Genting

7.5K 1.6K 55
                                        

Semakin ke sini, kelakukan si ketua klub karate semakin menakutkan. Ia tak segan mem-bully siapa saja yang menurutnya pantas. Menginjak siapapun yang dia mau. Seperti halnya saat ini. Ia dan Boim sedang melakukan permainan kecil. Mereka duel memasukkan bola basket ke ring. Di bawah ring itu sudah berdiri tiga orang dari kasta merana. Jadi ketika Zian dan Boim selesai melemparkan bola, kepala anak-anak itu akan tertimpa si kulit bundar.

Karena GOR adalah spot yang jarang disinggahi guru makanya tak satupun yang bisa menghentikan. Pahit-pahit, kalau memang ada guru yang lewat, maka orang-orang lemah tadi akan pura-pura main basket. Tentu karena Zian sudah mengancam mereka sebelumnya.

"Bri, gimana, nih? Si Zian makin kurang ajar," kecap Andro yang berdiri di pintu masuk GOR. "Klien-klien juga udah nagih balasan buat doi. Nih, baca!"

Brianda menatap layar ponsel yang disuguhkan Andro.

Operand1 : Underground Rascal mana nih? Kok zian masih belum dikasih serangan?

User123 : jangan-jangan kena hack? Respon dong

Anonymous : mana janjinya? Katanya mau ngasih pelajaran dalam seminggu?

ABCD : Underground Rascal, please. Zian udah keterlaluan. Temen gue dihajar. Temennya temen gue ditimpuk bola basket sekarang. Kasihan :(

Syalala879 : kemarin gue sama temen gue dicegat zian. Ongkos gue diambil, bekal makan temen gue disikat juga. Anju emang si zian

Yoyoyo123 : gue juga sama kayak @Syalala879 :((((

"Lo baca sendiri, kan?" tanya Andro sambil memasukkan ponsel ke sakunya.

Brianda diam saja. Pura-pura menikmati susu kotak. Sebenarnya ia sedang gamam. Di sisi lain dirinya sudah gatal ingin memberi Zian pelajaran, namun di satu sudut ia kasihan. Zian begitu karena lingkungan yang membentuknya. Ibu yang ringan tangan sementara ayah yang sibuk di kantor.

Diam-diam, Brianda sudah melacak Zian. Ia juga punya rekaman di mana Zian tampak menyedihkan saat dimarahi ibunya. Padahal alasannya sepele. Zian hanya lupa bertemu guru bimbel lantaran latihan karate.

"Bri, cabut, yuk!" Andro menyahut. "Ail sama Davan udah nunggu!"

Brianda pasrah saja ketika tangannya ditarik Andro. Sebelum meninggalkan GOR, ia sempat melirik Zian. Cowok itu sedang terbahak ketika bola basketnya menimpuk kepala kasta merana. Memang kelihatannya bahagia. Tapi bagi Brianda, tawa Zian palsu.

"Kenapa baru datang? Itu klien udah pada protes!" sembur Davan sesampainya Brianda dan Andro di markas. "Bri, apa yang kamu dapet dari pelacakan terakhir?"

"Cuma info kecil," jawabnya sambil duduk di depan komputer. "Si Zian takut cicak."

"Berarti kita serang dia pake cicak," usul Davan sambil duduk di sebelah Ail. Jangan tanya kenapa gadis di sebelahnya tak bersuara. Selain malas bicara, saat ini ia sedang meneruskan bacaan novelnya. "Kita taruh cicak di lokernya. Lalu kita rekam ekspresinya."

Tentu saja serangan tersebut bukanlah hal sulit. Lantas tiga hari berikutnya misi pun dieksekusi. Davan dan Brianda yang memburu cicak lalu memasukkannya ke loker Zian, Ail yang merekam ketakutan Zian, dan Andro yang mempublikasikan lewat website garapannya.

Semua orang terhibur oleh postingan itu. Para pengguna bahkan menyebarkan video tersebut ke media sosial lain. Bahkan tidak hanya itu. Kini orang-orang yang takut pada Zian suah tahu cara melawan si sengak itu. Mereka tinggal bilang, "Ini gue pegang cicak, lho."

Tentu saja Zian merasa terhina. Ia yang biasanya menunjukkan taring malah diolok-olok oleh lelucon cicak. Huh, menyebalkan!

"Bukain," Zian menginstruksi Boim untuk membuka lokernya di suatu hari. Bagaimanapun, ia masih trauma. Puluhan cicak yang tiba-tiba berkumpul di loker tempo hari nyaris saja membuatnya pingsan. Waktu itu ia hanya terjungkal kaget. (Sambil menjerit, menghentakkan kaki, dan sedikit air mata di pelupuk.)

"Ada bingkisan, nih," kata Boim setelah melakukan perintah bapak buah. "Gue buka, ya." Ia berinisiatif setelah melihat kilatan takut di muka Zian. "Cuma permen gummy."

Zian suka permen gummy lantas iapun lekas merebutnya dari tangan Boim. Satu hingga tiga permen masuk ke mulut merahnya. Permen kenyal dengam rasa asam manis ini memang favoritnya. Kudapan ini tidak hanya menggoyang lidah, tapi juga mengubah mood-nya dengan cepat. Bahkan terlalu cepat sehingga Zian tidak sadar dengan jebakan berikutnya.

"Anjiiiiing.....!" Zian histeris ketika benda kenyal di tangannya bergerak-gerak.

Cicak! Itu cicak!!! Langsung saja Zian merasa ngeri. Semua bulu di tubuhnya-termasuk bulu kuduk, hidung, dan di daerah lipatan. Ehem, ketek maksudnya- berdiri bersamaan. Tanpa ba-bai-bu lagi Zian melemparkan kotak di tangannya ke lantai. Ia memuntahkan sisa permen yang belum ditelannya. Lalu meludah-ludah dengan wajah jijik.

Dan tepat pada saat itu, seorang guru lewat. Ia menyaksikan Zian yang bicara kasar, mengotori lantai, dan meludah-ludah. Bagi sang guru, tidak ada alasan untuk tidak membawanya ke BK.

*
*
*

Anonymous: Underground Rascal terbaiksssss! Puas banget ngelihat Zian ketakutan.

User123 : serangan berikutnya ditunggu banget. Kalau bisa, bikin dia keluar sekolah.

Blablabla26 : ngukuk anjay! Karatenya jago, tapi sama cicak mewek guling-guling.

Hunter : Underground Rascal bangsat! Beraninya ngumpet2. Tunjukin diri lo anjing!

Hunter : udah cukup gue sabar ngebiarin lo beraksi. Mulai dari Vicky, Gustav, sampai Zian. Lo pikir bakal berhasil lagi?

Hunter : lo kelas berapa? Hadepin gue kalo lo punya nyali. Taik!

Anonymous : @Hunter jancuk lo! Ngapain ngerusuh? Pembela borju cabut sono!

Hunter : diem lo @Anonymous! Kalau gue tahu siapa lo sebenarnya, gue bunuh!

Brianda berdecak melihat komentar di postingan terbaru. "Jadi pada berantem gini."

"Yang ngebela Zian pasti kasta borju," kata Davan. "Banned aja! Kasar banget."

"Jangan!" Andro mencegah. "Biarin aja dia koar-koar. Kali aja pasukannya datang. Nanti makin seru, deh."

"Ketahuan guru bisa bahaya," kecap Ail sambil membuka halaman baru di bukunya.

"Biarin aja kasta borju ngunjungin web kita," Andro membetulkan kacamatanya. "Makin banyak dikunjungi, makin eksis web kita. Kalau soal ketahuan guru atau nggak, kalian tenang aja. Web ini udah gue program sebaik mungkin. Jadi santai aja."

Belum sempat Andro melanjutkan, pintu ruangan terdengar diketuk. "Buka!"

Keempat remaja di ruangan saling tatap. Ail yang sedari tadi anteng lantas beralih dari novelnya lalu meneguk ludah. Sejak kapan ruangan ini dikunjungi orang?

"Buka pintunyaaaa!!!"

Gertakan tersebut membuat jantung meletus. Tidak hanyapekikannya yang keras, ketukan pun berubah status menjadi gedoran. Perlahantapi pasti, keringat mulai turun dari pelipis Brianda dan ketiga temannya.Wajah pias langsung terukir ketika si penggedor berkata, "Underground Rascal, gue tahu lo adadi dalem. Buka pintunya atau gue laporin ke kepala sekolah!"

-bersambung

Underground RascalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang