Let's talk

30.3K 2.2K 49
                                    

Zeane P.O.V

Duniaku berputar tak sebagaimana mestinya sejak insiden ciuman waktu itu. Aaargh... bodoh, aku sangat bodoh! Ya tuhan, kenapa harus berakhir seperti ini? Mau ditaruh dimana mukaku? Lagipula kenapa saat itu aku tidak menampar wajahnya kemudian pergi ketimbang menyanggupi tantangannya yang sialan membuatku ingin sekali menggaruk wajah kemenangannya dengan parut.

Beberapa hari ini aku benar-benar seperti lebah yang hilir mudik tak tentu arah. Dan kemarin aku berhasil membungkam Garton untuk memindahkanku kebagian menejemen barang, ketimbang duduk satu ruangan dengan si playboy brengsek itu.

Tidak! Aku tidak mau bertemu dengan si brengsek lagi, sebab itu aku selalu menghindari temu pandang dengannya. Setiap hari aku akan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat sarapan dan pergi ke kantor lebih awal, begitu juga ketika pulang. Sebisa mungkin aku lebih cepat menyelesaikan pekerjaanku agar lebih cepat pulang juga.

"KOALA! Aku tau kau di dalam, kelurlah! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Ia berteriak seraya menggedor, tidak, dia menendang pintuku keras-keras.

Aku menutup telingaku dengan bantal dan berpura-pura sudah tidur.

"Kau tidak mau keluar juga? Fine, aku sumpahi kau akan menjadi wanita lajang seumur hidupmu karena tak mau bertemu dengan pria tampan sepertiku!"

APA??? Sudah gila keturunan Estanbelt itu. Dengan dongkol aku turun dari ranjang nyamanku dan membuka pintu. Tau apa yang dia lakukan? Dia sedang berdiri dengan tubuh bagian atas tanpa baju. Cih, dasar tukang pamer! Dia pikir tubuhnya itu bagus apa? Perut eight pack, lengan yang cukup berotot, ugh... lumayan sih buat guling terhangat pas musim hujan.

"Mau apa kau?!" aku bertanya skeptis seraya memeganggi tubuhku.

Dia mendengus, "Pede sekali, memang tubuhmu seseksi apa huh? Koala mengenaskan, tubuh kurus kerontang!"

Ya tuhaaan, apa tidak ada perumpamaan yang lebih buruk lagi?

"Ada beberapa pertanyaan yang akan aku ajukan."

"WHAT? Kau sudah gila? Jam berapa ini? Aku mengantuk tahu!"

"Well, kalau begitu lebih cepat lebih baik." Dia menyeretku ke pantry, mendudukkanku secara sialan kasarnya dan dirinya sendiri duduk di hadapanku. "Mau cokelat hangat?"

Aku hanya memutar kedua bola mataku jengah, "No, thanks. Cukup katakan apa yang ingin kau tanyakan, aku lelah Ery."

"Ada apa denganmu?"

"Hah? Maksudmu apa?"

"Kau, kau sengaja menghindariku, bahkan kau sampai pindah ke divisi lain."

Sial!

"Hahaha astaga, percaya diri sekali. Dengar, aku benar-benar sibuk akhir-akhir ini, lagipula apa alasanku sampai harus menghindarimu hah? Dan masalah aku pindah divisi karena-"

"Karena ciuman itu? Kau malu bertemu denganku?"

"Ba! Tentu saja tidak! Aku memang tidak ada bakat untuk memegang pekerjaan sebagai sekretaris!  Well, aku lebih nyaman bekerja dibagian menejemen."

Dia mengerutkan dahinya, "Dai! Sekarang pertanyaan kedua, apa kau jatuh cinta padaku?"

"WHAT? Apa dunia ini sudah berubah menjadi kotak hingga kau berpikir aku jatuh cinta pada bedebah sepertimu? Kecoa menjijikan?!"

Dan entah kenapa aku jadi emosi sendiri saat menjawab pertanyaan konyolnya itu. Aku benar-benar tidak habis pikir, kenapa dia bisa beranggapan kalau aku jatuh cinta padanya? Hahaha God, bahkan aku tak pernah berpikir ingin menjadi kekasihnya.

T'amoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang