Warning : Cerita saya terdapat banyak kekurangan, mainstream alias pasaran, ada juga yang bilang kayak sinetron, banyak typo. So, if you don't like, don't read. No flame, no bullying, no blame, give a good respect for me
*** Happy Reading ***
Ku kira, dirinya tak bernilai apa-apa dalam hidupku,
Ku kira, dengan ada atau tanpa adanya dirinya aku akan baik-baik saja,
Ku kira, rindu ini tak akan membunuhku,
Dan ku kira...
Zeane POV
Rasa sesak di dadaku semakin menggunung setiap kali memasuki kamar kami. Dia pergi tanpa mengucapkan apapun, tanpa meninggalkan pesan, tanpa membangunkanku. Bahkan dia menyuruh sekretarisnya untuk menyiapkan barang-barang yang dia perlukan selama dia di London, sedangkan aku? Aku hanya menonton si dada besar Molned dari sudut ranjang, seperti tak ada rasa canggung dalam diri wanita itu untuk wara-wiri di dalam kamar kami, sama dengan kamarku dan Lerry.
Bahkan aku tak bisa melupakan bagaimana Molned menekan bel apartemen kami dengan tak sopannya, masuk kedalam dengan wajah terangkat seakan dialah sang tuan rumah.
"Apa yang kau lakukan di sini? Sepagi ini?" secara teknis aku langsung bertanya padanya.
Dia tersenyum dan aku sangat benci senyumnya itu, benar-benar perempuan penggoda kelas kakap! "Tuan Lerry memberi perintah padaku untuk mengambil barang-barangnya."
"Barang-barang apa?"
"Kau tidak tahu kalau pagi ini tuan Lerry akan berangkat ke London?"
Oh sial, "Aku tahu, tapi bukankah jadwal penerbangannya nanti sore?"
"Seharusnya memang begitu, tapi tuan Lerry mengganti jadwal penerbangannya pagi ini jam 08.00."
Fuck, kenapa aku tak tahu? Kenapa dia tak mengatakannya padaku? Ini keterlaluan, walaupun dia sedang marah padaku tapi setidaknya dia menulis note atau mengirim pesan sebagai pemberitahuan agar aku tak terlihat begitu bodoh seperti sekarang ini. Brengsek, kenapa dia malah memberitahukan keberangkatannya itu pada sekretris genitnya daripada istrinya sendiri!
"Kau mau kemana? Hey itu kamar kami!" aku berteriak saat melihat tubuh sekretaris genit itu melenggang menuju kamar kami sama dengan kamarku dan kamar Lerry!
"Oh maaf, tapi tuan berpesan padaku untuk mengemas keperluannya yang masih belum beliau pack ke dalam koper."
Apa ada yang lebih keterlaluan dari ini? si brengsek itu menyuruh orang lain untuk masuk ke dalam kamar kami sama dengan kamarku dan kamarnya. Satu hal yang membuat aku tak terima karena dia... dia menyuruh orang lain untuk menyiapkan keperluannya yang akan dia bawa ke London.
"Kalau kau takut aku akan mengambil sesuatu yang berharga dari dalam kamar kalian, kau bisa mengawasiku secara langsung-"
Aku marah, kesal, ingin menggaruk wajah operasian di depanku saat ini juga. "Berikan notenya padaku dan tunggulah di sini, aku yang akan mengemas keperluannya."
Rambut ikalnya bergoyang ke kanan dan ke kiri seiring dengan kepalanya yang menggeleng. "Maaf, tapi tuan Lerry tidak mengizinkanmu untuk melakukan itu semua atau aku akan dipecatnya saat ini juga. Kurasa kau cukup mengantarkanku ke dalam dan menunjukkan lemari baju dan tempat perlengkapan kerjanya."
Apa dia serius? Lerry mengatakan itu pada sekretarisnya? Jika benar begitu, harga diriku merasa terlukai. Menelan segunung kekesalan yang sudah berada di ujung lidah, aku segera mengayunkan kakiku menuju kamar kami. Jari telunjukku menunjuk sebuah lemari besar milik Lerry di sudut sebelah kanan karena tepat di sampingnya adalah lemari bajuku.

KAMU SEDANG MEMBACA
T'amo
Roman d'amourPeraturan gila dari pemerintah yang mewajibkan WNA untuk menikah sebelum akhir desember membuat Lerry Estanbelt kalang kabut. Bukan karena dia tak laku, tapi karena eksistensi kaum perempuan di Thailand tidak sebanyak di Indonesia. Jika salah pilih...