Warning : Cerita saya terdapat banyak kekurangan, mainstream alias pasaran, ada juga yang bilang kayak sinetron, banyak typo. So, if you don't like, don't read. No flame, no bullying, no blame, give a good respect for me :)
*** Happy Reading ***
Sialan! Sialan! Sialaaan!
Jangan ditanya bagaimana merahnya wajah Lerry saat ini, baginya umpatan itu tidaklah cukup untuk menggambarkan rasa kesalnya pada si bungsu yang saat ini sedang terbahak di tempatnya, memegangi perutnya seakan takut meluruh karena intensitas tawa yang semakin meledak.
"Hahahaha wajahmu itu, Lerry. Sangat bodoh, apa yang kau lakukan pada kakak ipar di tempat seramai ini?" biarlah, biar si bungsu puas dengan perasaannya saat ini, mungkin dengan mengejek dirinya begitu bisa membuat rasa sakit hati si bungsu sedikit berkurang pada sang ayah. "Hahaha sepertinya kau harus melakukan ronsen, siapa tahu ada beberapa tulang yang patah karena tendangan telaknya tadi."
"Diamlah Keyl, seperti dirimu tak pernah melakukannya saja dengan gadis di rumah petakmu itu!" sungut Lerry sebal.
Keylo menaikkan satu alisnya kemudian sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah seringai, "Dai, ingatkan aku untuk mencobanya nanti saat sudah sampai di Phuket."
APA? Lerry melongo mendengar ucapan si bungsu. Jangan bilang kalau Keylo sama sekali belum pernah melakukannya dengan gadis itu? Blimey! Lerry merinding membayangkan Bunda Chika yang mengamuk karena dirinya memberi contoh tidak baik pada si bungsu.
"Hey Keyl, kau tidak boleh melakukannya!"
Tolol! Seharusnya Lerry tak perlu sampai berteriak-teriak di koridor rumah sakit begini. Lihat, banyak orang yang semakin menatapnya aneh dan semua ini gara-gara si bungsu!
"Lagon na P', aku harus kembali ke Phuket dan mempraktikan apa yang kau lakukan dengan kakak ipar tadi pada Kinda hahaha..."
"Keylo! Kau masih kecil, belum punya penghasilan, kalau kau kebablasan dan punya anak nanti mau diberi makan pakai apa?!"
Bocah laki-laki itu berbalik dan menyeringai, "Matamu akan keluar dari tempatnya kalau kau melihat deretan angka dalam buku tabunganku P'. Dan tenang saja P', Mami pasti tidak akan marah kalau kuberi cucu perempuan hahaha..."
Blimey, Lerry tidak bisa berkata-kata lagi saat ini, dia terlalu syok mendengar teriakan adiknya tadi. Harapannya hanya satu, 'Semoga dia tak benar-benar melakukan 'Kau tau apa' dengan gadis itu.'
"Lerry!" seseorang meneriakkan namanya, membuat lamunannya tentang si bungsu lekas buyar.
Oh shit, haruskah dia berbalik dan memasang senyum pada orang yang memanggilnya? Dan benar, kini dia melakukannya. Sangat menyedihkan Lerry, kau melihatnya berdiri dibelakangmu dengan seorang penjahat kelamin seperti James di sampingnya.
"Oh hai," sapanya dengan nada jijik. "Apa yang kalian lakukan di sini?"
Gadis- oh ralat, dia sudah tidak gadis lagi- wanita itu tersenyum manis seperti biasanya. "Aku baru saja selesai check up dengan dokter kulitku."
"Oh, aku baru tahu kalau kau mempunyai penyakit kulit, itu mengerikan." Sanggahan polos atau lebih tepatnya sebuah cibiran begitu saja keluar dari mulut Lerry.
"Oh bukan, aku sama sekali tak memiliki penyakit kulit menjijikan. Hanya memeriksa kelembapan dan-"
"Terserah, aku tak ingin tahu apa masalah kulitmu Prim." Potongnya cepat, "Well, aku harus pergi. Bye..."

KAMU SEDANG MEMBACA
T'amo
عاطفيةPeraturan gila dari pemerintah yang mewajibkan WNA untuk menikah sebelum akhir desember membuat Lerry Estanbelt kalang kabut. Bukan karena dia tak laku, tapi karena eksistensi kaum perempuan di Thailand tidak sebanyak di Indonesia. Jika salah pilih...