama penghuni baru.

Ya, keluarga Aldari dan Maharani memang amat ringan
tangan. Dinda pun senang mendapat tetangga baru yang sama- sama tengah hamil namun usia kandungan tetangganya sudah memasuki tri semester kedua akhir.

"Iya, Sayang, nanti aku temenin. Tapi jatah entar malem dobel ya?" Mendengar hal itu, Dinda langsung mencubit perut
suaminya yang tak mau rugi, padahal usia kandunganya masih rentan.

Setelah mencium tangan suaminya kemudian dibalas
dengan kecupan di kening, Dinda melambai mengantar
kepergian mobil Rangga yang semakin menjauh.
Setelah mobil Rangga tidak tampak, Dinda segera
bersiap menuju ke sekolah. Meskipun sudah menikah namun
Dinda tetap ingin mengajar di TK dengan syarat khusus dari
Rangga, yakni pulang pergi harus dengan sopir pribadi. Selain
agar tidak berdesakan di bus seperti dulu juga karena Dinda
tengah hamil, membuat Rangga lebih protektif.

Rangga kini mengambil alih perusahaan pusat di Jakarta,
sedangkan Denis beralih ke Surabaya ditemani Mei yang
sekarang menjadi pengajar salah satu sekolah luar biasa di
Surabaya. Keduanya akan mengikuti jejak sahabat dan
sepupunya dua bulan lagi. Mei bahagia dengan keputusannya
tinggal di Surabaya. Karena baginya kota itu memiliki
kenangan tersendiri baginya. Dan keinginannya mengajar
selalu didukung oleh Denis, calon suaminya.

*****

"Mas?" panggil Dinda begitu keduanya tengah bergelung di dalam selimut setelah kegiatan rutin malam yang memacu keringat selalu bercucuran.

"Hem," gumam Rangga yang semakin mengusap puncak kepala isatrinya dengan lembut.

"Bacakan lagi surat yang kamu berikan dulu." Rangga yang mendengarnya seakan mengingat bagaimana galaunya ia saat menulis surat tersebut. Surat pernyataan cinta sekaligus salam perpisahan karena tugasnya membongkar kasus perusahaan di Surabaya harua segera ia tuntaskan dan tidak dapat memastikan kapan akan kembali menemui pencuri hatinya untuk mengungkapkan perasaan.

Dengan lamat-lamat Rangga mengucapkan isi suratnya dulu. Dinda yang tengah menyandarkan kepala di penyangga dipan mendengarkan dengan haru. Meskipun sudah lama, tapi ia tetap akan tersentuh dengan kemanisan surat suaminya

Hai,

Ini aku

Hanya lelaki rapuh yang tiba-tiba mengenalmu dalam amarah dan kekesalan.

Lelaki biasa yang merasa begitu luar biasa saat waktunya dihabiskan bersamamu.

Teman yang pada akhirnya kau akui dengan segala pertimbangan bahwa aku memang layak menjadi bagian suka dukamu.

Tapi, bolehkah aku berharap sesuatu?

Menjadikanmu satu-satunya perempuan yang layak menjadi ratu di hatiku.

Mencoba merangkai masa depan yang tidak tahu apa yang akan menghadang nantinya denganmu.

Menggenggam erat tanganmu untuk melangkah pada janji suci dengan penuh keyakinan jika takdir mengizinkan.

Tahukah kamu Din,

Aku jatuh cinta padamu!

Sejak tatap kekesalanmu memandang sosokku tajam.

Sejak takdir mempertemukan kita menjadi tetangga.

Sejak setiap kesempatan selalu ingin berada di dekatmu.

Mengusap peluh, menghapus air mata, merengkuh dalam peluk bahkan menyandarkan bebanmu pada pundaku.

Aku mencintaimu, Din.

Meski terlalu cepat mungkin bagimu, tapi aku sungguh-sungguh. Cobalah rasakan detak jantung ini yang begitu cepat melebihi kebiasaan hanya saat berada di sampingmu.

Jangan tanyakan mengapa, karena tidak semua hal butuh alasan seperti halnya tidak semua pertanyaan butuh jawaban.

Aku mencintaimu, sungguh.
Meski tidak ada balasan setimpal untuk perasaanku pada akhirnya.

Kumohon jangan ragukan cintaku karena kadarnya semakin bertambah seiring berjalannya waktu dan aku tak sanggup mengenyahkannya barang sedikit pun.

Tapi

Aku harus pergi!

Dari sisimu, dari sisi orang-orang yang menyayangiku.

Hanya sementara waktu.

Sebentar saja dan kuharap kau sabar menantiku.
Karena aku pun tak tahu sampai kapan.

Berjanjilah padaku, Din,

Bahwa kau akan tetap menungguku menyatakan perasaan.

Memberiku kesempatan membuktikan bahwa

Aku tulus mencintaimu dan semoga kau pun begitu

Dinda,

Bolehkah saat aku kembali atau ketika kita bertemu lagi, izinkan aku menjadi orang terakhir yang mengatakan

"Menikahlah denganku..."

Agar hanya aku yang menjadi pelabuhan terakhirmu.
Berdua menapaki takdir dalam ikatan pernikahan.

Selamanya....

Yang Mencintaimu selalu,
Rangga

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang