7🔸TRADISI

2.7K 117 0
                                    

Pagi-pagi sekali keluarga Kirana sudah bersiap untuk sholat idul fitri bersama di lapangan dekat rumah mereka. Jam menunjukun pukul 05.00, setelah sholat shubuh dan sedikit sarapan kemudian berwudhu lagi, mereka berangkat dengan berjalan kaki menuju lapangan.

Masih terbilang gasik karena baru sedikit orang yang datang. Mereka sengaja berangkat gasik agaar mendapat tempat di depan. Hans bersama Aan dan Reza menuju shaf putra, sementara Anna dan Kirana di shaf putri.

Takbir masih berkumandang.

"Allahuakbar.. Allahuakbar.. Allahuakbar.. Lailahailallahuallahuakbar.. Allahuakbar walillahilham.."

Hingga sekitar pukul 06.00 sholat idul fitri dimulai. Dilaksanakan dengan tertib dan hikmad.

Selesai sholat dan selesai mendengarkan khutbah, mereka meninggalkan lapangan tak lupa saling bersalaman dan meminta maaf satu sama lain.

Sesampainya di rumah, seperti biasa dilaksanakan sungkeman dalam anggota keluarga, di mulai dari yang paling tua hingga yang termuda.

Anna maju, menghampiri Hans dan langsung berjongkok dengan tangan ditelungkupkan di hadapan Hans yang sedang duduk, meminta maaf kepada suaminya atas segala kesalahan yang telah ia buat. Air mata tak terhindarkan dari mata Anna.

Selanjutnya Kirana maju, anak gadis Hans yang sudah beranjak dewasa juga melakukan apa yang Anna lakukan. Kirana sungkem ke papahnya, meminta maaf dan berterimakasih atas segala hal yang telah Hans berikan. Hans juga mendoakan yang terbaik untuk Kirana.

Disusul oleh Aan dan Reza, kedua anak laki-laki Hans juga melakukan hal yang sama seperti kakaknya, Kirana. Mereka meminta maaf dan berterimakasih, tak luput doa-doa dari Hans juga untuk mereka.

Tidak hanya ke Hans, namun ke Anna juga. Kirana, Aan, dan Reza juga melaksanakan sungkem ke Anna, sama seperti yang diucapkan kepada Hans. Ibu yang telah merawat mereka semua. Walaupun Anna bukan ibu kandung Kirana dan Reza, beliau tetap mereka anggap sebagai mamahnya.

Kemudian dilanjutkan ketiga kakak beradik itu yang bersalaman dan saling meminta maaf.

"Kak Kirana, kakakku yang paling cantik tak ada tandingannya, adikmu yang ganteng ini minta maaf ya.. minal aidzin wal faidzin.. mohon maaf lahir batin.. angpau-in, angpau-in.." kata Aan sambil menyalami Kirana disertai kekehannya.

"Iya, Kakak juga minta maaf ya.. jangan nakal lagi, akur akur sama Reza noh.." jawab Kirana.

"Ciappp" balas Aan sambil menghormat.

"Kak Kirana, kakakku yang paling baik hatinya, yang paling pengertian sama adiknya, Adek minta maaf ya, Kak.. maaf selama ini selalu ngrepotin Kakak, padahal Kakak udah sibuk sama kegiatan kakak.." ucap Reza.

Kirana mengelus kepala Reza, "Iya.. Kakak juga minta maaf suka sibuk sendiri.. Yang rajin ya belajarnya.."

"Sipp" balas Reza sambil menunjukan dua jempol tangannya.

Setelah acara sungkem dan minta maaf, mereka makan bersama di meja makan. Menikmati nikmatnya hari kemenangan dengan makan enak. Ada kupat, opor ayam, ayam goreng, sate ayam, oseng jamur, cah kangkung, kerupuk, dan yang paling penting... sambel.

Masakan yang Anna dan Kirana buat ternyata laku keras, Hans, Aan, dan Reza makan dengan lahap, bahkan mereka semua sempat nambah saking laper atau doyannya.

"Wuihhh mantap, Mah, Kak.. Enak tenan.." komentar Aan.

"Iya.. tumben kak Kiran ngga ngacau di dapur.." ledek Reza kemudian tertawa, diikuti oleh Hans, Aan dan Anna yang juga ikut tertawa.

"Ihh, ketawa semua, ngga ada yang mbela aku nih?" ucap Kirana yang pura-pura ngambek.

"Udah udah.. Kakaknya jangan diledekin terus, habisin makanannya ya.. Habis itu kita ke kuburan." Ucap Anna menengahi.

Sesuai rencana, mereka pergi ke kuburan untuk berkirim doa kepada keluarga yang sudah mendahului menghadap sang kuasa.

Karena belum membeli bunga untuk menyekar, maka mereka membelinya saat berjalan ke kuburan. Mereka menggunakan mobil, agar akomodasinya lebih mudah. Saat melihat penjual bunga untuk menyekar, Hans menghentikan mobilnya lalu Ana keluar untuk membeli beberapa.

"tumbas kembange sekawan nggih mbah.." ucap Anna pada penjual bunga yang sudah renta itu.

"kalih dasa ewu, Bu." Ucap penjual itu pada Anna sambil menyerahkan bingkisan berisi empat paket bunga tabur.

Anna memberikan uang bernominal 20.000 kepada penjual itu.

"maturnuwun mbah.." ucap Anna lalu kembali masuk ke dalam mobil.

Sesampainya di kuburan, pertama adalah mendatangi makam ibu kandung Kirana dan Reza, istri pertama Hans. Hal ini sudah bisa diterima oleh Anna dan Aan. Mereka ber-lima berjongkok mengintari makam Sarah lalu memanjatkan doa bersama dipimpin Hans.

"Kirana, Reza, tabur bunganya.." ucap Hans dan langsung dilaksanakan oleh Kirana serta Reza, mereka menabur bunga di atas makam Sarah sambil bersholawat nabi.

Selanjutnya adalah makam bapaknya Hans atau kakek Kirana, lalu kakeknya Hans atau buyutnya Kirana dan Reza.

Setelah selesai, mereka lanjut ke pemakaman berikutnya yang lebih jauh dari sebelumnya, terletak di pedesaan dan harus naik mobil lagi untuk pergi ke sana. Giliran selanjutnya adalah makan bapak dari Anna atau kakeknya Aan. Mereka melakukan hal yang sama, mendoakan lalu menaburkan bunga.

Keluar dari pemakaman mereka kembali menuju mobil untuk melakukan tradisi selanjutnya, yaitu mengunjungi para kerabat untuk bermaaf-maafan.

Pertama, rumah ibu dari Anna yang jaraknya dekat. Seperti sebelumnya, mereka melaksanakan sungkem kepada semua anggota keluarga yang telah berkumpul.

"Bayuuuu, kumaha damang?" tanya Reza pada Bayu, sepupu Aan yang berasal dari Bandung.

"Stay cool, man." Jawab Bayu yang tidak membalas dengan bahasa sundanya.

"Yee ditanya sunda, munculnya bule." Ledek Reza kemudian terkekeh.

Keluarga dari pihak Anna dan Aan, dan sudah Kirana dan Reza anggap seperti keluarganya sendiri. Ramai, namun harmonis. Suasana damai orang desa memang menyenangkan.

Setelah sungkem dan bersalaman dengan anggota keluarga, lanjut ke tetangga terdekat. Kirana dan Reza yang juga sudah mengenal tetangga di sini juga ikut keliling bermaaf-maafan. Setelah selesai, lanjut ke tempat berikutnya.

Kedua, ke rumah ibu dari Hans. Rumah ini sudah biasa dijadikan pusat berkumpul saat hari raya idul fitri oleh Hans dan saudara saudarinya untuk mengunjungi ibu mereka yang sudah renta namun masih bisa beraktifitas seperti biasa.

Rumah besar ini ditinggali adik bungsu Hans beserta keluarganya dan ibunya, sehingga cukup terawat. Kini kelima kakak beradik Hans beserta keluarganya, anaknya, cucunya sedang melaksanakan sungkem kepada ibu atau nenek atau buyut mereka. Lulu, adik Hans yang pintar memasak sudah menyiapkan makan siang yang besar yang siap santap.

Sikat!!!

Selesai makan siang, mereka baru berkelana lagi mengunjungi tetangga yang tinggal di daerah ini. Bagaimanapun juga ini adalah kampung halaman Hans, masa kecil Hans, Kirana dan Reza juga ada di sini.

Ketiga, rumah orang tua (alm) Sarah, ibu kandung Kirana dan Reza. Anna dan Aan juga ikut mengunjungi dan bermaaf-maafan dengan mereka. Ada saudara-saudara Sarah yang beserta anak dan keluarganya juga. Membuat hari raya kali ini terkesan ramai dan tidak sepi.

Setelah dirasa cukup bersilaturahmi dan mengunjungi rumah sanak saudara, Hans, Anna, Kirana, Aan dan Reza kembali pulang ke rumah mereka untuk beristirahat karena hari telah sore dan mereka merasa lelah karena sudah berkeliling ke berbagai tempat.

Lelah, namun bahagia.

***
To be continue.
Tradisi keluarga tercinta, kalian kayak gitu juga ngga?
See u next part bareng keluarga Arya beserta kejutan lainnya.
Vomment nya ya😘

(Rabu, 06 Des 2017)
[Revisi 25/12/17]

Pedang Pora (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang