Warning : Cerita abal, mainstream, pasaran, ada juga yang bilang kayak sinetron, typo(s) berserakan. So, if you don't like, don't read. No Flame, no bullying, no blame, give a good respect for me :)
*** Happy Reading ***
Hari masih begitu buta, namun dua insan manusia itu terlampau panik hingga tak memikirkan sebuta apa mereka bangun. Jika menilik kebelakang, Lerry maupun Zea masih sangat ingat saat mereka selesai makan malam kemudian memutuskan untuk tidur di kamar masing-masing, tentu saja setelah perang mulut seperti biasanya.
Tapi ini, saat keduanya terbangun karena tenggorokan yang kering meminta untuk dibasahi, betapa kagetnya mereka karena terbangun di ranjang yang sama, dibawah selimut yang sama hangatnya. Damn, apa ada hal yang lebih tidak masuk akal dari itu?
"Sedang apa kau di sini?" Zea melotot pada sosok shirtless di sampingnya.
Lerry mendecih, "Harusnya yang bertanya begitu adalah aku! Sedang apa kau di kamarku? Hah, aku tahu! Kau ketagihan tidur dan berbagi selimut denganku kan, baby Zee?"
Apa? Zea semakin melotot garang. "Jangan sok kepedean, memangnya ada jaminan selamat dengan tidur satu selimut denganmu!"
"Lalu?"
"Lalu apa?" Zea mengerang kesal melihat wajah mengejek bedebah itu.
"Kenapa kau bisa di kamarku? Ada alasan yang lebih masuk akal selain kau ingin berbagi selimut denganku?"
Apa Zea, apa??? Berpikir dan cari alasan yang masuk akal untuk membungkam si busuk bajingan itu. Aaarght... bagaimana pun tak ada hal yang bisa ia jadikan alasan, entah kenapa ia tiba-tiba ada di sini.
"Hah, bilang saja kalau kau yang memindahkan aku ke kamarmu sendiri, Lerry! Mengaku saja, dasar manusia mesum!" Zea balik menuduh lelaki itu.
"Tidak ada alasan untukku melakukan itu." Lerry mengelak, jelas saja ia tidak terima dituduh memindahkan tubuh koala menyebalkan itu ke kamarnya sendiri.
Mereka terdiam, Zea sedang berpikir untuk melakukan pembelaan lain atas dirinya. Dan Lerry terlalu pusing kenapa hal seperti ini bisa terjadi, apa mungkin Zea tidur sambil berjalan?
"Lerry, seingatku kamarmu itu bercat maroon?"
Lerry memutar bola matanya, "Benar, jika kamar apartemen yang kau maksud. Tapi kamarku di Estan mansion ya berwarna cream seperti ini!"
"APA?"
Lerry menggeram seraya menutup kedua telinganya. "Shit, kau bisa membuatku tuli, bodoh!"
"Lerry, lepaskan tanganku!"
"Aku tak memegangmu, idiot!"
"Tapi-" Zea melirik tangan kirinya yang ikut terangkat saat bedebah itu menutup telinganya.
"Borgol!" teriak mereka bersamaan.
*
*
*
God, Zea mengejang saat menyadari dimana dirinya berada. Estan mansion dengan tangan terborgol di dalam kamar Lerry, dibawah selimut yang sama. Sial, bahkan kamar mereka terkunci dari luar. "Apa yang sedang terjadi? Kenapa aku dan kau ada di sini dengan tangan terborgol? Demi tuhan, aku gagal paham, Lerry. Apa yang kedua orangtuamu pikirkan hah?!" Zea mulai meracau.
"Berisik! Kau bukannya membantu memecahkan teka-teki ini malah membuat kepalaku semakin pusing saja!" Lerry memijit kepalanya yang berdenyut, ia melirik jam weker di atas nightstand yang menunjukkan jarum panjang pada angka satu. "Pertama-tama kita harus keluar lebih dulu dari kamar ini lalu menemui Bunda dan Ayahku untuk meminta kunci borgolnya, setelah itu baru kita sidang mereka berdua." aha, ide yang cukup menjanjikan untuk membungkam kepanikan Zea. Mereka berdua kini sedang sibuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membuka kunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
T'amo
RomancePeraturan gila dari pemerintah yang mewajibkan WNA untuk menikah sebelum akhir desember membuat Lerry Estanbelt kalang kabut. Bukan karena dia tak laku, tapi karena eksistensi kaum perempuan di Thailand tidak sebanyak di Indonesia. Jika salah pilih...