I Miss U

22.9K 1.9K 109
                                    

Zea menatap sosok yang saat ini tengah tertidur di sofa ruang tengah. Sosok yang selama 2 minggu ini selalu berada di dalam kepalanya. Sosok yang menyita hampir seluruh perhatiannya, sosok yang dirinduinya.

Lerry... jika saja, jika saja dia tak pulang malam ini, Zea tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Rasa takut yang ia rasakan masih begitu nyata, masih terekam jelas di depan matanya.

Rasa itu, sebuah rasa ketakutan paling besar yang pernah Zea alami saat mengetahui siapa yang baru saja membekap mulutnya. Sosok itu tengah tersenyum miring seraya menatap dirinya yang sudah menggigil ketakutan.

"Ada apa Zea? Kau tak mau memberi pelukan rindu padaku?" mulut kotor itu baru saja bersuara.

'Ya! Aku akan dengan senang hati melemparkan diriku padamu kalau saja kau adalah Lerry, suamiku!'

"Jangan menatapku seperti itu, Zea. Karena aku tahu, jauh dilubuk hatimu kau sangat-sangat... merindukanku, bukan?"
Zea menatap sinis pada orang tak tahu malu itu.

Cih, percaya diri sekali dia. Jangankan rindu, sejak pertama kali Zea melihatnya setelah 3 bulan tak bertemu, saat ini juga Zea sadar kalau dia hanyalah sampah masa lalu yang harus dia buang jauh-jauh.

"Aku hancur."

Zea masih bertahan dengan sikap skeptisnya. Menatap sosok pria itu nyalang, merekam semua gerak-geriknya untuk mempersiapkan dirinya kabur kalau-kalau dia berencana melakukan sesuatu padanya. "Dan kehancuranmu itu sama sekali tak ada hubungannya denganku, kan? Kau harus berubah, Dean. Kau tidak bisa menyalahkan orang lain atas semua kesalahan yang kau buat."

Dean tertawa seperti psikopat. Lerry, tidak bisakah secara ajaib dia ada di sini, di samping Zea? Zea... dia sangat takut menghadapi psikopat sepertinya.
"Ck, ck, lihat, sekarang kau mulai bermulut besar dan sombong semenjak menjadi menantu keluarga Estan. Kau menikmatinya? Menjadi nyonya muda di keluarga Estan? Tidakkah kau sama dengan para pelacur si busuk itu? Menikah demi uang dan kesenangan? Menurutku kau jauh lebih rendah dari kami, orang-orang yang kau anggap pendosa karena memiliki cinta terhadap sesama jenisnya."

"Apa yang kau katakan? Dean, apa kau sedang mabuk? Se-sebaiknya kau pulang."

"Pulang? Hahaha kau pikir aku akan pulang begitu saja dan melewatkan kesempatan bagus ini?"

Zea menggeleng tak percaya. Degupan di dadanya bertambah berkali-kali lipat. Apa dia benar-benar memiliki penyakit gangguan mental? Karena... karena dia sangat berbeda dari Dean yang Zea lihat beberapa bulan lalu saat hendak pergi makan siang di kafe langganannya. Dean mendekat, dan secara spontan Zea mengambil langkah mundur untuk menghindarinya. "Dean, apa yang akan kau lakukan?"

"Tebaklah, apa yang akan aku lakukan pada gadis sok suci sepertimu, Zea."

Gadis sok suci? Tubuh Zea mulai gemetaran saat melihat Dean semakin mendekat dengan seringai psikopatnya itu. "Dean pergilah sebelum Lerry datang dan melemparmu dari jendela apartemen kami." Ia berdoa, semoga Dean mau mendengar ancamannya dan percaya kalau Lerry-

"Kau pikir aku bodoh, huh? Aku tau semuanya, semua tentang dirimu dan si brengsek itu. Kau menikah karena uang, dan dia menikahimu karena status WNA-nya. Dan kau pikir aku tolol? Datang ke kandang lawan tanpa pengintaian lebih dulu?"

Ya tuhan, rasanya seluruh darah dalam tubuh Zea mengering seketika. Ia lekas membekap mulutnya dengan punggung tangannya.

"Pernikahan kami... semua yang sudah kami rancang sejak jauh-jauh hari hancur dalam seketika. Dia mencampakkanku,"

Sial, itu adalah berita yang fucking funny. Rasa takut yang ia rasakan tadi entah lenyap kemana, saat ini Zea justru sedang terkekeh dibuatnya. "Dan kau pikir, kau bisa kembali padaku setelah kau dicampakkan olehnya? Dean, kau terlalu percaya diri. Aku sudah tak mengharapkanmu lagi, tidak sedikitpun kalau kau ingin tahu."

T'amoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang