10🔸D.A.H

2.8K 135 16
                                    

Cuaca Majenang hari ini terik, matahari menampakan sinarnya tanpa terhalang oleh awan. Banyak orang berlalu-lalang. Sebagian sudah pergi meninggalkan stasiun, sebagian lagi ada yang menunggu jemputan.

"Dijemput siapa, Mah?" tanya Alya.

"Paklik." jawab Indah singkat.

Disebelah Indah ada Kirana, dan disebelah Kirana ada Arya. Arya mengeluarkan kacamata hitam miliknya dari dalam saku yang ada di samping tas, lalu memasangkannya pada Kirana.

"Ngapain sih" tolak Kirana saat Arya memasangkannya kaca mata dengan tiba-tiba.

Arya tetap memasangkannya sampai benar-benar terpasang.

"Nah, jadi inget pas kita pertama ketemu lagi di stasiun. Hehe" ujar Arya.

"Halahhh" cibir Kirana kemudian terkekeh mengikuti Arya.

Kirana menoleh ke arah Alya bersamaan dengan Alya yang menoleh ke arah Kirana. Entah sejak kapan Alya sudah memakai kacamata hitamnya, sama seperti Kirana.

"Weiss, calon kakak ipar sehati sama aku yaa" ujar Alya.

"Bisa samaan pake kacamata gini.." lanjutnya.

"Enak aja, Kirana sehatinya sama gue. Karena lo kembaran gue jadi ada hubungannya dikit.. Dikit banget." tungkas Arya sambil menyatukan ibu jari dan telunjuknya, mengisyaratkan hal yang sedikiiittt banget.

"Iyain aja deh." balas Alya sambil mengibaskan helai pashminanya bak mengibaskan rambut duta iklan shampo.

"Sok sokan jadi duta sampo lain, awas ketombenya jatuh!" ledek Arya.

"Ih sorry ya, gue ngga ketombean. Kecuali kalo lo yang ketombean trus nular ke gue. Tapi kemungkinannya kecil. Keciilll banget." balas Alya tak kalah sengit dan sambil meniru isyarat jari seperti Arya tadi.

Baru saja Arya akan membalas perkataan kembarannya itu, mulutnya sudah dibungkam oleh tangan kanan Kirana.

Gadis itu menghadap Arya, kemudian menurunkan tangannya.

"Brisik" ucap Kirana.

Arya menatap Kirana dengan pandangan yang Kirana tak tau artinya apa sampai laki-laki itu berkata,

"Harusnya kamu bungkam bibir pake bibir, bukan pake- Adoww!!"

Kirana memukul lengan Arya dan membulatkan matanya. Tak menyangka Arya berkata seperti itu di tempat umum.

"Apasih!" protes Arya.

"Brisik, bawel." jawab Kirana kesal.

"Kamu yang bawel, wel.." ucap Arya yang masih terus membalas ucapan Kirana. Namun kali ini, Kirana sudah tak ingin membalasnya. Bisa lelah sebelum sampai tempat tujuan nanti.

"Udah, ributnya lanjut nanti. Siap siap jemputannya udah mau sampe." kata Indah menengahi.

"Foto duluuu" pinta Alya yang langsung mengarahkan kamera hp nya tinggi-tinggi untuk we-fie.

Cekrek!

Tin.. Tin..

Sebuah mobil berwarna hitam terparkir persis di depan mereka. Kaca mobil itu perlahan terbuka dan menampakan sesosok pria paruh baya dengan kemeja berwarna putih yang sangat kontras dengan warna mobilnya.

"Paklik Nano!" panggil Alya.

"Hai Alya.." balas Nano.

Pria paruh baya itu berjalan menghampiri mereka.

"Assalamu'alaikum mba.." sapa Nano pada Indah.

"Waalaikumsalam.." jawab Indah.

"Wow kayaknya kita kedatangan tamu baru nih.." ujar Nano sambil melihat arah Kirana.

Pedang Pora (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang