Chapter 11

190 23 0
                                    

Kiran tak menyangka kalau Mikha akan datang pagi-pagi buta ke rumahnya untuk menjemput. Calon suaminya itu ingin mengajak Kiran ke butik untuk mencoba gaun yang kemarin dibelinya tanpa kehadiran Kiran. Kiran tau tak ada acara memilih cincin atau gaun pada hari pernikahannya. Namun, kedatangan Mikha yang tiba-tiba cukup membuatnya terkesan dan merasa menjadi pengantin betulan.

Ia berdiri di depan cermin setinggi dua meter dengan seorang petugas butik yang membantu Kiran memasangkan gaun berwarna off white yang sederhana, tetapi elegan itu. Kiran berulang kali mengerjapkan mata karena tidak percaya bahwa pantulan dirinyalah yang tengah memandanginya dengan senyum lebar.

"Nona cantik sekali memakai gaun ini!" Puji pelayan dan Kiran balas tersenyum.
Ia memang sepandapat dengan gadis di sebelahnya. Gaun itu tidak mewah, tetapi terlihat elegan begitu dikenakan. Juga modelnya yang tidak berlebihan, cukup nyaman untuk dipakai. Panjangnya yang hanya melebihi mata kaki sedikit membuat Kiran tidak kesulitan melangkah.
"Calon suami Nona pasti senang!" Ucap si petugas lagi sambil menyibakkan tirai yang memisahkan mereka dari ruangan butik.

Kiran masih menghadap kaca saat mendengar suara Mikha menyebutkan namanya.
"Kiran!"
Kiran tersadar dan segera berbalik. Ia menarik ujung gaunnya sedikit dan benar-benar menghadap pria itu. Kiran memberikan senyum termanisnya sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga, masih gugup karena semua pegawai menatap kepadanya. Terlebih, karena ditatap sepasang mata milik Mikha Angelo, membuat dadanya berdebar kencang.

Kiran tersenyum lagi dan berusaha memahami ekspresi Mikha yang datar. Oh, aku ingin dia memujiku, batin Kiran tanpa sadar.
**

Mikha berbohong kepada Kiran bahwa gaun yang baru dibelinya adalah gaun murah. Walaupun Mikha tau kalau pernikahan ini bukanlah sesuatu yang mereka inginkan, ia tetap merasa harus menyenangkan hati Kiran. Kebaikan Kiran yang bersedia menikah seperti memberi satu nyawa tambahan untuk Lans, ayahnya.

Jadi, saat menjemput Kiran ke rumahnya, ia tidak mengira bakal menemukan seorang yang sederhana menjadi sangat cantik setelah memakai gaun yang ia belikan. Oh, dia benar-benar terkesima menyaksikan Kiran.

Tadi, saat Kiran membelakanginya, Mikha merasa bahwa mereka harus menemui semua keluarga dan segera pergi dari sana. Namun, setelah ia memanggil Kiran dan gadis itu berbalik, Mikha merasa harus melakukan sesuatu karena memang itulah yang harus ia lakukan.
"Kiran, kau sangat cantik," ucapnya dengan mata masih menatap semampai yang berdiri kikuk di hadapannya.
Kiran yang dipuji seketika merona. Ia menutupi bagian pundak yang terbuka dengan kedua tangan. "Terima kasih, Mikha."
Mikha tersenyum dan melangkah maju. Ia segera melepaskan jasnya dan berdiri disebelah Kiran.

Gadis itu menunduk dan tersenyum gugup. Ini kali pertama ia merasa malu berhadapan dengan Mikha. Biasanya, rasanya sama saja saat berhadapan dengan teman laki-lakinya saja. Namun, entah kenapa, hari ini, Kiran merasa tersanjung atas perhatian Mikha yang berlebihan?
"Terima kasih!" Ucapnya dan Mikha mengangguk.
Mereka sekarang saling canggung, bingung melakukan apa.

Mikha merapikan bajunya dan berdeham. "Apa kau sudah selesai, Kiran?" Tanyanya mencoba bersikap biasa.
Kiran mengangguk ragu.

"Kalau begitu, mari segera pergi, keluarga kita sudah menunggu!" Ucap Mikha sambil meraih tangan Kiran dalam genggamannya. Ia berusaha membantu Kiran agar tidak jatuh dengan gaun barunya. Gadis itu hanya bisa diam, membeku lagi.

**

Tenyata, tak hanya Mikha, semua anggota keluarga yang baru ketemu Kiran, langsung memuji penampilannya. Ibu Kiran, bahkan mengusap air matanya berulang kali karena terharu. Entah kenapa, akhir-akhir ini, wanita itu menjadi sangat sensitif. Dia jadi gampang marah dan mengeluarkan air mata jika sudah membicarakan pernikahan atau perjodohan.

Malam ini, semua anggota berkumpul di kediaman Tuan Bram. Saat pesta selesai, mereka memutuskan menghabiskan malam disana.
"Jadi kapan kalian ke Jakarta?" Yanya Tuan Bram yang membuat Kiran nyaris tersedak. Kalau boleh menjawab, Kiran akan teriak bahwa ia ingin kembali malam ini juga. Namun, karena sekarang sudah memiliki suami, ia lebih menunggu Mikha yang menghadapi pertanyaan ayah mertuanya, sementara dia menambahkan saja.

"Hmm, kalau diizinkan, kami akan pulang besok siang," jawab Mikha yang membuat Kiran memekik girang dalam hati. Ia sangat menyukai Mikha yang sependapat dengannya tentang apa saja.
Kiran melirik kedua orangtua dan Tuan Bram bergantian. Mereka terlihat kecewa.

"Ya, walau bagaimanapun, sekarang kalian sudah menikah dan kami tidak bisa memaksakan kehendak lagi kepada kalian. Tapi, apa tidak terlalu terburu-buru jika kembali kalian kembali besok siang?" Tanya Tuan Lans hati-hati yang disambut anggukan oleh Nyonya Bram.
Mikha melirik Kiran sebentar, lalu mendesah, " aku sudah seminggu tidak masuk kerja dan sepertinya Kiran juga begitu!" Mikha melirik Kiran lagi.

Dengan Dirinya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang