Bandung, 12 Desember 2014 - Senin.
Ternyata dunia beserta isinya telah membuat cerita untuk hidupku.
Orang-orang mengatakan bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah. Aku akan benarkan, mungkin lebih tepatnya adalah masa yang paling mengesankan. Iya tidak?
Kebahagiaan adalah sesuatu yang mengesankan begitu pun dengan kesedihan bukan?
Aku memang belum pantas dikatakan sudah besar. Ku akui jika aku masih remaja yang belum tau mana baik dan buruk yang sebenarnya. Tapi aku sangat bersyukur kepada Tuhan, karena telah memberi lika-liku kehidupan di usiaku yang masih belasan tahun, hingga mengerti sesuatu yang baik maupun buruk walau belum sempurna.
Untuk pertama kalinya aku merasakan dicintai walau aku sempat tidak merasakannya. Untuk pertama kalinya juga aku merasakan mencintai walau tak tau untuk apa? Dan apa balasan yang akan aku terima nanti?
Kedua pria yang benar-benar membuat hidupku penuh cerita di masa ini dalam jangka waktu yang cukup singkat. Kuucapkan banyak terima kasih kepada kalian berdua.
Tanpa kalian, mungkin sampai sekarang aku hanya Syira yang mengerti bermain tidak dengan hal-hal serius seperti saat ini. Mengapa kukatakan serius? Hey, ini masalah hati, jika tidak serius akan jadi apa hatiku menghadapi semua ini?
Biarkan saja jika ada yang mengatakan cintaku ini adalah cinta monyet yang dalam waktu singkat bisa menghilang dan bahkan berganti menjadi orang lain.
Tapi percayalah jika aku tidak mengalami cinta itu sekarang. Aku akan mengubah rasa cinta itu dan menyingkirkan pria itu jika ia benar-benar tidak ada dalam hidupku lagi, walaupun berat rasanya. Itu pasti kulakukan demi membuka hatiku untuk pria lain.
Kebahagiaan karena dicintai.
Kesedihan karena mencintai seseorang tanpa tau apa balasan yang akan aku dapat. Kembali dicintai atau pergi karena terlalu lelah mencintai? Tunggu saja sampai waktu mengatakan sekarang!Percayalah jika Tuhan menggenggam setiap do'a umatnya dan akan melepaskannya di saat yang tepat.
-Amanda Asyira-
Kututup buku harianku yang berisi kata-kata yang selalu aku rangkai di saat-saat tertentu. Aku berlebihan? Sepertinya tidak. Menurutku banyak di luar sana yang menuangkan isi hatinya ke dalam tulisan walau bagaimanapun pasti tidak akan mendapat tuntunan dari perasaan yang kita hadapi. Namun, apa salahnya jika menulis bisa menenangkan hati yang terikat sebuah perasaan? Tidak ada masalahnya sama sekali bukan?
Kembali kulihat tiga lembar lukisan yang kubiarkan terbuka dan berserakan begitu saja di atas ranjangku. Memandanginya dari atas sini, dari kursi yang aku duduki sekarang. Beralih dari lukisan indah itu. Kubuka lebar-lebar jendela kamarku hingga udara malam masuk menerpa kulitku dan merangsang setiap bulu kudukku yang kini mulai meremang.
Lagi-lagi tidak ada bintang yang aku lihat, hanya awan hitam dengan satu bulan membulat sempurna. Mengapa di saat aku ingin sekali melihat benda langit yang indah itu, malah selalu tidak ada? Bersembunyi karenaku atau memang adanya seperti itu?
Kulirik jam dinding kamar. Ternyata sudah larut malam, namun mata ini tak kunjung mengantuk melainkan malah ingin terus terbuka bahkan sampai pagi.
Clek.
Suara itu membuatku kaget, kututup jendela cepat. Aku takut jika Mama akan marah karena melihatku yang belum tidur padahal waktu sudah larut.
Aku tersenyum paksa ke arah Mama yang bersidekap dada di hadapanku. "Kenapa belum tidur?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cover Your Pain (Completed)
Teen Fiction(Completed) "Aku akan menutupi rasa sakitmu semampuku, dan aku akan merasakan sakit jika kamu sakit. Tapi, apakah kamu seperti itu juga kepadaku?"-Arsyad. Ketika hati berkata iya namun raga mengatakan tidak. Lalu siapa yang akan menang? Hati atau Ra...