F e s t i v a l
❋
17:20
Klakson dua kali terdengar sampai ke dalam kamar Hara. Secepat mungkin, Hara setengah berlari menuju jendela kamarnya yang langsung mengarah ke depan rumahnya.
Sedan hitam sudah terparkir rapih di depan rumahnya. Lalu, keluarlah seorang lelaki dari dalam mobilnya tersebut. Ia memakai kaos hitam dengan berlengan panjang. Ia lagi-lagi memakai kacamatanya tersebut. Hara mendengus geli menatapnya.
Hara segera beralih mengambil tasnya dan ia sekali lagi menatap dirinya di depan cermin. Ia memakai sweater tipis berwarna biru gelap. Lalu, setelah yakin ia sudah siap, ia pun segera berlari turun ke bawah.
Ibunya tengah membaca buku resep di meja makan dengan ditemani teh di hadapannya.
"Ma," sahut Hara lalu duduk di hadapan ibunya.
Ibunya menurunkan buku resepnya tersebut. "Loh, rapih banget? mau pergi?"
"He'eh." jawab Hara, tangannya beralih menuangkan air putih di sebuah gelas dan ia pun mengambil beberapa obatnya dari kotak obat.
"Nah pinter. Minum dulu kalau mau kemana-mana." ucap Ibunya lalu meneguk kembali tehnya tersebut.
Hara segera menghabiskan obatnya seolah-olah obat itu tidak lagi ada rasa pahitnya di lidahnya.
"Mau kemana sih?" tanya Ibunya sedikit penasaran. "Sama Praja?"
Praja? bahkan Hara tidak lagi tahu tentang bagaimana Praja sekarang. Terakhir kali ia bertemu Praja pun saat Praja tiba-tiba ada di rumahnya pada tahun baru kemarin. Hara menggeleng cepat. "Hugo." ujarnya singkat.
Ibunya ber-oh panjang. "Temen sekolahnya Hana?"
"He'eh." Hara menjawabnya enteng, walaupun sedikit aneh karena ibunya seolah-olah berkata oh-kamu-bakal-jalan-jalan-sama-temennya-hana-adik-kamu. Namun, secepat mungkin Hara menyingkirkan pikirannya tersebut.
"Kamu suka sama dia? jadi ... udah berpaling beneran nih dari Praja?" goda Ibunya.
"Ih Mama! apaan sih ... Praja lagi Praja lagi," elaknya.
"Yaudah, nggak usah sewot gitu dong." Ibunya terkekeh melihat respon anaknya tersebut. "Yaudah gih sana, nanti kemaleman. Hugo jemput?"
"Udah di depan. Mama mau ketemu?" tanya Hara sembari beranjak berdiri.
"Nggak ah. Mama belum dandan."
"Genit." ledek Hara lalu mencium pipi ibunya cepat dan beralih menuju pintu rumahnya. "Dah, Mama."
Hara setengah berlari menuju pagar rumahnya. Di lihatnya Hugo tengah bersender dengan pintu mobilnya.
"Lama banget ya?" ujar Hugo saat Hara sudah selesai mengunci pagar rumahnya.
"Ya ... sorry deh." jawab Hara.
Tawa Hugo terdengar. "Nggak apa-apa sih, mau nunggu berjam-jam dijabanin kok."
"Bohong." tukas Hara.
"Iya sih, pasti gue tinggal." Hugo kembali tertawa. "Yaudah, udah sore." Ia menarik tangan Hara menuju mobilnya.
❋
Ya dapat di bilang sangat ramai di tempat ini. Semua orang nampaknya sangat antusias untuk datang ke acara festival ini. Terdengar juga alunan musik dari band-band yang tampil outdoor.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Hugo
JugendliteraturDia Hugo, Hugo Mahendra. Dan aku, Hara Naufanya. Tidak begitu banyak kesamaan. Namun, kami bertemu dengan alasan yang tidak pernah terucap. [Check out the trailer] #77 - Teen Fiction / 10.07.16 Copyright © 2015 by Bia