Hari sudah sangat larut, semua orang di rumah ini sudah tertidur dan terbuai dalam alam mimpinya masing-masing. Dengkuran-dengkuran halus terdengar dari dalam kamar. Jangkrik dan hewan malam lainnya mulai berpesta di luar sana. Seolah sedang melakukan paduan suara merdu yang justru membangunkan seseorang dari tidurnya.
Alya terbangun, merasakan tenggorokannya kering. Ia menengok ke nakas yang ada di sampingnya. Kosong, ia lupa tidak membawa air minum tadi.
Kemudian ia menengok ke arah Kirana. Mengguncang pelan lengan gadis itu agar terbangun.
Tak ada respon, Alya duduk menghadap Kirana. Menoel-noel pipi Kirana dan mencubitnya pelan.
Berhasil. Gadis yang diganggu tidurnya itu membuka matanya yang masih mengantuk setengah sadar.
"Hmm?" Tanya Kirana.
"Temenin ke bawah... Haus.."
Kirana sempat menutup matanya kembali, tapi dikejutkan oleh Alya lagi. Mau tak mau gadis itu bangun, menemani Alya mengambil minum.
Mereka sudah keluar dari kamarnya, turun melewati tangga menuju dapur. Kirana yang masih mengantuk mendudukkan dirinya di kursi meja makan, dan menelungkup kan kepalanya di atas kedua tangannya.
Srett
Terdengar suara kursi digeser pelan. Kirana merasakan ada seseorang di depannya. Dan sebuah tangan menyentuh kepalanya.
Gadis itu sedikit mengintip dari lipatan tangannya, melihat siapa yang melakukannya. Terlihat Arya sedang duduk dihadapannya dengan satu tangan terulur ke arahnya. Lalu kembali menelungkup kan kepalanya, terlalu ngantuk. Lebih tepatnya sedang menikmati belaian lembut Arya di kepalanya.
Alya yang sudah selesai mengambil minum, melihat dua manusia itu yang entah sedang apa, memutuskan untuk kembali ke kamar tanpa mengajak Kirana lagi.
"Biarin ah" batin Alya dan berlalu begitu saja.
"Jangan tidur sembarangan.." bisik Arya pada gadis di depannya.
Sebenarnya Arya mendengar suara pintu kamar di depan kamarnya terbuka lalu tertutup kembali, kemudian keluar untuk memastikan keadaan, dan melihat lampu dapur menyala jadi ia turun dan menemukan putri tidur di depannya ini.
Kirana masih belum merespon apa-apa, masih diam ditempat nya.
"Wel, aku laper.." bisik Arya lagi.
"Ya makan.." jawab Kirana pelan, masih setengah sadar.
"Ya masakin.. bikinin apa kek.." bisik Arya lagi.
Kirana mengumpulkan nyawa dan kesadarannya, kemudian mendongak dengan mata yang sedikit ngantuk.
"Apa?" Tanya gadis itu.
"Terserah kamu"
Kirana mendecakan lidahnya, tidak sepantasnya seorang cowok memiliki kosakata "terserah" dalam pengucapannya. Seorang lelaki adalah imam yang harus bisa memutuskan dan menyimpulkan sesuatu, bukan terserah.
Kirana berdiri, berjalan menuju dapur melihat ada bahan makanan apa yang tersisa. Di kulkas hanya ada buah dan minuman dingin.
"Buah?" Tanya Kirana.
"Yang lain." Jawab Arya.
Gadis itu beralih membuka lemari tempat menyimpan makanan. Ada roti tawar, namun saat ia lihat expired nya sudah lewat sehari. Ada juga mie instan, telur, selai selai, dan rumput laut lembaran.
"Mie?" Tanya Kirana.
"Ngga ada yang lain apa?" Tanya Arya balik.
"Ada. Makan ati." Jawab Kirana menutup lemari itu dan berjalan meninggalkan dapur, berniat kembali ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Pora (TAMAT)
RomanceSetiap orang punya mimpi yang ingin mereka wujudkan. Seseorang yang berani untuk bermimpi maka harus berani berjuang agar mimpinya benar-benar terwujud. Masing-masing memiliki waktunya untuk menggapai hasil setelah melewati berbagai proses yang panj...