Girl Crush

8.1K 1.6K 173
                                    

Lama Zian termenung menatap tembok. Buku paket yang ada di pangkuan dan LKS yang berserakan di meja dibiarkan terbuka, bahkan nyaris dilalati nyamuk. Mata Zian menyorot lurus, konsen belajarnya hilang, dan pikirannya melanglabuana.

"Alasan sebenarnya lo masuk Underground Rascal. Bukan karena bosen jadi holang kaya, kan? Tapi..."

Zian mengembus napas gusar. Kata-kata Brianda tadi sore kembali terngiang. Mereka menari-nari bak pekerja bar erotis yang butuh belain.

"Lo pengin lepas dari kekangan orangtua lo. Iya, kan?"

Hhh! Zian mengembus napas lagi. Kali ini lebih berat. Aih, Brianda tahu rahasianya. Bahwa, seorang Zianyang merupakan ketua karateternyata amat lemah di hadapan orangtua. Dia juga tahu kalau Zian sering dimarahi, bahkan dipukul oleh maminya. Duh, memalukan!

Zian kesal lantaran rahasianya itu diketahui. Tadi setelah Brianda bicara, Zian langsung pergi tanpa komentar. Alisnya bertautan, mulutnya mengerucut, dan kepalan tangannya bergetar kuat-kuat.

Anjis, kenapa harus cewek itu yang tahu? Sial!sial! Sial! Seperti itulah Zian merutuki nasibnya sejak sore hingga sampai detik ini.

"Zian, kamu lagi mikirin apa?"

Ibunya yang tiba-tiba muncul membuat Zian gelagapan. Cepat-cepat ia berlagak seakan tengah belajar. Mata dipasang ke arah buku, tangan membuka halaman pelan-pelan, dan sesekali ia mengangguk memahami materi.

Tapi rupanya sang ibu tak bisa dikibuli. Dengan wajah galak ia langsung masuk ke kamarnya dan memborbardir Zian. "Belajarnya yang serius, dong! Senin depan udah UAS tapi kamunya malah asal-asalan begitu," semprot wanita itu. "Sini Mami tes!"

Dengan galak dia menjambret buku di pangkuan Zian. Dikatakannya, "Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-orang lain. Pendapat tersebut dikemukakan oleh siapa?"

"Ngg..."

Srakkk! Ubun-ubun Zian ditampol sang ibu dengan gulungan LKS. Cukup keras hingga Zian merasakan panas di bagian kepala.

"Apa pengertian koperasi menurut Undang-Undang Koperasi No.25 Tahun 1992?"

Srakkk! Hantaman kedua terjadi sebab Zian lagi-lagi tak bisa menjawab. Kali ini lebih keras dari yang tadi. Sampai pertanyaan ketiga diajukan, Zian selalu gagal menjawab. Maka saat itu juga kepalanya dipentung berkali-kali. Makin keras, makin kuat, makin membuat Zian sakit kepala.

"Dari tadi ngapain aja? Semua pertanyaan nggak bisa dijawab! Terus kalau di kelas, kelakuan kamu gini juga? Ngelamun kayak orang goblok!"

Zian tidak menjawab karena ia tahu hal itu akan sia-sia. Daripada buang-buang tenaga, lebih baik diam saja, kan?

"Zian, kalau nilai UAS kamu jelek, kamu bunuh diri aja! Daripada buang-buang duit Papi sama Mami."

Begitu pedasnya kata-kata itu terucap namun inilah kenyataan. Kalimat itu sama kejamnya dengan kutukan Mande Rubayah terhadap Malin Kundang. Sangat mengiris hati!

Zian sering berpikir kalau dirinya ini bukan anak kandung ibunya. Ia bahkan sudah mengecek surat-surat penting di brangkas dokumen. Namun hasilnya sama semua. Ia memang anak kandung. Bukan anak pungut, bukan juga anak adopsi.

Tapi kenapa? Kenapa Zian selalu diperlakukan dengan tidak adil? Dibentak, dihina, bahkan dikasari. Ibunya bahkan tak segan untuk menunjukkan rasa kasih yang dipilih-pilih. Kalau Nadin menangis, Zianlah yang pertamakali dimarahi. Kalau ada oleh-oleh, Zian selalu mendapat sisa. Bahkan... bahkan soal hobi karatenya, Zian selalu dianaktirikan. Ia dawasi seperti penjahat supaya nilai sekolahnya tidak turun.

Underground RascalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang