Lalu lintas di Jakarta yang padat pada pagi hari membuat Sherin makin naik darah. Dia sudah terjebak lampu merah beberapa kali dan otomatis harus rela menunggu selama beberapa menit untuk bisa sampai dirumah Mikha.Sherin ingin memastikan apa yang sudah dirisaukannya beberap hari ini, dia harus meminta ketegasan Mikha atas hubungan mereka yang semakin tak tentu arah.
Pernikahan palsu, istri palsu dan semua yang berlabel palsu semakin lama terasa kian nyata bagi Sherin. Justru menurutnya, semua yang palsu itu tengah berbelok ke arahnya. Hubungan yang kian kabur dan perasaan Mikha yang mulai pudar kepadanya.
Mengingat semua itu, emosinya jadi kacau lagi. Tanpa sadar, Sherin menginjak pedal gas terlalu dalam hingga mobilnya melesat gila-gilaan di jalanan yang padat itu. Namun, Sherin tak peduli. Apa pun yang terjadi, dia harus sampai di rumah Mikha secepatnya, sebelum pria itu berangkat ke kantor.
Sepuluh menit kemudian, mobilnya berhasil sampai di depan rumah Mikha. Tanpa berlama-lama, wanita itu segera keluar dan berjalan cepat masuk. Sherin melangkah pasti melewati kolam dan pohon besar di tengan rumah bergaya tradisional itu. Samar-samar, Sherin mendengar suara tawa yang berasal dari ruang tengah.
Dia mendadak berhenti dan mencoba menangkap pembicaraan tak biasa yang berasal dari ruang itu. Mikha tidak pernah mengunjungi ruang tengah sebelum berangkat kerja. Paling-paling, dia hanya meneguk segelas air, tetapi kenapa hari ini rumah itu terlihat berbeda?
Terlihat lebih ramai dan ceria.
Sherin mendekatkan telinga ke dinding di sebelahnya."Bagaimana kalau bekerja di kantorku saja?" Suara Mikha terdengar penuh semangat. Sherin mengeryit dan coba menyimpulkan sendiri, ternyata ini masalah pekerjaan.
"Benarkah? Apa aku bisa bekerja di kantormu?" Kali ini, terdengar suara lain, milik seorang pria yang tidak dikenalnya.
Dalam hati, Sherin sedikit lega karena ternyata Mikha hanya membahas masalah pekerjaan dengan teman lelaki pula. Jadi, bukan masalah yang harus dipusingkan.
Merasa bahwa tidak ada gunanya bersembunyi di situ, Sherin memutuskan keluar dan menyusul ke dalam. Namun, baru mengangaurkan dua langkah kakinya, dia mendadak beku- seperti dipaku ke lantai dan tak bisa digerakkan.
"Kakak, kau ini tak tau malu sekali! Sayang, biarkan dia merasakan susahnya mencari pekerjaan, biar dia tidak seenaknya saja tinggal di Jakarta!"
Suara itu, suara itu, suara yang dikenali Sherin dengan baik. Bahkan, suara yang selama ini mengusik tidur dan hari-harinya. Namun, bagaimana bisa dia ada di sini? Bukankah dia sudah pindah?
Pertanyaan itu berebut memenuhi kepala Sherin. Ia mendadak pucat karena tak habis pikir mendapat kejutan seperti ini pada pagi hari.
Dan, apa tadi? Sayang? Apa dia tidak salah dengar? Kiran memanganggil Mikha dengan panggilan Sayang?
Oh, ini benar-benar sudah di luar batas!
Dengan susah payah, Sherin mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa beranjak dari tempat terpatri. Walau melangkah dengan kaki gemetar, Sherin terus memaksa kakinya untuk bisa berjalan.
Dan, benar saja, apa yang dilihatnya saat sampai di ruang tengah benar-benar seperti apa yang ada dalam imajinasinya. Mikha dan Kiran tengah duduk satu meja dan mereka tertawa-tawa seperti pasangan suami-istri sungguhan. Sherin mengarahkan pandangan pada laki-laki yang satunya, seseorang yang tidak ia kenal.
Sherin masih memandangi mereka dengan perasaan remuk, tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
Ini nyata, bukan ilusi.
Ini fakta, bukan fiksi."Mikha!" Panggil Sherin kemudian, setelah terlebih dulu mengatur napas dan denyut nadinya yang kacau berantakan. Suaranya terdengar serak dan gemetar.
Mereka yang tadi terawa-tawa segera mengalihkan pandangan, lalu balas menatapnya dengan pandangan tak percaya
Tak ada yang menyangka kalau akan terjadi seperti ini.*
Kiran yang tadinya tegang mulai relaks berada di antara kakak dan 'suaminya'. Ia yang awalnya hanya menunduk dan sama sekali tak beminat mengikuti alur pembicaraan kedua lelaki itu mendadak ingun turut serta.
Ivan yang terang-terangan meminta pekerjaan kepada Mikha serta-merta menarik perhatian Kiran karena kakaknya itu sama sekali tidak tau kalau mereka hanya pura-pura menikah. Jadi, tentu akan sangat memalukan meminta pekerjaan kepada orang asing.
Namun, sungguh diluar dugaan, ternyata Mikha yang perfeksionis menganggapi permintaan 'kakak iparnya' dengan serius. Dia tidak sedang bercanda atau main-main.
Untuk itu, Kiran merasa perlu menegur kakaknya, tetapi tidak dengan cara terang-terangan. Dia mencoba mengikuti alur kedua lelaki ini dengan bercanda. Dan, apa yang akan dikelurkannya sudah berusaha keras didorongnya agar terealisasikan dalam bentuk suara.
"Kakak, kau ini tak tau malu sekali! Sayang, biarkan dia merasakan susahnya mencari pekerjaan, biar dia tidak seenaknya saja tinggal di Jakarta!"
Mendengar Kiran mengucapkan kalimat itu, Ivan hanya mencibir dan mengabaikan ucapan sok tau adiknya. Sementara, Mikha terdiam sejenak, tidak menyangka Kiran akan memanggilnya dengan Sayang.
Setelah meyakinkan diri kalau Kiran hanya terpaksa bicara semanis itu, dia ikut tertawa bersama Ivan yang entah kenapa terbahak keras. Kiran hanya menunduk dengan muka merah padam.
Tiba-tiba, terdengarlah suara yang tidak ingin didengar siapapun, suara yang tak diduga bisa muncul di rumah Mikha sepagi itu.
"Mikha!"
Panggilnya gemetar yang terdengar serak itu mengalihkan perhatian semua yang sedang tertawa di meja makan. Mikha dan Kiran mendongak, lalu membelalak tak percaya. Mendadak, apa yang mereka pegang seketika terlepas.
"Sherin!" Desis Kiran tertahan.
Ivan yang tidak tau apa-apa hanya menatap kagum wanita super cantik yang berdiri di ujung pintu rumah Mikha.
Mikha refleks mengejar Sherin begitu wanita itu melangkah keluar dengan langkah terburu. Meninggalkan sesal dan perasaan bersalah.
●
●
●
●
●Hi Reader:) ini menuju 10 part terakhir, mungkin nnti bakal ada bonus part, jadi jangan lupa votment yaa
Seneng bgt bnyak yg suka, ini cerita pertama yang aku share di wattpad soalnya, seneng gila:))
VOTE + COMMENT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan Dirinya [COMPLETED]
FanfictionYa, ia harus mulai menata hidup kembali, bersama suaminya-- Mikha Angelo. Started : 2015 Okt' 22 Finish : 2016 Jun' 12