You Or You -- 15

753 104 6
                                    

Dinda menerka-nerka. Sebenarnya apa hubungan mereka? Kenapa Rangga dan Mei begitu akrab? Membayangkan mereka duduk saling menyuapi saat di cafe kemaren membuatnya menyimpulkan keintiman hubungan mereka, bukan sekadar teman yang baru saja kenal. Atau memang Rangga yang terlalu gigih merayu dengan mulut manis, hingga Mei langsung luluh dengan sikapnya?

Selesai berganti baju, Dinda memberanikan diri melihat situasi di rumah Rangga. Namun baru saja ia melangkah membuka pintu depan, handphone yang dkletakkan di dalam kamar berbunyi amat nyaring.

"Hallo."

"........"

"Nggak apa-apa kok, aku bisa naik angkot ke sana."

"......."

"Itu berlebihan, Den"

"........"

"Oke. Bye."

Denis menelpon, jika ia akan keluar kota karena cabang perusahaanya sedang dalam masalah.

Hampir saja Dinda melupakan tujuan awal hendak menyelamatkan Mei dari kebuasan Rangga. Pikiran dangkal sih, tapi ia khawatir saja jika Mei tahu-tahu dirayu tetangganga itu. Atau mungkin ... tak rela?

Dinda melongokan kepala menoleh ke arah rumah Rangga. Terlihat laki-laki itu sedang berdiri tanpa busana hanya sebuah handuk yang meliliti bagian bawah, sedang mengambil sebuah benda berbentuk kotak.
Setelah masuk, Dinda berjalan mengendap-endap mengintip pergerakan penghuni rumah dari balik jendela kaca.

Sepi.

Celingak-celinguk seperti pencuri, Dinda berada di teras rumah Rangga. Memperhatikan lagi sekeliling rumah memastikan ada orang lewat yang nantinya bisa ia mintai pertolongan saat terjadi sesuatu yang mendesak. Mengumpulkan keberanian,  dicobanya membuka handel pintu dan ternyata lupa tidak dikunci. Masuk perlahan ke dalam rumah, langsung mendapat sambutan teriak kesakitan Mei dari dalam kamar. Membuat Dinda semakin menegang. Pikiran buruk langsung melintas. Teriakan Mei semakin kencang diikuti kekehan Rangga yang pasti sedang menyeringai puas di dalam sana.
Dengan langkah berani, Dinda mendobrak pintu kamar tersebut dan

Astaga!

Handuk Rangga terlepas, membuat Dinda serta Mei sontak menutup mata. Meskipun begitu, Dinda masih sempat melihat benda pusaka Rangga yang teramat ... ah sudahlah.

"Woi!" teriak Rangga yang menghentikan pekik terkejut Mei dan Dinda. Dengan kesal Rangga melepaskan tangannya dari telinga kemudian membenarkan letak handuknya.

"Kamu apa-apan sih, Ngga! mau perkosa temenku kan?"
Dinda menatap Rangga tajam. Yang ditatap malah mengerutkan alisnya menjadi satu.

"Hahahahahhahhaha!" Tawa Mei menggelegar memenuhi ruangan kamar. Dihampiri Mei yang sedang dibantu Rangga melepaskan lilitan.

"Kok ketawa? Emang kamu nggak takut mau dinodai sama cowok buas ini?" tanyaku Dinda heran.

"Apa kamu bilang? Cowok buas? Emang kamu kira aku singa apa!" kesal Rangga sambil berjalan ke arah lemari mengambil kaus yang langsung dikenakanya.

"Nggak mungkin nih orang mau perkosa aku, Din. Oh ya aku belum bilang ya, kalo Rangga ini sepupuku," aku Mei yang membuat Dinda merasa malu dengan pikiran ekstrimnya.

"Kalian keluar dulu. Aku mau pake kolor." Mei menggandeng tangan Dinda keluar dari kamar Rangga dan duduk di kursi ruang tamu.

"Kok kamu baru bilang sih kalo kalian sodara?" Percuma saja Dinda khawatir, sampai nekat menyelamatkam ke sini. Apa ia juga cemburu dan membayangkan yang aneh-aneh saat melihat mereka berdua mesra di cafe waktu itu juga?

You Or YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang