Chapter 22

43 4 3
                                    


Niall H

Kursi kecil coklat tua menghiasi pojok ruangan kecil dengan lampu terang menghiasi, dimana mana orang berlalu lalang mendebatkan apa yang harus dilakukan. Tak ada yang melihat bahkan melirik ke kursi coklat itu kecuali dia.

"smile" dengan guratan dibibirnya, hanya bisa menghelai nafas, melukis bibirku untuk tersenyum bukan hal yang mudah, setelah malam itu. "mereka sudah menunggu kita berikan yang terbaik" bagaimana bisa kau senyum di jendela saat rumahmu sudah tidak ada. Tapi aku harus memberikan yang terbaik pada mereka fans ku mereka tak pantas dijadikan limpahan kesedihan mereka kesini untuk bersenang senang.

"hey tadi penampilan yang bagus niall" sedikit remasan tangan di pundakku tetap saja tak memacu adrenalinku. Aku hanya mengangguk dan duduk di kursi itu sangat dingin tak hangat tak ada rasanya, tidak saat dia disini kursi ini hangat bahkan ketika dia belum datang kehangatannya sudah terasa. Tapi sekarang kursi ini hanya kursi pojok ruangan yang dingin.

Aku tak bisa merasakan gerakan tanganku kaki ku terasa sudah tak ada di lantai, decitan dari sepatu itu membuat semuanya terasa kembali. Tidak. Rasa sakit yang menusuk kembali menusuk lebih cepat aliran darahku mengalir dengan cepat mataku berkedip lebih cepat, orang orang tertawa membuatku makin pilu.

Aku berdiri mengambil kursi itu dan menghempaskannya ke tembok sekarang kursi itu sudah menjadi kepingan yang berserakan di lantai nafasku tak beraturan semua orang melihat ke arahku. Aku tak suka tatapan itu tatapan penuh pertanyaan yang terlalu berat untuk dijawab.

"oh no" aku mengambil kepingan itu, berharap itu kembali seperti semula betapa bodohnya aku, aku menghancurkannya ini kursi kesayangannya kenapa aku menghancurkannya, itu berarti aku menghilangkannya.

"niall kau harus istirahat" lou mendekatiku tatapannya sangat khawatir padaku. Aku menggeleng bagaimana bisa aku istirahat saat aku tak punya tempat untuk beristirahat. Aku langsung lari menyusuri koridor tak perduli teriakan yang terdengar di telingaku.

Salju langsung menyambutku angin dingin langsung memelukku dan memori buruk itu masih mengejarku. Aku akan gila, aku tak akan bisa hidup lagi. Suara teriakan di luar gerbang samar samar terdengar rasanya seperti berputar tanpa arah dan tujuan. Bahkan bintang sudah tak bersinar lagi mereka menyadari kau sudah tak ada siapa lagi yang akan memberi mereka cahaya.

"niall kau bisa mati kedinginan!!" suara harry melintas di telingaku. Semua menjadi gelap apa semuanya sudah sadar jika kau hilang hingga semuanya gelap disini tak ada yang bisa aku lihat tak ada lampu yang membuatku bisa melihat semuanya.

"jangan pernah melakukan hal yang bodoh seperti itu lagi niall" aku perlahan membuka mataku saat liam mengatupkan bibirnya. Rasanya begitu aneh kepalaku sangat berat aku memegang dadaku rasanya hangat tapi kosong.

"mengapa mereka tidak berpihak padaku" aku menepuk nepuk dadaku rasanya menyerengit di dalam sana. "kenapa mereka mengambil cahayaku? Aku tak bisa melihat apapun sekarang, mengapa mereka mengambil rumahku? aku kedinginan aku ingin pulang" mereka hanya mengatup bibir mereka tak berbicara apapun. "aku tak punya apa apa sekarang? Lalu apa alasan aku masih disini? Aku harus mencari cahaya dan rumahku yang hilang kalian tak bisa menghalangiku"

"memangnya kau mau kemana?" louis akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara.

"ketempat dimana cahaya dan rumahku berada"

"kau sudah gila? Fu-ck niall! Kau sungguh sudah gila, memang kalau kau menyusul cindy dengan cara seperti tadi kau pikir kau langsung bertemu dengannya? Tidak niall kau akan pergi keneraka! Sedangkan cindy di surga, dan kau akan terjebak di neraka selamanya! Kau tak akan bisa menemuainya! Fu-ck niall!" dia langsung melangkah pergi membanting pintu yang ada disana.

"niall kau tak bisa melakukan hal seperti tadi oke?"

--

Cindy M

"tom tom ini benar benar mengerikan!"

"apanya yang mengerikan?"

"ada hantu yang tak suka dengan niall dan dia mengganggu niall tapi aku tak bisa menemukannya tom kau harus menolongku" tom mengerutkan alisnya.

"ada hantu yang mengganggu niall? Dan kau tak melihatnya? Itu tak mungkin lah maksudku kau seharusnya bisa melihatnya"

"sungguh tom aku tak bisa melihat hantu apa yang mengganggu nya aku bahkan ikut dibuat ketakutan" tom seketika ketawa terbahak bahak aku tak mnegerti kenapa dia tertawa. "kau kenapa ketawa tom ada yang lucu?? Huh? Aku serius tau!"

"kau takut pada hantu, padahal kau sendiri itu hantu bukankah itu lucu haha" dia masih tertawa dan ya dia benar aku kan hantu aku seharusnya berani menghadapinya, aku pasti bisa mengatasinya tapi bagaimanan jika hantunya seorang laki laki pasti dia sangat sulit di kendalikan.

"tapi bagaimana jika hantunya laki laki, bagaimana jika mukanya menyeramkan" tom makin tertawa sepertinya dia tak bisa diajak untuk berdiskusi tentang hal ini aku rolling eyes dan beranjak pergi dari situ.

"hey wait, maaf maaf aku tertawa berlebihan tapi itu benar benar lucu" aku tak menghiraukannya "oke aku akan membantumu jangan khawatir"

"benarkah kau akan membantuku?" aku langsung berbalik dan mendekatinya.

"iya aku akan membantumu tenang saja"

"yes! Kau memang hantu yang paling baik! Ya sudah aku balik sepertinya niall sudah pulang hihi byee tommy!"

"yeah i know ya- eh sejak kapan kau aku izinkan memanggilku tommy"

"tak perlu izin darimu bwek" aku menjulurkan lidahku dan pergi. Saat menyusuri koridor itu rasanya jadi aneh dan aku seperti terperangkap kedalam film sepia dan aku bisa melihat diriku di sana sedang berdiri dengan muka ragu dan mondar mandir aku tak ingat aku pernah melakukan itu sebelumnya. Tapi aku sangat gelisah sekali tampak jelas sampai niall membuka pintu dan melihatku berdiri disana dia tersenyum manis dan anehnya aku langsung terlihat tenang tak seperti tadi

"niall kita perlu berbicara" itu kata yang diriku ucapkan sebelum semuanya kembali seperti semula.

Apa aku mulai mengingat lagi apa yang terjadi seperti tom rasakan ada apa ini?

,



One More Chance [n.h]Where stories live. Discover now