Selain orang kaya, bunyi alarm di pagi hari adalah sesuatu yang paling Brianda benci. Menurutnya, alarm adalah pembunuh kesenangan umat manusia. Bukan saja menghancurkan mimpi indahnya, alarm pun kerap menjadi sumber tekanan hidup.
Sebagai informasi, Brianda tidak punya alarm. Ia tidak sudi menyimpan benda terkutuk itu di kamarnya. Tetapi memang sial! Davan, kembarannya yang tidur di kamar sebelah, mempunyai alarm gila. Benda berdering itu bukan main berisiknya. Satu komplek bisa bangun karenanya.
Seperti halnya saat ini. Alarm terkutuk itu menjerit-jerit. Menggedor gendang telinga. Membuat Brianda terpaksa mampir ke kamar sebelah.
"Davaaaan! Alarm lo bikin rusuh, nih!" pekik Brianda. "Bangun, woy!"
Cewek berambut pendek dengan potongan messy bangs itu geram. Bunyi makin meriah, telinganya mulai menuli, sementara si pemilik weker tetap molor.
"Dav, gimana cara matiinnya?" keluhnya. "Davan!"
"Putar ke kiri."
"Kiri? Oh ... Lho, kok masih belum mati?"
"Kiri, Bri. Kiri!"
Brianda mengetuk keningnya. Menurutnya, kiri dan kanan memang sulit dibedakan. "Mau sampai kapan lo tidur, Dav?" tanyanya setelah menaruh alarm terkutuk.
Davan menutup diri dengan selimut. "Hari ini kamu ke sekolah sendiri. Badan aku sakit gara-gara semalam."
"Kalau lo bolos, gue juga bolos, deh"
"Kalau badan aku nggak sesakit ini, aku pasti pergi. Lagian hari ini cuma upacara dan pembagian kelas. Nggak akan lama, Bri."
Gadis berambut ala cowok korea rasa flowerboy ini mengerucutkan bibir. Benar juga. Ia tak punya alasan untuk bolos. Kalau bukan karena sakit, Davan pun tak akan semager ini.
"Oke, deh. Istirahat yang cukup, my bro! Perjuangan kita dimulai hari ini."
Davan bergumam di balik selimut. "Hati-hati di jalan! Jangan molor di bus, ya."
Brianda mengiyakan, kemudian bangkit, lalu mendekati lemari. Percaya atau tidak, ada yang mencurigakan dari tindak-tanduk si Tomboi ini. Ia kelihatan celingukan saat membuka lemari Davan. Persis maling.
"Ngapain?" tanya Davan, membuat Brianda tersentak.
"Mau ambil dress punya Ail," jawab Brianda setelah nyengir kuda beberapa saat. "Wig sama stiletto juga, deh."
"Dress di keranjang, wig di lemari, stiletto di... "
"Tempat sampah," sambung Brianda sambil geleng-geleng kepala. "Wig sama dress gue balikin hari ini, ya. Kalau sepatu... ntar aja, deh."
Sebelum Brianda menutup lemari, lagi-lagi ia tampak mencurigakan. Ia menengok siaga ke arah Davan lalu tersenyum jahil setelah mengambil wig, lengkap dengan barang lainnya. Yakni, seragam sekolah milik Davan.
*
*
*"Sekarang Bapak ingin bertanya. Karena apa remaja sekarang begitu lemah, malas, dan selalu galau? Karena asupan mereka sampah semua! Mulai dari tv, internet, sampai novel, semuanya menyodorkan hal-hal berbau percintaan."
Whatever, Pak Tua! pekik Naomi dalam hati. Ia kesal bukan main! Sudah lima belas menit pembina upacara melanggar ketentuan porsi amanat. Mana yang disampaikannya nggak banget! Tentang tercorengnya kehidupan remaja saat ini. Naomi heran, sebelah mana sih, tercorengnya? Hanya karena remaja seumurnya banyak yang berpacaran, curhat galau di media sosial, dan baper ketika membaca novel teenlit. Bah! Begitu saja disebut tercoreng! Lebay banget!
KAMU SEDANG MEMBACA
Underground Rascal
ActionIngin hukum musuhmu tapi tak punya kekuatan? Jangan risau! Segeralah : 1. Buka website kami. 2. Tulis apa saja ulahnya. 3. Transfer dananya. 4. Nikmati kehancuran dia! Tertanda. Underground Rascal.