"Apa kakak pergi ke kantor dengan Mikha pagi ini?" Tanya Kiran sambil menaruh nasi ke piring.
Memang setelah pembicaraan pagi waktu itu, Mikha serius mempekerjakan Ivan di kantornya. Lelaki itu sangat mahir mendesain bangunan, cocok sekali dengan perusahaan Mikha yang bergerak di bidang developer.
"Ya," sahut Ivan pendek, tidak bawel seperti biasanya.
Kiran mengangkat bahu, lalu menyerahkan piring itu kepada kakaknya. Ivan menerima tanpa banyak komentar.
"Kakak sakit, ya?" Tanyanya kemudian.
Ivan menggeleng. "Memangnya, aku kelihatan lagi sakit, ya?"
Kini, gantian Kiran yang menggeleng. "Bukan begitu, tapi nggak biasanya jadi pendiam begini."
Ivan mendecak, "ngga usah peduli soal perubahan sikapku. Aku lagi ngga minat ngomong apa-apa pagi ini. Jadi, anggap aja aku ngga di sini," jelasnya yang disambut kerutan di kening Kiran.
Permintaan macam apa itu? Batinnya.
"Astaga, kenapa aku selalu jadi yang terakhir?" Tiba-tiba, Mikha muncul dengan pakaian tidurnya. Ia langsung ikut bergabung tanpa diminta. "Hari ini, menunya terlihat lezat." Dia mengambil sepotong ayam. "Setidaknya, bukan bubur lagi!" Ucapnya sambil tersenyum tipis.
Kiran yang mulai terbiasa dengan tingkah Mikha yang aneh hanya tersenyum kecil. Memang, belakangan ini, Mikha yang tidak suka sarapan berubah jadi penggila makan pagi. Bahkan, dia tidak pernah absen satu hari pun-- selalu ikut serta bersama kakak beradik itu.
"Bagaimana tidurmu semalam?" Tanyanya kepada Kiran.
Kiran menelan ludahnya dengan susah payah. "Ba-baik," jawabnya gugup.
Mikha tersenyum, lalu mengusap kepala Kiran. "Lain kali, jangan pulang larut lagi. Kau kan jadi capek!" Nasihatnya yang membuat tubuh Kiran menegang. Dia tidak bisa bereaksi selain menggumam asal dan mengangguk pelan.
Melihat adegan romantis di depan matanya, tanpa sadar Ivan menjatuhkan sendok yang ia pegang. Ia ternganga, tidak percaya bahwa Mikha bakal melakukan hal itu. Otomatis, dia harus mengulang kemungkinan dan kejanggalan yang semalaman suntuk sudah dirumuskannya.
Ah..., kenapa Mikha harus melakukan tindakan yang bertolak belakang dengan penilaian Ivan? Kalau sudah begini kan, dia harus mengulang lagi dari awal. Tapi, apa tadi dia melakukannya dengan tulus? Ataukah, hanya karena ada Ivan di sana, dia jadi pura-pura bersikap manis.
Ah, kenapa masalah dua orang ini begitu rumit untuk ditemukan kebenarannya?
"Sayang, kau harus makan banyak!" Kata Mikha kemudian sambil menyendokan sepotong ayam kepada 'istrinya' itu, yang diterima Kiran dengan ragu.
Lagi-lagi Ivan ternganga, ini benar-benar membingungkan.
**
Kiran terpaku memandangi Mikha yang masih tertawa-tawa di sebelahnya. Oke, mungkin Kiran yang terlalu berlebihan menanggapi sikap Mikha yang mendadak romantis. Bukankah dia juga melakukannya setiap pagi? Memanggilnya dengan sebutan 'sayang' dan memperlakukannya dengan amat manis. Namun, tetap saja, Kiran selalu berdebar jika diperlakukan seperti ini oleh Mikha.
Ia melirik Mikha sekali lagi, tidak ada yang janggal dari air mukanya. Dia terlihat santai dan biasa saja."Bagaimana bekerja di kantorku?" Tanya Mikha kepada Ivan yang juga jadi aneh pagi ini.
Kiran mengalihkan pandangan kepada kakaknya.
"Hmm..., lumayan, aku menyukai prosedur kerja perusahaanmu!" Jawabnya meyakinkan.
Mikha tersenyum. "Baguslah, kalau begitu. Kalau kau betah, aku bisa mempromosikanmu!" Ujuranya, sama sekali tidak terlihat sedang bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan Dirinya [COMPLETED]
FanfictionYa, ia harus mulai menata hidup kembali, bersama suaminya-- Mikha Angelo. Started : 2015 Okt' 22 Finish : 2016 Jun' 12