Dua Belas. (I'm not happiness)

276 31 1
                                    

Pagi ini Syira merasa senang, karena Arsyad telah menemaninya semalaman. Bagai pagi yang cerah kini hatinya pun melebihi cerahnya pagi ini. Arsyad mampu membuat gadis ini seakan-akan terlepaskan oleh semua beban yang bergelayut di pundaknya tanpa dosa.

"Cie, yang semaleman ditemenin Arsyad." Rima menggoda anak gadisnya yang kini tengah duduk di pekarangan rumah lengkap denga seragam sekolahnya.

Arsyad izin pulang sebelum subuh tadi, karena Syira mengetahui kalau rumah Arsyad dekat dengan rumahnya jadi Syira membiarkan pria itu pulang. Kenyataannya rumah Arsyad sangat jauh dari rumah Syira.

Arsyad tidak bodoh, jadi ia mencari akal agar mobil yang menjemputnya tidak akan terdengar oleh Syira. Ia meminta kepada supir pribadinya yang sempat mengantarkannya dengan Syira kerumah ini, untuk menjemputnya sedikit jauh beberapa jarak dari rumah Syira.

Syira masih menunggu Arsyad yang berjanji kepadanya akan menjemputnya kembali. Tapi, Rima malah datang untuk menggoda anaknya.

Syira tersipu malu saat ini, godaan Rima mampu membuat pipi Syira menimbulkan rona merah. "Apaan sih, Ma?"

"Arsyad udah ceritain semua ke Mama, kenapa kamu bisa pingsan kemarin. Lain kali kalau ada masalah hadapin dengan hati yang kuat begitupun raga kamu. Jangan cuma hati doang yang di kuatin tapi raganya enggak." Rima berucap seolah biasa saja, padahal anaknya baru saja menghadapi masalah besar.

"Masalah apa sih, Ma? Gak ada masalah kok." Elak Syira kepada Rima.

Rima hanya tersenyum renyah mendengar apa yang anaknya ucapkan. Seolah semua baik-baik saja, padahal kenyataannya lagi berkata bahwa anak satu-satunya ini baru saja mengalami sakit hanya karena masalah hati. "Terus aja ngelak," lanjut Rima.

Syira masih terdiam dengan kepala yang ditundukkan, tidak berniat menanggapi ucapan yang Rima lontarkan.

"Assalamua'laikum, Tante." Tiba-tiba saja Arsyad datang menyelamatkan Syira dari semua ocehan yang Rima berikan.

Rima tersenyum dan menyambut Arsyad dengan membalas uluran tangan dari Arsyad. Tangan Arsyad meraih pergelangan tangan Syira cepat, pergi setelah berpamitan dengan Rima. Tidak seperti biasanya, kini Arsyad membawa mobil pribadinya.

Syira masuk ke dalam mobil yang sudah pasti milik Arsyad tanpa satu patah kata untuk mengelak. Diam merenung mencerna apa yang kini sedang terjadi, tiba saatnya Arsyad meraih seatbelt yang terletak di samping kiri tubuh Syira.

Lamunannya pecah saat sebagian tangan Arsyad menyentuh sedikit bagian perutnya, menahan nafas agar tangan Arsyad tidak lagi mengenai tubuhnya. Kenapa Arsyad jadi perhatian banget gini?  Seutas pertanyaan tentang sikap Arsyad selalu terselip dalam diri Syira.

Syira masih terdiam hingga tiba lagi saatnya mobil yang ia tumpangi melaju. Hening yang mereka rasakan sekarang, hanya suara kendaraan dan semilir angin yang masuk lewat jendela mobil yang sedikit terbuka hingga membuat beberapa helai rambut Syira menutupi sebagian mukanya.

"Gimana? Apa kamu udah merasa baikkan?" Syira benar-benar memecahkan lamunannya seketika, sebab kini Arsyad telah berbicara kepadanya.

Menyelipkan sebagian rambutnya di belakang kuping, mengunci rambut itu agar tidak lagi menutupi wajahnya. "Iya Alhamdulillah, makasih banyak ya, Kak?"

Arsyad tersenyum tanpa melihat ke arah Syira yang sekarang sedang memandangnya dari samping. Mata Arsyad benar-benar terjaga dari semua hingga terus menatap lurus ke jalanan.

Tangan Arsyad terulur meraih tangan Syira yang terletak diam di samping tangannya. Menaruh telapak tangannya di punggung tangan Syira, menggenggam penuh kasih dan sayang. Syira hanya mampu menata degupan jantungnya yang semakin cepat berpacu.

Cover Your Pain (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang