-Cerita ini hanyalah fiktif belaka.-
Let's enjoy this story!
Hope you like it!
----------------------------------------------
Friska masuk ke kamarku tanpa mengetuk lebih dulu. Dia langsung mengotak ngatik laptopku yang ada di meja belajar.
"Hei! hei! Apa apaan ini?"protesku. Aku mengeringkan rambutku yang masih basah dengan handuk.
Friska melirikku sekilas kemudian kembali melanjutkan kegiatannya mengetik sesuatu di laptop.
Aku mengguncang bahunya keras sambil menarik tangannya agar keluar dari kamarku.
"Isshh...kamu ganggu aja deh!" katanya. Dia mengaitkan lengannya di sekitar meja agar aku tidak bisa menariknya keluar.
"Kamu yang ganggu! Aku baru siap mandi, kamu udah langsung main nyelonong aja!"
"Oke, oke. Maaf. Aku pinjem laptop kamu sebentar ya?"
Aku menggeleng. "Gak! udah masuk sembarangan, mau minjem lagi! Kamu 'kan punya laptop sendiri, ngapain mesti minjem sih?"
"Laptop aku lagi diperbaikin. Ada yang rusak bagian dalamnya. Jadi, aku boleh 'kan minjem?" Friska menatapku dengan pandangan memelas.
Aku menghela napas panjang sebelum mengangguk. Friska tersenyum senang. "Thanks!" ucapnya dan dia kembali mengetik.
"Ada apaan sih?" tanyaku. Aku menghampirinya dan menatap layar laptop dengan penasaran. Aku melihat tulisan ' One Direction's tour 2015'. Oh, One Direction.
"Ini loh...aku lagi nyari tiket buat liat One Direction tampil."
"Ohh...Apa untungnya sih kalo bisa liat One Direction?" ucapku sakarstik. Friska menatapku sebal. "Yee...ni anak! Masa gak tau OneD sih?"
"Aku tau. Cuma aku bingung. Kenapa gadis remaja seperti kalian membuang buang waktu hanya untuk menonton sekelompok cowok yang menari nari gak jelas? Mending kalian menghabiskan waktu dengan melakukan sesuatu yang berguna. Seperti baca novel misalnya?"
"Baca novel aja terus! Baca novel itu sangat membosankan. Dan One Direction itu gak nari nari gak jelas gitu, tau! Mereka tuh nyanyi!"sewot Friska.
"Pake tarian kan?" Friska mendengus sebal, "Gak loh..."
"Oh yeah?" aku menaikkan alis menatap Friska. "Yeah!"jawabnya yakin. Aku hanya mengedikkan bahu seraya berjalan keluar kamar. Aku butuh mengisi perut. Memakan cemilan sambil meminum soda sepertinya ide yang bagus.
"Lucy!" Friska memanggilku sebelum aku mencapai tangga yang menghubungkan antara lantai satu dan lantai dua rumah kami.
"Ishh!!Apaan lagi sih?"bentakku kesal. Friska menarik tanganku kembali ke kamar. Aku meronta ronta.
"Sttt!!!" Friska menaruh jari telunjuk di bibirnya. Aku menggeram. "Cepetan! Aku gak mau buang buang waktu untuk dengar omong kosong darimu!"
"stt!! Ingat! Ini hanya rahasia kita berdua!" Dia mengunci pintu kamarku. Aku menatapnya tanpa eksperesi.
"Oke. Jadi gini...mmm...mm.."Friska menggantung kata katanya. "Aduh..beneran dong! Aku mau ke supermarket nih!"aku berkacak pinggang.
Friska menghirup nafas dalam dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. Seperti susah saja untuk mengucapkannya.
"Aku dapet tiket konsernya One Direction!" jeritnya senang. Jeritannya sangat nyaring sehingga aku menutup kedua telingaku dengan tangan.
Siapa sih sekarang yang ribut? Aku atau dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost is Never Enough
Teen FictionAlmost is never enough. Geezz... Being a Directioner girl? No! I dont like them! However, why I could fall in love with one of them? Love at first sight? Nope I probably do not mean in the eyes Ok ooojookooioikiiiiibo2f c ojjbbp Opo oiooocbf0pxk...