"I do"

25.4K 1.9K 40
                                    

Warning : Cerita saya terdapat banyak kekurangan, mainstream alias pasaran, ada juga yang bilang kayak sinetron, banyak typo. So, if you don't like, don't read. No flame, no bullying, no blame, give a good respect for me :)

*** Happy Reading ***

"Zea, will you marry me?"

Ucapan Lerry dua hari lalu masih berputar-putar di kepalanya sampai saat ini. Gezzz... bahkan bedebah itu menunjukkan sikapnya yang tidak biasa dan entah kenapa itu justru membuat Zea menjadi risih. Perlakuan manisnya, senyumnya, nada bicaranya yang ramah... aaaarght! Rasanya Zea ingin membanting Lerry di arena Aikido seperti masa kuliah dulu.

"Morning, baby Zee..." Zea tak merespon, ia berusaha mengabaikan Lerry yang kini sudah berdiri di sampingnya, mengambil cangkir, kopi dan juga gula seperti biasanya. "Kau membuat roti panggang?"

"Kau buta?" jawab Zea sarkasm, lidahnya terlalu gatal untuk tidak mengumpat pada si busuk Lerry.

Senyum itu... rasanya Zea ingin merobek mulut Lerry agar dia tak lagi menampakkan senyum sok manisnya itu, sungguh. "Buatkan satu untukku yah."

"Buat sendiri!"

"Ayolah baby Zee.. itung-itung kau belajar menyiapkan sarapan untuk calon suamimu ini."

"Apa? Aku tak bilang kalau aku akan menerima lamaranmu, Lerry."

"Tapi kau meminta waktu untuk memikirkannya,"

"Belum tentu akan kuterima juga kan?!"

Zea melebarkan matanya saat sosok Lerry berbalik membelakanginya, "Kau menyakitiku, baby Zee.." kemudian pergi.

Hey! Ya ampun, kenapa jadi begini? Tidak biasanya Lerry tersinggung, atau memang ucapannya sudah keterlaluan?

*

*

*

Estan enterprise hari ini terlihat begitu sibuk, mulai dari satpam yang bertugas di depan sampai seluruh department yang ada, tak terkecuali dengan department tempatnya bekerja. Saat ini mereka terlihat seperti para pekerja rodi daripada karyawan perusahaan.

"Sawadee kha, boss. Maaf terlambat datang, lift di bawah terlihat sangat penuh jadi aku menunggu giliran selanjutnya untuk sampai ke lantai 3." Gadis itu berucap dalam satu tarikan nafas, mengabaikan rasa sesak efek berlari dari lobi menuju pintu lift yang lumayan jauh.

"Kau ini! jangan mentang-mentang kau adalah calon tunangan tuan Lerry jadi bisa seenaknya datang sesuka hatimu! Lihat karyawan lain, mereka jauh lebih serius bekerja daripada kau!" Blah... pagi-pagi sudah sarapan kuah, pikir Zea seraya menekuk wajahnya. "Sedang apa berdiri di sini? Cepat pergi dan kerjakan pekerjaanmu!"

Sial! umpatan itu Zea tujukan pada wanita lapuk yang tak kunjung menikah sampai saat ini. Ralat, mungkin tahun ini adalah tahun keberuntungannya karena peraturan pemerintah yang mewajibkan semua penduduk yang sudah cukup usia harus menikah sampai akhir bulan Desember nanti.

Zea segera menyimpan tasnya di dalam loker, kemudian mengambil peralatan kerjanya dari dalam sana. Setelah itu ia lekas pergi untuk bergabung dengan karyawan lainnya untuk mengecek barang yang masuk, serta memberi perintah pada bagian pengangkutan untuk memindahkan barang yang sudah di cek menuju tempat penyimpanan.

"Sepertinya tuan Lerry sedang dalam mood yang buruk. Semua department terkena amukannya. Bahkan satpam yang di depan terancam dipecat karena terliat sedang bersantai saat tuan Lerry datang."

T'amoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang