Don't Lerry!!

24.2K 2K 40
                                    

Warning : Cerita abal, mainstream, pasaran, ada juga yang bilang kayak sinetron, banyak typo. So, if you don't like, don't read. No Flame, no bullying, no blame, give a good respect for me :)

*** Happy Reading ***

Gaysorn, Ratchapsarong

No. 999 Ploenchit Road.

Lerry lupa satu hal, alamat yang diberikan oleh koala itu adalah lokasi perbelanjaan terbesar di Bangkok. Sial! ia merasa dibodohi kali ini. Lagipula, untuk apa ia buru-buru pergi seperti orang kesetanan hanya karena isi Line Help me! Cih, sekarang ia terlihat sangat menggelikan.

"Lerry? Apa yang kau lakukan di sini?" gadis itu baru saja keluar dari kamar pas.

Lerry menggeram jengkel, "Kau pikir aku sampai di sini karena siapa heh?" ia mengeluarkan handphonenya dan lekas menunjukkan isi Line itu kepada Zea. "Lupa telah mengirimiku ini? bahkan sebelumnya kau menelponku, idiot!"

Zea menyambar ponsel bedebah satu itu, melihat isi pesan yang memakai akun Line miliknya. "Bukan aku yang mengirim ini, terakhir kali yang aku kirim adalah ini." ia menunjukkan percakapannya yang meminta ganti rugi atas dirinya.

"Hah? Kau bercanda? Jelas-jelas ini dikirim dari Line-mu!"

Hening sampai beberapa saat, Zea mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja ruang tunggu, mengecek kembali Line miliknya, namun tak ada pesan yang mengirim Help pada Lerry seperti yang terdapat di ponsel bedebah itu.

"See... tak ada pesan terkirim yang meminta pertolonganmu, kontak panggilan keluarpun tak ada namamu!" Zea menunjukkan ponselnya.

Ini aneh, pikir mereka berdua. Pasti ada seseorang yang ingin mempermainkan mereka. "Oiii, mau kemana kau?!" Lerry berteriak saat gadis koala itu pergi begitu saja, meninggalkan dirinya yang masih diambang kebingungan.

"Mau pulang! Kau pikir mau kemana lagi!"

"Kau harus bertanggung jawab sudah membuatku kabur dari kantor!"

Zea menoleh, "Salah siapa? Kau pikir aku yang memintamu datang kemari!"

"Tapi pesan itu-"

"Sudah kubilang bukan aku, kau sudah melihatnya sendiri kalau tidak ada pesan Line terkirim dariku yang meminta bantuan!"

"Siapa tahu kau sengaja menghapusnya untuk menipuku!" Zea berhenti seketika, dan Lerry menyipit curiga. "Ah, bilang saja kau ini sebenarnya ingin berkencan denganku kan? Cih, pura-pura pakai minta bantuan darurat segala, dan sekarang berakting tak melakukan apa pun?"

"Aku tidak melakukan itu bodoh!"

"Mengaku sajalah!"

"Sudah kubilang aku tidak mengirimnya!"

Zea menggeram, ia lekas mempercepat langkahnya menjauh. Sial! niat membolos kerja hari ini untuk menenangkan dirinya yang ingin meledak, tapi si bedebah itu malah muncul dihadapannya, membuat emosinya semakin memuncak, membuatnya ingin mematahkan tulang rusuk si busuk Lerry itu saat ini juga.

"Aw!" Zea memekik kesakitan, sepatu kesayangan miliknya baru saja masuk kedalam lubang pentilasi air di depan butik. "Patah?" sepertinya hari ini ia benar-benar ketiban sial.

"Butuh bantuan?"

Zea mendongak, setelah melihat siapa yang menawarinya batuan barusan, seketika membuat egonya semakin membumbung tinggi. "Tidak!"

"Baiklah," Lerry sudah membuat ancang-ancang untuk meninggalkan gadis itu sampai sebuah tangan menyentuh jari kelingkingnya cukup erat.

"Tolong..."

T'amoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang