6 Januari 2015

8.7K 1K 84
                                    

R e s m i ?



Sama dengan ucapannya kemarin, jam satu ia menjemput Hara. Rupanya, satu hal yang harus Hara catat tentang Hugo. Ia tidak pernah mengingkari janjinya. Ya semoga saja, itu tidak hanya terjadi di awal.

Untungnya saja Hugo menepati, karena hari ini Hara bahkan tidak membawa mobilnya. Hanya karena, memikirkan ucapan Hugo.

"Mau kemana sih?" tanya Hara sembari memandangi jalan di luar jendela.

"Jawab Pak Kasim!" ucap Hugo dengan suara yang sedikit keras.

"Ada deh.." balas Pak Kasim sembari terkekeh memandang Hara melalu kaca spion depan.

Hara memandang sebal ke arah Hugo lalu, Pak Kasim. Terus bergantian. Ia pun mendengus lalu, menyenderkan kepalanya. Ia memejamkan matanya kemudian.

Terasa seseorang mendorong pelan tubuhnya. Siapa lagi kalau bukan Hugo?

Hara terpaks membuka matanya lagi, ia menatap sinis Hugo. "Apa lagi? gue ngantuk." jawab Hara. Sebenarnya ia tidak mengantuk. Hanya saja, ia bingung harus ngapain lagi.

"Yaudah, tidur lagi gih." jawab Hugo.

Hara pun menggelengkan kepalanya menatap Hugo. Ia pun melipat tangannya, dan menutup matanya kembali.

Suasana di dalam mobil kembali hening. Namun, tidak lama. Setelah Hara merasakan sesuatu menyentuh pundaknya. Bukan menyentuh tepatnya. Tapi, sesuatu berat terasa pada pundaknya.

Ia membuka matanya, segera menoleh ke arah pundaknya. Ya Tuhan, batin Hara.

Sebelum Hara bicara, ia sudah bicara lebih dulu.

"Gue juga ngantuk." jawabnya.

Rasanya, kini Hara enggan untuk menolak ataupun menjawab. Hara pun hanya menghela nafasnya pelan, lalu kembali menutup matanya.

Entah perasaannya saja, atau kepala Hugo yang berada di pundaknya terasa begitu nyaman.

"Ngapain kesini..?" tanya Hara kebingungan sendiri menatap bangunan yang ada di hadapannya sekarang.

Di sampingnya, Hugo hanya menahan tawanya menatap raut wajah Hara yang sedang bingung seperti saat ini.

Pandangan Hara beralih kepada Hugo. Ia menaikkan alisnya bertanya kepada Hugo. "Kelurahan?" tanya Hara.

Tawa Hugo pun lepas. "Bagus gue ajak ke kelurahan. Daripada ke KUA?"

Hara memukul pundak Hugo pelan. "Jangan suka ngasal deh. Jawab, Go."

Hugo menyentuh pundaknya sembari meringis pelan. "Itu tadi udah gue jawab, Hara."

"Ngapain kesini?"

"Udah. Jangan banyak tanya dulu." Hugo menyentuh kedua pundak Hara menuju ke dalam kantor kelurahan tersebut. Namun, ia berhenti sebelum masuk. "Tunggu, Har."

"Pak Kasim!" teriaknya memanggil supirnya tersebut.

Nampak Pak Kasim langsung berlari kecil menuju tempatnya dan Hugo berdiri. "Kenapa Den?" tanyanya langsung.

"Kuncinya," pinta Hugo. Lantas, Hara dan Pak Kasim pun bertukar pandang, bingung. "Nanti, Pak Kasim cari ojek aja di depan ya? kalau ditanya Mama atau Papa, jawab aja 'Hugonya udah punya ktp sama sim' gitu."

[1] HugoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang