You or You -- 2

1.1K 139 7
                                    

Dinda mengeluarkan kunci dari dalam tasnya. Setelah menempuh perjalanan dari kantor orang tua Adel dalam keadaan basah kuyup, akhirnya sampai juga ia di rumah kontrakan. Rumah yang telah ditinggalinya satu tahun terakhir.

Mengembara seorang diri di ibu kota tidak mudah. Mencari pekerjaan di antara jutaan pelamar lain sempat membuat nyali Dinda ciut. Namun tekadnya telah bulat, ia harus mandiri.

Mengajar anak-anak adalah pekerjaanya. Pagi hingga siang akan ia habiskan bersama anak-anak di Taman Kanak-kanak.  Siang hingga sore ia akan mendatangi rumah yang meminta jasanya les privat.
Dihempaskan tubuhnya di kasur bersprei kuning dengan motif bunga sakura setelah selesai mengganti bajunya yang basah.

Ia lelah, dan tidur adalah keputusan terbaik.

♡♡♡

"Permisi."

Suara ketukan dan sapaan dari luar pintu rumah Dinda, terdengar berkali-kali hingga membuatnya yang masih setengah mengantuk berjalan sempoyongan. Dibukanya pintu rumah masih dengan mata setengah terbuka.

"Permisi, Mbak, saya baru pindah di sebelah," ucap seseorang yang tengah berdiri di depan Dinda. Mendengar suara yang baru saja menyapa, membuatnya perlahan membuka mata. Sontak ia  langsung terbelalak dengan sosok di depannya yang cengar-cengir memandang kondisi Dinda.

"Kamu, ngapain di sini?"

"Eh, Mbak, ketemu lagi. Jodoh kali ya?" Rangga terkekeh melihat Dinda yang syok dengan kedatangannya.

"Kamu ngikutin saya ke sini ya?" selidik Dinda.

"Ge Er! Saya penghuni baru sebelah situ," jawabnya sambil menunjuk rumah kontrakan yang persis di sampingnya.
Dinda terlihat kesal dengan kenyataan yang harus dihadapi. Mengingat nasibnya sial gara-gara bertemu laki-laki di depannya beberapa jam lalu, ditambah sekarang  bakalan jadi tetangga..

"Trus?" jutek Dinda.

"Mau numpang mandi, tempatku airnya mati secara masih baru pindah."

"Emang rumahku ponten umum?" Dinda semakin kesal dengan tetangga barunya ini. Tak dihiraukan sebutan 'saya' yang tadi masih sopan.

Dipasangnya raut memohon Rangga. Meskipun jengah dengan tampang memelas cowok di depanya Dinda pun pasrah memberi tumpangan mandi di tempatnya.

"Jangan pakek sabunku! Najis banget. Ntar aku kutuan!" ancam Dinda memperingati.
Rangga hanya mengangkat bahunnya sejenak dan segera menuju kamar mandi yang telah ditunjukan letaknya oleh Dinda.

Beberapa saat kemudian Rangga tengah keluar dari kamar mandi. Wangi sabun menguar dari tubuhnya yang tegap.
Rangga berjalan mencari sosok Dinda guna mengucapkan terima kasih. Langkahnya berhenti di sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka. Dilihatnya seorang gadis tengah menggoyangkan pinggul ke kanan dan ke kiri diiringi musik lagu senam anak-anak. Diperhatikan sosok di depanya sambil tersenyum.

Menarik.

Dinda yang masih asyik bergerak di depan cermin lemarinya, tidak menyadari ada sosok yang tengah memperhatikan.
Saat badan Dinda berputar, ia sadar di pintu kamarnya tengah bertengger sosok bertubuh tegap dengan dada bidang yang terekspos.

"Ngapain di situ? Dasar mesum! Pakek bajumu, sialan! mata perawanku ternoda tau!" kesal Dinda pada Rangga yang hanya terkekeh geli.

"Thanks kamar mandinya."  Rangga berlalu pergi. Namun sesaat kemudian langkahnya berhenti dan menoleh lagi pada Dinda yang tengah mematikan musik.

"34 b, merah. Not bad. I like it." Mata Rangga mengedip jahil. Dinda yang bingung dengan kalimat Rangga sontak sadar dengan apa yang dimaksud.

"Sialan!" teriak Dinda dari dalam kamar dan diikuti suara pintu tertutup.

♡♡♡

Dinda mendengkus kesal. Pasalnya gara-gara semalem lembur membuat media pembelajaran, akhirnya pagi ini ia terlambat bangun dan bus yang seharusnya ia tumpangi setengah jam lalu sudah berlalu. Meskipun ada, bisa dipastikan ia akan terlambat.

Dengan tergopoh-gopoh ia berlari menuju halte.
Ditunggunya bus yang menuju tempatnya mengajar. Nihil! karena arah yang ia tuju sudah berangkat sedari tadi. Kalaupun ada, masih agak siang. Naik taksi? Uangnya sudah habis untuk membayar taksi kemaren.

"Perlu tumpangan nggak?" tanya seseorang dari balik helm.

Tampak kening Dinda mengernyit memandangi sosok bersepeda motor dengan helm Kyt hitam di depannya. Dibukanya helm tersebut. Munculah wajah berhias senyum milik Rangga.

"Mau numpang nggak?" tawar Rangga melihat Dinda menunggu seperti orang bodoh.
Dinda berpikir keras. Perjalanan motor mungkin bisa menyelamatkan keterlambatanya kali ini.

"Kalo nggak mau, aku tinggal nih!" Sedikit memaksa agar gadis di depanya memutuskan cepat, karena jam kerjanya pun hampir terlambat.

"Iya. Aku ikut" putus Dinda pasrah. Keadaan juga sedang terjepit.

Motor melaju semakin cepat, membuat tangan Dinda bergerak merangkul pinggang Rangga dengan spontan.

"Nggak usah grepe-grepe. Pegangan aja."  Rangga menahan senyum yanh disambut Dinda dengan dongkol.

Najis tralala!

Dinda merutuk tanganya yang dengan tidak sengaja menempel di pinggang Rangga.

Emang aku mau ngapain pake grepe-grepe cowok nggak jelas gini. Fitnah banget dirimu!

♡♡♡

Dinda tiba di sekolah tepat saat murid-muridnya masuk dalam kelas. Dengan segera Dinda turun dari motor Rangga dan setengah berlari meninggalkan Rangga yang berteriak, "Ongkosnya belum, Neng!"

Lah? Kirain aku tadi numpang gratis.

Tak dihiraukan teriakan Rangga yang terkekeh di sana, Dinda segera masuk.

---------

Repost, 2018

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang