"Tuh orangnya baru dateng." ujar Aan, lalu meminum cola yang baru ia beli di minimart depan studio.
Kirana sedikit berlari menghampiri keluarganya yang sudah menunggu di teras studio. Adit mengikuti di belakang setelah menyelesaikan pembayaran dengan supir mobil, membantu Kirana membawakan dua buket bunga miliknya, dari keluarganya dan dari Adit. Ia mungkin tidak memiliki penggemar karena terlalu introvert atau bodo amat dengan percintaan semasa kuliah, Ia hanya berfokus pada nilainya.
"Maaf Pah, Mah. Agak macet di jalan tadi.."
"Iya nggapapa, yaudah masuk yuk. Tuh temen kamu diajak masuk juga, kasian udah kayak bodyguard mu." balas Anna.
Adit menganggukan kepala, merasa dirinya terdeteksi keberadaannya. "Udah biasa, tante.."
"Yok, Dit, masuk."
Mereka masuk ke dalam studio, Kirana mewakili bertanya pada salah satu staff admin di balik meja tentang bookingan mereka.
"Maaf, Kak. Tolong ditunggu 20 menit lagi ya. Ruangannya masih dipakai oleh yang sebelumnya karena dimulai terlambat."
"Setelah kami ada yang booking lagi nggak, Mba?" tanya Kirana.
"Kebetulan yang terakhir hari ini, Kak."
"Ooh, berarti boleh dikasih bonus dong, Mba?" tawarnya.
Perempuan itu berdiskusi dengan teman di sebelahnya, "Iya boleh, Kak. Karena keterlambatan masuk kami beri extend waktu 20 menit, jadi 40 menit ya?"
"Oke, Mba. Terimakasih."
"Sama-sama, silahkan ditunggu di ruang tunggunya ya.."
Kirana kembali kepada keluarganya, memberitahukan informasi yang telah ia dapat. Gadis itu duduk di samping kanan Adit. Adit mulai terlihat akrab dengan adik-adik Kirana, mereka bahkan berhighfive seolah sudah kenal lama.
"Dapet boneka dari siapa?" tanya Hans.
Kirana menggeleng, "Nggak tau, Pah. Dititipin ke Adit, Aditnya ngga kenal."
"Cie kakak, punya penggemar rahasia.." ledek Reza, si bungsu.
"Anak kecil diam."
"Enak aja, aku udah gede ya.. Tinggian aku daripada kakak" protesnya.
"Iyalah, beda satu senti doang"
"Padahal dua senti."
"Yeww" cibir Kirana.
Aan mengulurkan tangannya, meraih boneka yang ada di pangkuan Kirana. "Pinjem, Kak."
"Buat apa si?"
"Meneliti, siapa tau ada kode tersembunyi." balasnya sambil memutar-mutar boneka itu, berusaha menemukan petunjuk dari berbagai celah yang memungkinkan.
Kirana membiarkan, Reza sudah tenggelam dalam dunia game di ponselnya. Sementara Adit memandang bingung ke arah Kirana seolah berkata dengan isyarat matanya, Ini gue ngapain?
Bukannya menjawab, gadis itu justru mengambil beberapa album foto yang ada di bawah meja tunggu. Membukanya satu persatu disetiap halamannya dalam diam. Merasa bosan, Adit ikut mengambil album lain yang tersisa, membukanya tanpa minat, hanya sekedar dilihat-lihat.
Aan merasa frustasi karena tidak berhasil menemukan yang ia cari, tangannya terjulur mengambil cola yang ia letakan di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Pora (TAMAT)
RomanceSetiap orang punya mimpi yang ingin mereka wujudkan. Seseorang yang berani untuk bermimpi maka harus berani berjuang agar mimpinya benar-benar terwujud. Masing-masing memiliki waktunya untuk menggapai hasil setelah melewati berbagai proses yang panj...