Chapter 35

167 19 2
                                    

"Aku tau, Ben, tapi apa salahnya mencoba lagi?" Kiran menahan nada suaranya supaya terdengar rendah.
"Apa maksudmu dengan mencoba lagi? Kau ingin bekerja di sana, begitu?" Reuben mulai menampakkan sikap tak sukanya.

Kiran mengangguk. "Ada proyek yang belum sempat kutangani, aku merasa lepas dari tanggung jawab kalau tidak menyelesaikannya. Apa pun itu, pokoknya aku memang harus bekerja kembali!"
"Tetap saja, kau tidak sepantasnya menerima pekerjaan ini begitu saja! Apa sih yang sebenarnya ada dalam pikiranmu?"
Begitulah tanggapan Reuben Nathaniel saat Kiran memberi tahunya bahwa dia akan bekerja lagi. Jelas saja dia tidak ingin Kiran seperti hari-hari kemarin. "Kau ini bodoh atau apa, aku kan sudah memperingatkanmu untuk tidak menjebloskan diri sendiri lagi?" Ucapnya dengan wajah tegang.
Kiran menggigit bibir, ternyata Reuben menyeramkan juga jika sedang marah. "Tapi, Reuben, aku sudah menandatangani kontrak. Kurasa, kau sudah tau konsekuensinya jika seseorang melanggar apa yang sudah tertulis dalam kertas kerja itu!" Jelas Kiran mencoba memberi pengertian kepada Reuben bahwa ini bukan hal remeh.
Reuben menggeleng. "Tidak akan kubiarkan kau bekerja di sini lagi!" Katanya, kemudian turun dari mobil. Kiran memandang ngeri dan ikut turun mengejar Reuben yang memasuki Butik dengan langkah terburu.

"Hei! Apa yang kau lakukan?" Pekik Kiran, tetapi tak digubris Reuben yang masih berjalan cepat.
Kiran berlari lebih kencang berusaha menjangkau Reuben yang cukup jauh darinya. "Berhenti, Reuben! Kau tidak tau apa-apa!" Teriaknya yang disambut lirikan ingin tau dari orang-orang yang ada disana.
Kiran tak perduli tentang pandangan orang padanya. Yang jelas, dia ingin menghentikan Reuben sekarang juga, sebelum pria itu membuat buruk nama baiknya.
"Hei, berhenti kau! Reuben! Reuben!"
*

Reuben menyadari bahwa dirinya terlalu protektif. Kiran memang bukan siapa-siapanya, tetapi Kiran itu adalah sahabat yang dicintainya sepenuh hati dan Reuben merasa berhak untuk melindungi orang yang disayanginya.
Karena itu, saat tau bahwa kiran akan bekerja lagi di tempat yang akan memengaruhi kondisi psikisnya, Reuben menentang habis-habisan. Saat Kiran tak mendengarkan kata-katanya yang bernada preventif, dia memutuskan untuk turun langsung dan bicara dengan atasan Kiran yang tidak sopan.

Langkahnya masih lebar saat mendengar Kiran yang meneriakkan namanya bekali-kali, tetapi Reuben pura-pura tak mendengar. Ia hanya ingin menemui pemilik butik yang baru saja ditemui Kiran.

"Di mana bosmu?" Tanyanya terburu kepada pegawai dibalik meja resepsionis.
Karena terlalu takut melihat tingkah Reuben yang anarkis, pegawai itu hanya berani menunjuk tanpa mampu berkata-kata. Reuben mempercepat langkahnya menuju ruang yang diarahkan pegawai tadi dengan suara Kiran sebagai backsound-nya.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Reuben segera melangkah masuk dengan gerakan heboh. Pemilik ruangan itu mendongak kaget terbelalak saat melihat siapa yang datang bertamu.
Mereka berdua berpandangan lama, mencoba mengingat satu sama lain.

"Reuben?" Sherin yang kali pertama menyadari.
Reuben tersentak dan diam di tempat. "Sherin?" Tebaknya.
Tak lama, Kiran muncul dengan napas terengah. Sama hebohnya dengan gerakan Reuben tadi, hanya saja Kiran masuk dengan tubuh menabrak Reuben.
Sherin mengalihkan pandangan kepada Kiran. "Kiran?" Panggilnya tak percaya.
"Maafkan aku, direktur!" Ucap Kiran. Tangannya menggandeng lengan Reuben kuat-kuat, ingin cepat-cepat membawa sahabatnya itu keluar.

"Apa katamu? Direktur?" Tanya Reuben sambil beralih menatap Kiran yang balas menatapnya kesal.
"Ya, dialah orang yang selama ini kuceritakan!" Bisiknya dengan nada emosi.
"Apa?" Teriak Reuben tak percaya, lalu melirik Sherin sekali lagi, masih tak habis pikir.
"Apa kalian saling kenal?" Tanya Kiran dan Sherin berbarengan.
*

Saat melihat ada yang masuk ke ruangannya tanpa izin, Sherin kaget setengah mati. Apalagi orang asing itu masuk dengan bunyi dentuman keras, entah kaki yang membentur pintu atau semacamnya. Namun, Sherin lebih kaget lagi saat menyadari siapa yang datang. Orang yang tak pernah terpikirkan akan berkunjung ke butiknya. Pria yang waktu itu menyelamatkannya saat mabuk dan membawanya ke sebuah kamar apartemen.
Setelah memikirkan namanya, Sherin yakin bahwa lelaki itu adalah Reuben. Ya, mereka sempat berkenalan dan mengobrol singkat malam itu. Hanya saja, pertanyaannya adalah ada perlu apa dia datang ke sini? Bahkan, Sherin tak pernah memberi tau bahwa dia punya sebuah butik.
Saat semua pertanyaan itu berkecamuk dalam kepalanya, muncullah wanita yang sudah dikenalnya dengan baik. Kiran dengan tingkah konyolnya dengan Reuben masuk dan langsung minta maaf.
Sudah jelas, Reuben dan Kiran pasti sudah kenal. Sherin sama sekali tak mengindahkan permintaan maaf dan ucapan Kiran, dia masih menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan Dirinya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang