You Or You -- 27

2.3K 278 20
                                    

"Sayang, mana lagi yang sakit?" tanya Rangga begitu keduanya sudah berada di apartemen miliknya. Dinda kini terbaring di kamar milik Rangga. Mei yang masuk ke dalam kamar sambil membawa minuman hangat hanya geleng-geleng kepala melihat tingkat kekhawatiran sepupunya yang berlebihan. Padahal Dinda sudah aman, hanya saja masih kesusahan makan bubur yang ia suapi.

"Haduh, Ngga, orang bibirnya masih sakit kamu tanyain mulu 'mana yang sakit'? Dia mau jawab juga sakit, dodol!" kesal Mei pada Rangga yang sedari tadi hanya kalimat itu saja yang dilontarkan pada Dinda yang meringis menahan sakit akibat goresan  sendok pada bibirnya saat Rangga menyuapi bubur.

"Aku khawatir, Mei. Udah ah keluar sana aku mau nemenin Dinda istirahat," bela Rangga tak mau kalah. Dinda yang menyaksikan kedua saudara tersebut akhirnya menyunggingkan senyum pertama kali setelah tangisnya yang pilu.

"Nggak usah modus! Sono tidur sama Denis biar Dinda sama aku di sini. Kita musti antipati dari serangan macan lapar macam kalian berdua," jelas Mei berapi-api. Rangga terpengarah mendengarnya.

Antipati.

Macan lapar.

Dan itu ditujukan untuknya dan Denis, yang mana mereka berdualah pahlawan bagi mereka saat ini.

Masih dengan menggerutu, Rangga dengan pasrah keluar kamar namun sebelumnya ia sempatkan mengecup kening Dinda sembari mengucapkan selamat beristirahat dengan mesra.

                       ♡♡♡

"Dan pada akhirnya kamu tetap menerimanya meskipun sudah tahu gimana perlakuanya sama kamu, eh sama kita tadi?" simpul Mei begitu Dinda selesai menceritakan persoalan ekonomi keluarga, lamaran Burhan dan kebinggungannya dengan pilihan yang harus diambil setelah ini.

"Nggak tahu juga Mei, aku belum kenal dia luar dalem mana tahu kalo bakalan ada kejadian kayak gini," bela Dinda lirih dan hati-hati sambil menahan perih yang sekarang sudah lebih baik karena efek obat penghilang nyeri sudah bereaksi. Keduanya kini bersender pada bantal di ranjang  milik Rangga. Selimut tebal membalut kaki hingga perut keduanya karena AC kamar Rangga yang disetel terlampau dingin.

"Mending dipikir lagi deh, lagian Rangga udah siap juga kalo nikahin kamu biar Burhan mundur."

"Jangan bilang Rangga ya Mei, please. Aku nggak mau ntar imbasnya ke keluargaku kalo menyangkut Burhan," pinta Dinda memohon. Ia berpikir jika Rangga mengetahui permasalahannya dengan keluarga Burhan kemudian Burhan dipecat, bisa-bisa Pak Sodik menyebarkan cerita yang aneh-aneh. Dan intinya adalah gosip murahan itu akan mencoreng nama baik keluarganya di rumah. Sudah dipastikan otak licik keluarga itu kadang tidak bisa diprediksi.

"Kamu nggak percaya sama Rangga? Dia cinta mati sama kamu, dan kamu juga gitu kan? Lagian buat apa nerima Burhan kalau orang bejat itu akan segera mendekam di penjara!" Emosi juga Mei mengingat perlakuan menyeramkan saat berhadapan dengan Burhan tadi.

"Aku, cuma nggak mau jadi beban buat dia. Aku cinta tapi nggak tega menyeretnya dalam masalah keluargaku." Mendengar itu Mei hanya menghela napas pasrah. Sahabatnya ini benar-benar tidak ingin menjadi beban untuk orang lain.

"Ya udah, dibahas besok aja deh aku ngantuk!" Mei membenarkan posisinya yang semula duduk bersender kini sudah terlentang.  Ditariknya selimut menutupi seluruh badannya. Dinda yang melihatnya pun ikut membaringkan badan. Tidur adalah hal yang tepat saat ini. Jam sudah menunjukkan tengah malam, badan pun terlalu lelah jika dipaksa terjaga.

                        ♡♡♡

Rangga menutup pintu kamarnya yang sedang digunakan Mei dan Dinda untuk beristirahat. Sedari tadi ia berdiri di sana. Awalnya hanya ingin melihat kondisi gadisnya karena begitu khawatir tak ingin meninggalkan barang sejenak, namun atas usiran Mei ia pun keluar. Dan diam-diam ia mendengarkan semua cerita yang dibeberkan gadis yang mencuri hatinya itu kepada sepupunya. Dari awal hingga saat ini ia tengah meringkuk dalam selimut.

Tangannya mengepal menahan emosi bagaimana sadisnya keluarga salah seorang karyawannya tega membuat hidup Dinda dan keluarganya hancur. Rangga berjanji, ia akan membuat perhitungan yang amat mencengangkan. Bahkan jika itu terjadi, dirasanya belum sepadan dengan perlakuannya pada Dinda.

Rangga berbalik kemudian berjalan ke arah Denis yang tengah sibuk dengan laptop, mengecek perkembangan Abimana grup Jakarta melalui email dari Karin, kakaknya.

"Ada yang harus aku urus, dan aku butuh bantuanmu," ucap Rangga seraya mengambil duduk di seberang Denis.

"Hem, aku selalu siap. Dan itu pun jika Karin dengan rela menggantikanku di Jakarta." Senyum keduanya kembali terukir tipis.

                      ♡♡♡

Polisi sudah menangani kasus Burhan atas tindak
Penganiayaan dan pelecehan. Semua diurus oleh Rangga dan Denis yang kebetulan mempunyai teman salah satu anggota kepolisian.

"Bagaimana perkembangan kasus kita?" tanya Denis begitu keduanya keluar dari kantor polisi.

"Sudah beres, aku sudah menyelidiki gerak-geriknya selama menjadi OB. Dan benar dugaanku, memang dia yang mengendalikan para penguras uang perusahaan di setiap kantor cabang. Mungkin karena selama ini ia punya jabatan tinggi, dengan mudah mendapatkan akses data perusahaan," jelas Rangga detail tentang misinya menyelidiki salah satu manager perusahaan yang ternyata memiliki anak buah untuk menilap uang perusahaan di setiap kantor cabang Abimana.

"Aku tak meragukan kemampuanmu. Selain jadi OB, ternyata kamu berbakat juga mengendalikan para wanita penghibur untuk mengorek informasi." 

Rangga hanya nyengir dengan idenya dulu menggunakan jasa para alumni Dolly yang sudah tidak beroperasi karena lokalisasi tersebut sudah ditutup. Dan target penyelidikan memang kaum lelaki haus belaian yang akan mudah dikorek informasinya saat disodori minuman dan selangkangan.

Namun usahanya kerap kali mendapat ganjalan saat si penggoda seakan lupa dengan tugasnya karena terlalu terbuai dengan sodokan target. Alhasil bukanya mendapat informasi, malah hanya mendapat desahan tak berujung dari rekaman CCTV di laptop Rangga.

Kadangkala perempuan itu malah mengincar tubuh Rangga daripada target. Bahkan mereka rela tidak dibayar asal dapat menikmati belaiannya. Rangga berdecak kesal dengan perempuan-perempuan yang selalu menggodanya. Akhirnya ia harus merogoh kantongnya lebih besar untuk menghentikan keinginan para parempuan itu mencicipi tubuhnya.

"Mereka selalu membuatku pusing dengan rengekannya," ujar Rangga yang dibalas kekehan Denis. Kini keduanya kembali akur seperti seorang sahabat yang dulu mereka sandang.

"Oh ya, lusa Mei bilang akan ke Jogja mengantar Dinda pulang," tutur Denis mengabarkan. Mendengar hal itu Rangga tersenyum miring.

"Kita akan ke sana juga tanpa ketahuan mereka. Dan bersiaplah dengan eksekusi kita," ucap Pratama penuh misteri.

-------------

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang