Epilog-Out

13.7K 1.9K 513
                                    

Target : Ucup Kampina Sonais

Status : Manajer PT. Sambalado

Ulah : bandar narkoba, otak sempak, tikus busyukkkk

Pengirim : maail_keren

Note pengirim : Terangkanlah~ terangkanlah~

Setelah membaca tulisan itu Andro langsung menyahut, "Wahaha, ketemu!"

"Mana-mana?" timpal Naomi sambil menyerobot. Ia ikut membaca blurb pada sebuah buku lalu berkomentar, "Iya, nih. Pasti yang ini. Formatnya nggak asing banget!"

"Uhuy! Berarti makan siang hari ini fix ditraktir Ail." Brianda menyahut semangat kemudian tepuk tangan dengan meriah. "Bravo! Bravo!"

"Berisik," Zian mendesis tak suka. "Bisa nggak sih, sekali aja lo bersikap normal? Malu-maluin banget tahu, nggak?"

"Lo yang malu-maluin," balas Brianda. "Mau jalan apa ketemu dedemit, sih? Tahu, nggak? Parfum lo kecium dari jarak seratus meter. Eeewwwh!"

"Jadi cewek kenapa nggak ada anggun-anggunnya, sih?" kata Zian sarkatik.

"Bacot lo! Gue kasih cicak baru nyaho."

"Di toko buku mana ada cicak? Begok lo!"

Seandainya Davan tak menghalangi, Brianda pasti sukses menampol kepala cowok sengak di hadapannya. Perseteruan mereka memang selesai sejak bebrapa bulan lalu, tapi sikap Zian masih begitu memuakkan bagi Brianda. Memang sih, Zian baik. Hadiahnya sebagai juara satu di kompetisi karate disumbangkannya untuk membantu Davan dan Brianda. Tapi tetap saja moncongnya mesti diajari.

Katakanlah perdebatan Brianda dan Zian belum behenti. Sama halnya dengan masalah Underground Rascal di kehidupan nyata. Brianda yang masih satu lingkungan dengan Om Tian yang pelit, Ail yang belum bisa mengontrol diri saat belajar, Naomi yang masih ditekan oleh keluarganya, Zian yang ibunya masih sentimen padahal anaknya berhasil menjuarai Kompetisi Karate, Andro yang adiknya bertambah lagi di tahun ini, serta Davan yang masih saja kaku jika di sebelah Naomi. Namun paling tidak, sekarang mereka bisa bersikap lebih dewasa

Salah satunya dalam menghadapi makhluk-makhluk meyebalkan. Kini mereka paham, jika kejahatan dibalas dengan kejahatan maka sama halnya dengan berlari di lingkaran setan. Alias tidak ada ujungnya.

Kemarin-kemarin, cara mereka dalam menghukum orang  jahat mungkin kurang bijak. Namun dengan segala perkara yang terjadi, disertai kedewasaan yang mereka alami, kemungkinan besar ke depannya mereka mampu menjadi lebih baik lagi.

"Ail, gue bebas mesen apa aja, kan?" tanya Brianda setelah mereka duduk manis di kedai makan. Melihat anggukan Si Nona Es maka cewek tomboy itupun menjabarkan pesanannya pada sang pelayan.

"Dasar muka badak! Nggak tahu malu banget sih jadi orang."

"Zian, jangan mulai lagi, deh," tegur Naomi sebelum Brianda sempat protes. "Penulis kita juga nggak keberatan, kok. Iya kan, Ail?"

Ail menyunggingkan senyum kalem. "Itung-itung buat perpisahan juga, sih. Bentar lagi kita bakalan pisah, kan?"

Ada sakit yang melintas di hati enam remaja itu saat Ail mengatakan dua kata terakhir. Pi-sah. Memang pasti seperti itu keadaannya. Keenam orang ini akan terbang di jalan masing-masing.

Yang pertama adalah Andro. Untuk suatu alasan, ia akan menunda studinya tahun depan. Dan sebagai gantinya, ia mengembangkan bisnis startup company. Sampai detik ini, aplikasi yang dijualnya di dunia maya cukup diminati. Kemarin saja ia baru dihubungi teknisi IT di salah satu perusahaan besar untuk membantu memperbaiki sistem yang kena hack.

Yang kedua Naomi dan Davan. Meski mereka melanjutkan pendidikan di kampus yang sama, jurusan yang mereka pilih ternyata beda. Kemungkinan mereka bersua tidak akan terlalu besar.

Selanjutnya Ail. Tahun ini sepertinya menjadi tahun keberuntungan untuknya. Setelah novelnya tembus penerbit mayor, perguruan tinggi negeri incarannya pun siap menjadi ladang ilmu. Cewek ini hijrah ke Kota Pelajar dan mengambil jurusan yang sesuai dengan nama belakangnya. Di antara yang lain, mungkin dialah yang  bakalan sering absen dalam reuni.

Zian dan Brianda juga beda nasib. Zian diterima di Fakultas Olahraga, sementara Brianda kurang beruntung di sana. Itu artinya, Brianda sama seperti Andro. Ia harus mencoba lagi tahun depan. Memang ada setitik sedih di hatinya, tapi Yang Maha Kuasa punya rencana yang lebih dahsyat. Pasalnya minggu lalu, ketika Brianda iseng jalan-jalan, secara mendadak ada seseorang yang mengaku sebagai staf salah satu produk minuman isotonik. Ia yang menyaksikan kemampuan Brianda dalam Kompetisi Karate langsung tertarik untuk menjadikan Brianda sebagai bintang di iklan produknya.

"Boleh nggak, gue ngebacot sebentar?" Tiba-tiba Andro bicara seperti itu. Setelah kelima temannya mengangguk, ia pun melanjutkan, "Perpisahan kita tinggal nunggu hari, nih. Demi apapun gue sedih kalau inget kenangan-kenangannya kita."

"Andro, please jangan bikin baper," pinta Brianda. "Gue lagi laper berat, nih."

"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, Ndro." Meskipun kedengarannya enteng, tapi Zian merasakan nyeri di lubuk hati terdalam.

"Lagian kita pisah buat masa depan juga," tambah Davan.

"Bener kata Davan," timpal Naomi. "Kita juga masih bisa komunikasi, kok."

Hening untuk beberapa saat. Selama waktu merangkak lima detik, tidak ada yang berani buka suara. Mereka pun enggan saling tatap. Barangkali terlalu perih jika dijabarkan melalui pertemuan mata dengan mata.

"Gimana kalau kita bikin Underground Rascal jilid dua?" celetuk Ail. "Manusia menjijikkan di dunia dewasa lebih banyak, kan? Senioritas, koruptor, pungli, perselingkuhan, rasis, pokoknya banyak banget."

"Cucok!" Brianda menjentikkan jari. "Selain jadi sumber dana, hal itupun bisa jadi penghubung kita di kemudian hari."

"Aku sih, yes," timpal Naomi.

"Well, saatnya voting." Davan mengangkat tangan kanan. "Aku deal. Kalian?"

Tanpa membuang waktu kelima kawannya menyahut, "Deal!"

Andro semringah. Sambil mengurai senyum ia pun melanjutkan,"Pertama-tama, kita harus nentuin namanya dulu. Ada yang punya saran?"

"Harus ada kata uangnya."

"Disisipin sesuatu yang berhubungan dengan karate bakal lebih keren."

"Jangan lupa masukin elektrika. Gimanapun, gue yang nyetusin ide ini."

Dan seterusnya usulan demi usulan bermunculan. Antara satu dengan yang lainnya ingin idenya dipakai. Hal itu menimbulkan polemik untuk beberapa menit berikutnya. Meskipun begitu, mereka amat menikmati perdebatan tersebut. Sebab bagaimanapun, perbedaan adalah hal biasa di dalam suatu perkumpulan.

Mungkin Undreground Rascal di masa SMA mereka sudah berakhir. Mungkin juga nama barunya belum tercipta. Tapi paling tidak, mereka sudah punya tujuan yang sama sekaligus memastikan; akan ada Underground Rascal jilid dua.

-TAMAT-

Underground RascalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang