W a k t u Y a n g T e p a t
❋
(a/n : Pas baca di play yaa mulmednya!)
"Haraaa!"
Dengan mengerjap beberapa saat, Hara mendapati tembusan cahaya sinar matahari dari celah jendela kamarnya. Dan juga, suara yang terus memanggil namanya.
Hara beranjak bangun. Dengan mata sayu nya, kontan ia melebarkan kedua bola matanya saat mendapati seseorang tengah tertidur tenang di sofanya. Hugo.
"Haraaa!"
"I–Iya, Ma!" balas Hara cepat dan beralih menuju sofa. "Mati deh." umpatnya selagi menepuk pundak Hugo pelan. "Go, Go ... Hugo."
"Bent–tar, lagi ..." balas Hugo yang malah memutar balik badannya memunggungin Hara.
"Udah pagi!" teriak Hara setengah berbisik. Namun, ia tetap menepuk-nepuk pundak Hugo. Lelaki ini harus bangun. Harus.
"Duh, Har ... bentar lagi." lagi-lagi Hugo membantahnya.
Hara mendengus kesal. Ia pun segera menarik tangan Hugo secara paksa. Usahanya kali ini tidak sia-sia. Karena, dengan sedikit terpaksa, Hugo beranjak berdiri. Dengan kondisinya yang masih terlihat sangat mengantuk, rambutnya juga sangat berantakan.
"Jam?" Tanya Hugo dengan mata terpejam.
"Nggak penting–pulang ya?" ucap Hara dan segera menarik Hugo menuju jendela kamarnya.
Disaat Hara yang tengah panik, Hugo justru tertawa melihat tingkah Hara. "Lo tuh jangan panik. Gue ngumpet aja."
"Pulang."
"Ah ... bentar," Hugo melepas cengkraman tangan Hara. Ia menatap jam dinding, lalu kembali ke Hara. "Jam segini, bukannya bokap lo lagi baca koran di depan?" tanya Hugo.
Hara memutar bola matanya. Lalu, mengacak rambutnya asal. "Yaudah! terserah," ucapnya lalu, beranjak menuju pintu.
Namun, sebelum langkahnya sampai menuju pintu, ia berhenti. Bukan karena dirinya, namun karena perlakuan Hugo.
Seketika, tangan Hugo sudah melingkar pada pinggangnya. Lantas, Membuat Hara menahan nafasnya sesaat, bukan hanya nafasnya yang terganggu, namun jantungnya juga. Apa lagi sekarang?
"Kadang susah ngomong," ucap Hugo dengan suara yang sangat pelan. Namun, tidak ada jawaban dari Hara. "Tapi, ini waktu yang tepat buat lo sama orang tua lo."
Hara menghembuskan nafasnya pendek lalu memutar balik tubuhnya. Kini posisinya, ia berhadapan dengan Hugo, dengan kedua tangan Hugo yang masih melingkar pada pinggangnya. "Lo kesini, cuma buat itu?"
Hugo tersenyum tipis kemudian, menggeleng. "Banyak alesan buat ketemu lo doang."
Hara mendengus geli, lalu melepaskan tangan Hugo. "Gue bakal bilang."
"Harus."
"Lo tunggu sini aja. Gue nggak lama." balas Hara lagi.
Hugo mengangguk pelan, kemudian ia menarik Hara ke dalam pelukannya. Hangat. Hara menenggelamkan wajahnya untuk menghirup wangi pakaian Hugo yang selalu sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Hugo
Teen FictionDia Hugo, Hugo Mahendra. Dan aku, Hara Naufanya. Tidak begitu banyak kesamaan. Namun, kami bertemu dengan alasan yang tidak pernah terucap. [Check out the trailer] #77 - Teen Fiction / 10.07.16 Copyright © 2015 by Bia