You Or You -- 25

2K 297 56
                                    

Rangga meninggalkan kamar tempat Dinda menginap. Saat menunggu lift, tak disangka Mei keluar dari lift yang bersisian di sebelahnya.

"Eh, ngapain ke mari?" tanya Rangga begitu melihat Mei melambai ke arahnya.

"Numpang tidur."

"Hidupmu serba numpang. Menyedihkan!" Rangga geleng-geleng melihat sepupunya. Kemaren menginap di rumah temannya, sekarang ikut menginap dengan Dinda.

"Kenapa nggak ikut ke tempet Denis sih!"

"Heh, satu kamar sama Denis nggak jamin besok bisa keluar dengan selamat. Ternyata dia buas juga mirip sama kamu." Dilayangkan kepalan tangan Rangga hendak menjitak prasangka Mei, tapi gadis itu berlari menjauh sambil menjulurkan lidah.

"Ye ... kagak kena weeekkkkk!"

Puas Mei melihat sepupunya kesal. Mei melenggang santai menuju kamar Dinda yang sudah ia ketahui nomornya dari Rangga tadi siang saat menanyakan tempat makan yang terkenal di daerah ini.

Langkahnya terhenti saat melihat seorang laki-laki yang menatap sekeliling dengan gerakan kepala ke kanan dan ke kiri tengah berdiri tepat di depan kamar Dinda. Dengan mengambil posisi sedikit bersembunyi, Mei mengikuti laki-laki tersebut. Dengan cepat dia mendial nomor Rangga. Kemudian merekam kejadian sedapatnya tanpa berbicara.

Begitu pintu terbuka, Mei berlari mendekat dan menyelinap masuk kemudian bersembunyi di belakang pintu. Mengarahkan sejenak ponselnya melihat perlakuan kasar laki-laki itu pada sahabatnya. Sempat ia memekik melihat sahabatnya dianiaya dan buru-buru ia membungkam mulutnya agar tidak ketahuan. Bukan ia tega tidak segera menyelamatkan sahabatnya, namun lebih menyakitkan jika pelaku tidak segera dihakimi tanpa bukti.

Hanya beberapa menit, begitu laki-laki beringas tersebut mengurung dan berusaha menempelkan anggota tubuhnya, Mei berlari sambil membawa vas bunga yang ia ambil dari meja dekat pintu. Dengan kekuatan penuh Mei memukul tengkuk lelaki itu dengan vas bunga. Tubuhnya ambruk menahan sakit. Ditariknya tubuh Dinda agar menjauh, Mei mendekap sahabatnya yang terisak. Lelaki itu sadar bahwa dirinya hanya dipermainkan seorang perempuan, masih dengan memegang tengkuknya ia berjalan ke arah Dinda dan Mei yang berjalan mundur. Kedua gadis itu tampak ketakutan dengan seringai lelaki di hadapan mereka.

"Kalian pikir bisa lolos, perempuan murahan!" bentak Burhan semakin maju hendak meraih tangan salah satu gadis di hadapanya.

"Sudah kuduga perempuan kampungan sepertimu memang murahan. Berapa memangnya harga yang Tama beri, hah!" Dengan langkah terhuyung-huyung Burhan semakin mendekat.

Pintu masuk terlalu jauh dijangkau dengan posisinya berada di belakang Burhan. Tanpa pikir panjang, Dinda melihat pintu kamar mandi. Segera ia menarik tangan Mei berlari menuju kamar mandi.

Berhasil!

Mereka berhasil masuk ke dalam kamar mandi, menguncinya rapat-rapat meski ketakutan masih membayang saat Burhan menggedor semakin kencang.

Mei meraih ponsel yang ia selipkan di saku jaketnya. Mei coba menghubungi Rangga kembali namun hanya nada sibuk yang terjawab.

Di luar sana Burhan semakin kencang seakan pintu kamar mandi sebentar lagi akan didobraknya. Keduanya semakin panik terlebih Mei yang berusaha menghubungi Rangga dan Denis yang entah mengapa sama-sama sibuk.

Kedua perempuan di dalam kamar mandi saling berpelukan, mencengkeram erat telapak tangan guna mengurangi rasa takut. Masih terdengar umpatan kasar Burhan sambil terus menggedor pintu.

"Keluar kalian kalau masih ingin selamat!"

Brrraaaaaaaakkkkkkkkkkkkk!

Kedua lutut Mei dan Dinda serasa lemas bahkan tak sanggup lagi untuk menopang berat tubuh keduanya yang kini sudah luruh di lantai. Pasrah saat seseorang berhasil mendekati mereka hendak meraih salah seorang diantaranya, atau mungkin keduanya. Tangis kedua gadis itu pecah sambil menahan sakit pada tangannya.

------

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang