Chapter 28

163 21 5
                                    


Suara musik terdengar keras di sebuah kelab di pusat kota. Beberapa pengunjung yang sudah mabuk terlihat terseok ke sana kemari, tapi masih tetap berjoget di lantai dansa.
Tak jauh dari situ, seorang wanita sedang menyesap minumannya di sebuah meja bar panjang. Dia sendirian, menghabiskan minumannya untuk kesekian kali dengan perasaan terluka. Rasa sakit akibat terabaikan yang dirasakannya beberapa hari ini ikut tertelan bersama alkohol yang melewati kerongkongannya.
Tetap saja, apa yang dirasakannya tak bisa secepat itu hilang dari hatinya. Meski sudah meneguk bergelas-gelas, perih itu kembali muncul setelah minumannya habis.
Sherin merasa dirinya tidak berguna lagi di mata Mikha. Ia kembali meneguk minumannya dengan perasaan hampa. Namun, karena sudah terlalu mabuk, wanita itu hilang keseimbangan dan terjatuh ke kanan, memecahkan gelas yang dipegangnya. Untung saja, ada seseorang yang dengan cepat menangkap tubuhnya hingga tidak berakhir tragis di lantai.

*

Saat melewati lantai dansa yang ramai, Reuben memutuskan untuk menyingkir ke tepi. Sebenarnya, dia tidak telalu suka dengan dunia gemerlap. Hanya saja, memiliki profesi sebagai direktur merangkap sutradara video musik menuntutnya untuk selalu mengunjungi tempat-tempat seperti ini.
Seperti sekarang, seorang temannya merayakan ulang tahun dan ia tidak enak jika tidak datang. Untuk itu, hanya setor muka sebentar, Reuben berniat pulang. Namun, saat melewati meja bar, dia tanpa sengaja melihat seorang gadis yang sedang duduk oleng dan hendak jatuh.
Tanpa pikir panjang, Reuben segera berlari ke sana dan menangkap tubuhnya yang mulai hilang kesadaran. Sepertinya, dia sedang mabuk berat hingga tidak sadar bahwa sedang berada di pelukan seseorang.

*

Reuben menghentikan mobilnya dan bergegas membuka pintu. Tidak ada yang mengenal wanita yang tadi jatuh di kelab, jadi dia memutuskan membawa gadis itu ke apartemennya, tidak ada pilihan lain.
Ia membuka pintu sebalah kanan dan memapah wanita yang masih belum sadarkan diri itu dengan tertatih. Bobot orang yang sedang tidak sadar memang terasa lebih berat.

Akhirnya, dengan susah payah, Reuben berhasil membawanya sampai ke dalam kamar. Apartemennya memang dilengkapi dengan kamar tamu hingga bisa digunakan istirahat oleh wanita antah berantah yang baru saja rebah di atas kasur.
Reuben menghela bapas lelah. "Ada-ada saja," desisnya pelan sambil memperhatikan wanita yang terlihat sangat menyedihkan itu. "Dia pasti sedang dilanda masalah," lanjutnya prihatin sambil geleng-geleng kepala.
Saat hendak keluar, Reuben mengurungkan niat begitu tau kalau ada suara serak yang mengiringi langkahnya. Ia berhenti dan coba menajamkan pendengaran.

"Kau ja-hat." Suara serak tedengar, diiringi isakan yang jelas lebih keras dari suaranya.
Reuben masih bergeming. Wanita ini benar-benar misterius. Sudah tidak jelas identitasnya, bicaranya pun tidak tau apa makasudnya.

"Kau keterlaluan!" Kali ini suaranya lebih menukik, membuat Reuben mau tak mau menghampirinya.

Dia berdiri di sebelah ranjang dan coba menangkap wajah wanita itu yang tertutup sebagian lengannya.

"Kau mengabaikanku."

"Nona, apa kau sudah sadar?" Tanya Reuben hati-hati.

Suara wanita itu tidak terdengar lagi, mungkin kaget menyadari kalau ada orang lain bersamanya.

"Hei, apa kau baik-baik saja?" Tanya Reuben lagi, kali ini dengan sedikit membungkukukkan badan.

Pelan, lengan yang menutupi wajah wanita tadi bergerak, memperlihatkan matanya yang sembap. Mata itu langsung terbelalak saat melihat sosok Reuben yang sedang menatapnya, seseorang yang tidak ia kenal.

"Kurasa, kau sudah bangun." Reuben menjawab pertanyaannya sendiri saat wanita itu menatapnya dalam diam.

Refleks, terjadi dalam hitungan detik yang sangat singkat, wanita itu segera bangkit dan memukul kepala Reuben dengan tas yang ada tak jauh darinya, "hei, siapa kau? Kenapa kau bisa ada di sini!" Pekiknya histeris dengan tangan masih membabi buta menyerang lelaki asing di hadapannya.

Dengan Dirinya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang