You or You -- 3

876 138 3
                                    

Suasana kelas tampak riuh karena ada beberapa murid yang berdiri di depan memperagakan sebuah gerakan, serta menirukan suara berbagai macam hewan. Sedangkan anak-anak yang lainnya memperhatikan dari arah bangku masing-masing. Tepuk tangan membahana setelah penampilan setiap kelompok di depan kelas.
Dinda mengakhiri pelajaranya dengan membaca doa. Dengan rapi, para murid keluar kelas sambil mencium tangannya.

♡♡♡

"Kamu belum dijemput, Del?" tanya Dinda sembari memperhatikan Adel yang masih duduk menunggu di ayunan, saat dirinya hendak pulang.

"Sebentar lagi, Bu. Uncle De yang jemput," jawabnya.

Tak berapa lama sebuah Audy hitam memasuki pelataran sekolah. Seorang laki-laki berbadan tegap berjalan ke arah Dinda dan Adel yang bermain ayunan.

"Sweety!" panggil laki-laki itu. Adel menoleh begitupun Dinda.
Mata Dinda tak berkedip menatap laki-laki dengan senyum menawan yang ditujukan pada Adel. Segera Adel berlari ke arah laki-laki tersebut.

"Lama banget sih, Uncle. Adel udah laper nih!" rajuk Adel pada laki-laki yang dipanggilnya Uncle.

"Maaf, Sweety. Uncle masih ada meeting." Denis pun mengacak rambut Adel dan mencubit pipinya dengan gemas. Paman Adel tersebut menoleh pada guru--terlihat dari seragam yang dikenakan--keponakannya yang berdiri di dekat.

"Trima kasih, Bu. Saya omnya Adel. Tadi agak terlambat, kareba masih ada pekerjaan. Maaf sudah merepotkan."  Dinda mengangguk sembari mengulas senyum.

"Iya, tidak apa-apa, Pak."

"Perkenalkan, saya Denis." Denis  menjulurkan tangan menanti sambutan. Segera tangan Dinda terulur meyambut jabat tangan Denis. Keduanya tersenyum ramah.

"Baiklah kalau begitu, saya juga akan segera pulang. Mari," pamit Dinda mengakhiri pertemuanya dengan om Adel.

"Ehm,  bagaimana jika saya antar. Anggap saja sebuah ucapan terima kasih," tawar Denis.

Tampak Dinda berpikir sejenak. Dia memang terburu-buru karena jadwal les dimajukan serta bus yang ditunggunya belum tentu langsung ada. Naik mobil mewah milik Denis mungkin akan mempercepat langkahnya. Namun ia merasa malu jika harus menumpang, apalagi di mobil mewah.

Malu kan kalo ntar ketiduran di dalem.

Setelah membuang pikiran konyolnya, ia pun menyetujui niat baik Denis.

Mobil melaju membelah ibu kota yang macet. Adel tengah bermain game di jok belakang, sedangkan Dinda duduk di depan bersama Denis.

Diam tanpa ada pembicaraan. Jantung Dinda berdetak lebih cepat duduk bersebelahan dengan laki-laki yang baru dua kali ditemui. Mata Dinda sekilas melirik ke arah kemudi Denis. Berlanjut pada rahang milik laki-laki itu. Hidung mancung dan bibir penuh serta jambang halus membuat laki-laki di sampingnya terlihat menawan.

"Sudah berapa lama Ibu mengajar di sana?"  Denis mengawali percakapan, tak nyaman juga dengan suasana yang sunyi.

"Sudah satu tahun belakangan, Pak."  Ia memanggil Pak karena menganggap Denis wali muridnya.

"Denis saja, dan saya akan panggil kamu Dinda."
Dinda terhenyak dengan tawaran panggilan untuk mereka.

"Tapi Pak eh Den, itu tidak sopan."  Dinda merasa tidak sopan dengan saling memanggil dengan nama saja.

"Kita bukan di sekolah, anggap saja teman."

Dinda ragu, haruskah ia seakrab ini dengan wali muridnya? Bahkan status teman akan sangat sulit ia tolak.

"Nah, sudah sampai. Terima kasih Den, sudah mengantarku. Adel, Ibu turun dulu ya!" Adel melambai pada Dinda pun sebaliknya. Mata Dinda melirik pada Denis yang tengah tersenyum padanya. Dinda pun membalasnya.

Mobil melaju meninggalkan rumah kontrakan Dinda. Masuk ke dalam rumah, senyum Dinda tak henti-henti ia sunggingkan.
Hatinya girang, bersorak senang, pun pipinya merona. Ia terlalu bahagia hari ini. Bertemu sosok yang membuat jantungnya berdebar-debar. Berkenalan bahkan duduk bersandingan.

♡♡♡

Pagi ini Dinda berangkat lebih awal. Jadwal les yang diajukan jamnya kemaren membuatnya bisa istirahat lebih awal.
Sesampai di kelas, Dinda memulai pelajaran seperti biasa. Saat jam istirahat, sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal menghampiri ponselnya.

0829871xxxxxxzz

Kujemput nanti malam di rumah.

Dinda tampak berpikir nomor siapa gerangan. Ia tak banyak memiliki teman di Ibu Kota ini.
Saat Dinda masih sibuk berpikir, nomor tersebut menghubunginya.

"Halo.... "

"Nanti malam ada acara apa, Dinda?"  Suara yang masih diragukan Dinda. "Ini Denis. Lupa dengan suaraku?" Seolah mengerti apa yang mengganggu pikiran Dinda tentang siapa yang menghubunginya.

"Nggak ada. Kenapa, Den?" tanya Dinda setenang mungkin.

"Jalan yuk! Sekalian dinner. Bisa?"

"Ehm, tap-" Belum sempat Dinda melanjutkan kalimatnya.

"Jam tujuh kujemput di rumahmu. Samapi ketemu nanti malam, Din," putus Denis sepihak membuat Dinda masih terpaku dengan ajakan Denis barusan?

Denis ngajak dinner? Mimpi apa sih semalem......?

-------

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang