Warning : Cerita abal, mainstream, pasaran, ada juga yang bilang kayak sinetron, typo berceceran. So, if you don't like, don't read. No Flame, no bullying, no blame, give a good respect for me :)
*** Happy Reading ***
Sial! sial! sial! Zea mengerang kesal, tangannya sibuk menggosok tubuhnya yang terdapat tanda kepemilikan Lerry dengan sabun dan spons namun tak juga hilang. "Keparat mesum tak tau diri!" ia kembali mengumpat.
Zea menyerah, ia melemparkan spons dan sabun yang tadi digunakannya untuk menggosok tubuhnya ke sembarang arah, kemudian menenggelamkan diri di bathtub, mencoba mengingat apa yang sudah ia lakukan dengan si busuk itu semalam dalam pengaruh alkohol.
"Aaaargh... dasar Lerry bajingan busuk, akan kubunuh kau!" lolongan frustasi kembali keluar dari mulutnya, pasalnya ia tak bisa mengingat apapun kecuali kejadian saat ia bertemu dengan Dean saat hendak makan siang di Lapin kafe, mendapat undangan resmi pernikahan lelaki itu dengan pasangannya, membuat Zea benar-benar ingin meledak, sakit, sedih, kecewa, semuanya bercampur jadi satu.
Lalu saat pulang dari kantor ia pergi ke suatu tempat dengan teman-teman kantornya, mencoba minuman yang tidak dikenalnya, entahlah, saat itu ia merasa sedikit ringat setelah meminum minuman itu sampai membuatnya menambah lagi, lagi dan lagi sampai tak ingat sudah menghabiskan berapa gelas.
Percuma, sampai ia mati mengambang di dalam bathtub pun ingatan semalam tidak bisa digapainya, sebab itu Zea memilih mengentaskan diri, membalut tubuhnya dalam piyama mandi yang cukup tebal untuk menghangatkan tubuhnya yang terasa membeku.
*
*
*
Pagi yang cerah, setidaknya itu menurut pria tampan satu ini. ia mengawali hari dengan mood yang sangat bagus, tersenyum dan sesekali menyapa pegawainya saat berpapasan. "Pagi yang cerah, Garton." Ia menyapa kaki tangannya dengan senyum dan juga tepukan semangat di bahu lelaki itu.
Pagi yang cerah? Garton melongok ke luar jendela untuk memastikan kalau matanya masih bekerja dengan baik, pasalnya saat ia berangkat awan mendung menyelimuti hampir seluruh kota Bangkok, dan saat ia sampai di kantor hujan mulai turun. "Anda baik-baik saja bos?" ia memastikan keadaan atasnnya, siapa tahu sesuatu terjadi padanya sampai membuat otak atasannya tersebut sedikit bergeser.
"Hn, tidak ada yang lebih baik dari hari ini."
Benar, tidak ada yang lebih baik dari hari ini, ia bisa membayangkan bagaimana frustasinya Zea saat bangun nanti, ia juga sudah memperkirakan seberapa hancur kamar miliknya karena amukan gadis itu nanti. Ugh, sayang sekali ia tak bisa melihatnya secara live, tapi tenang saja, ia akan menontonnya melalui kamera CCTV yang terpasang di kamarnya tersebut saat pulang dari kantor nanti.
BRAK! Tubuh Lerry berjengit kaget, menatap sosok yang kini berdiri di ambang pintu. "Maaf tuan, saya sudah mencoba menghalaunya."
"Tak apa, pergilah Garton." ia menyuruh kaki tangannya itu pergi, membiarkan sosok gadis yang tadi membuka paksa pintu ruang kerjanya masuk dan sekarang sedang mendudukan diri di sofa sudut ruangan miliknya.
"Kau tak merindukanku?" gadis itu membuka suara setelah didiamkan selama 10 menit oleh pria yang sibuk membelai dokumen di atas meja kerjanya. "Lerry!"
"Apa?"
Gadis cantik itu mendengus kesal, ia lekas bangkit dan meringsek ke arah Lerry yang masih menyibukkan diri. "Kemana saja kau? Kenapa tidak pernah menghubungiku selama hampir dua bulan ini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
T'amo
RomancePeraturan gila dari pemerintah yang mewajibkan WNA untuk menikah sebelum akhir desember membuat Lerry Estanbelt kalang kabut. Bukan karena dia tak laku, tapi karena eksistensi kaum perempuan di Thailand tidak sebanyak di Indonesia. Jika salah pilih...