(Arsyad POV)
Aku masuk ke dalam gerbang sekolah masih fokus dengan ponsel yang sedari tadi aku otak-atik supaya menampilkan beberapa lagu yang enak untuk didengar oleh telingaku pagi ini. Namun saat aku sedang benar-benar fokus dengan ponselku tanpa sadar aku menabrak gadis yang hanya sebatas daguku tingginya.
Dengan cepat melepas earphone yang sedari tadi menempel di telingaku. "Aws ..." ringisan itu membuatku melangkah cepat menolongnya.
"Maaf, gue gak sengaja," ucapku saat tepat di depannya. Dia? Gadis yang empat hari lalu menabrakku? Semoga ia tak mengenaliku.
"Gue bantu berdiri." Sepertinya ia sangat merasa sakit karena aku lihat jelas lututnya mengeluarkan darah segar terus-menerus.
***
Aku telah pergi meninggalkannya dari UKS ketika ia sudah selesai aku obati. Sebenarnya aku tidak percaya jika ia mampu berjalan sendiri ke kelasnya. Jadi, aku berniat mengikutinya walau sebelumnya memang aku pura-pura pergi meninggalkannya.
Aku berdiam di balik pohon besar yang cukup menutupi tubuhku. Memang tampak seperti orang bodoh tapi, sudahlah tidak apa yang penting aku bisa memantau gadis itu.
Nah, dia telah keluar dari UKS dengan jalan yang sedikit pincang dan terlihat dari wajahnya jika masih ada rasa sakit yang ia rasakan.
Rambut hitam sebahu, menghiasi wajahnya. Cantik. Berbadan mungil.
Berjarak tiga meter dari balik tubuhnya aku memantau hingga sampai kelasnya yang terletak tak jauh dari UKS dan tidak perlu menaiki tangga. Syukurlah.
"Rio!!" teriaknya, dan tak lama aku melihat seorang pria yang mempunyai postur tubuh sama dengaku menghampirinya.
Seperti sedang berbincang dan tak lama kulihat pria itu menjulurkan tangannya dan membawa gadis itu masuk ke dalam kelasnya. Syukurlah. Akhirnya aku bisa merasa tenang.
Saat pertama aku bertemunya dengan cara yang menurutku tak indah, dia menubrukku dari samping tanpa aku duga saat itu. Dia menindih tubuh sampingku, aku masih tertunduk merasakan kepalaku yang mulai pening. Entah mengapa akhir-akhir ini kepalaku sering merasakan sakit.
"Maaf," aku mendengar itu dalam tundukku.
Aku berdiri dari dudukku tadi, dan berkata, "Lain kali jangan kaya gini, kalo benerin tali sepatu mending jongkok jangan nungging," balasku berusaha mengasikkan suasana. Namun nyatanya tak berhasil. saat aku lihat ia sedang menutup mukanya dengan kedua tangan, aku tidak bisa melihat wajahnya jelas. Tapi yasudahlah aku pergi saja.
Saat aku baru memasuki mobil pribadiku ia bertetiak, "Maafin aku kak!"
Aku lihat dari dalam mobil melalui kaca, dan mengeluarkan jempolku satu pertanda aku memaafkannya. Aku tak memalingkan mataku dari wajahnya walau terbatas kaca. Hingga wajahnya hilang ketika mobil ini melaju.
Aku tidak pernah bisa melupakan kejadian itu. Setiap ingin masuk ke alam mimpi selalu saja kejadian itu yang mendahului mimpiku. Apa ini?
Wajah cantiknya terus mengiang di pandanganku. Setiap aku melihat langit-langit kamar yang putih bersih selalu terlihat wajahnya yang memelas minta maaf kepadaku saat itu. Dengan rambut yang penuh dengan pita sesuai tanggal lahirnya. Rok biru yang mulai kusam. Tapi terlihat lucu. Menggemaskan.
Aku tak mengetahui namanya, tapi mungkin ia mengenali namaku karena saat aku menggendongnya siswa-siswi membicaraiku dengan menyebut nama dan nametag di bajuku. Biarlah.
"Syad, kok lo masih disini? Gak ikut upacara ya?" Aku tersentak ketika mendengar suara seorang gadis di belakangku.
Aku menoleh oh ternyata Vina, ketua osis teman sekelasku. "Iya Vin tadi gue nolongin adik kelas yang jatuh di deket gerbang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cover Your Pain (Completed)
Ficțiune adolescenți(Completed) "Aku akan menutupi rasa sakitmu semampuku, dan aku akan merasakan sakit jika kamu sakit. Tapi, apakah kamu seperti itu juga kepadaku?"-Arsyad. Ketika hati berkata iya namun raga mengatakan tidak. Lalu siapa yang akan menang? Hati atau Ra...