Hari ini matahari bersinar lebih terik dari hari kemarin setelah hujan yang mengguyur deras tadi malam. Suasana Stasiun di kota yang memiliki julukan Kota Satria juga sangat ramai, dipenuhi oleh para pemudik yang akan pulang kampung untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama dengan keluarganya.
Panas. Hal yang dirasakan oleh semua orang di stasiun ini. Orang-orang itu harus menahan dahaganya bagi yang berpuasa, karena waktu maghrib masih sekitar 6 jam lagi. Berharap ada angin semilir yang menerpa mereka untuk sekadar menyegarkan badan.
Seorang gadis turun dari keretanya, kereta yang berangkat dari Tanggerang menuju Purwokerto ini membawanya dengan selamat. Penampilannya kini berbeda. Ia sudah berani bermake-up natural, dengan jilbab navy, celana hitam, dan jas almamater khas mahasiswa PKN STAN serta sepatu kets putih duduk di salah satu kursi tunggu stasiun ini, menunggu seseorang menjemputnya.
Kirana Nataliazzahra, kini ia menjadi salah satu mahasiswa PKN STAN jurusan D3 Pajak dan sedang menjalani liburan di semester 5 nya. Kirana mengambil ponsel berwarna white-gold kesayangannya dari dalam saku jas almamaternya dan mencari kontak Hans, papahnya untuk menjemputnya.
"Assalamualaikum, Pah?" sapa Kirana.
"Waalaikumussalam.. kamu sudah sampai mana, Nak?" tanya Hans.
"Kirana udah nyampe stasiun, Papah jadi njemput kan?" tanya Kirana memastikan.
"Maaf, Nak. Mobil Papah lagi di bengkel, jadi Papah ngga bisa njemput kamu.." jawab Hans.
"Trus Kirana pulangnya gimana, Pah?" tanya Kirana dengan nada memelas.
"Papah udah minta tolong orang tadi buat njemput kamu.." jawab Hans.
"Siapa,Pah?" tanya Kirana penasaran.
"Nanti dia kalau udah nyampe bakalan hubungin kamu katanya.." jawab Hans.
"Ooh, yaudah, Pah. Kirana tunggu deh.." ujar Kirana.
"Iya. Maaf ya Papah ngga bisa njemput.." kata Hans.
"Iya, Pah.. Nggapapa.. Kirana tutup ya? Assalamualaikum.." pamit Kirana.
"Waalaikumussalam.." balas Hans. Kemudian sambungan telfonnya terputus.
Kirana memasang kacamata hitamnya untuk mengurangi sinar matahari yang masuk ke matanya agar tidak terlalu silau. Kirana mendapat libur selama 2 minggu, ia hanya membawa pulang barang dan baju secukupnya sehingga koper yang ia bawa kecil. Barangnya yang lain ia tinggal di kost agar tidak merepotkan dan tidak perlu membawa koper yang besar, berhubung ia juga sudah mengontrak kost tersebut selama 3 tahun jadi tidak perlu mengkhawatirkan biaya tambahan untuk kost yang ia tinggal.
15 menit berlalu, orang yang Hans suruh untuk menjemput Kirana belum juga menampakan batang hidungnya ataupun menghubungi Kirana.
"semoga yang menjemput memang manusia, bukan makhluk astral yang kasat mata. hihi" Batin Kirana menghibur dirinya sendiri yang mulai bosan.
Kirana sedikit terkejut dengan getaran di ponselnya, ditambah kaget lagi dengan nama orang yang tertera pada layar ponselnya. Panggilan masuk dari "Arya", Kirana bingung harus mengangkatnya atau tidak. Ini adalah telfon pertama dari Arya setelah sekian tahun lamanya, setelah Arya memutuskan hubungannya dengan Kirana.
Dengan ragu Kirana menggeser tombol berwarna hijau dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya, dan berdehem sebentar.
"Halo?" ucap Kirana berusaha menetralkan nada bicaranya.
"Di mana?" tanya Arya yang ada di sebrang panggilan itu.
"Apanya?" tanya Kirana balik yang masih bingung dengan pertanyaan Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Pora (TAMAT)
RomanceSetiap orang punya mimpi yang ingin mereka wujudkan. Seseorang yang berani untuk bermimpi maka harus berani berjuang agar mimpinya benar-benar terwujud. Masing-masing memiliki waktunya untuk menggapai hasil setelah melewati berbagai proses yang panj...