More Than This

75 9 5
                                    

Hope you like it!

"Distance doesn't ruin people's relationship. You don't have to see someone everyday to be in love."

------------------------------------------------------------------------

Lucy's POV

"Pagi, Morse..."

Justin menghentikan kegiatannya yang sedang mengotak atik hpnya. Dia mendongak menatapku yang berdiri di sampingnya.

"Pagi, Lucy."

Aku mengerutkan kening mendengar nada suara Justin yang entah kenapa pagi ini terdengar aneh. Seperti nada suara dingin dan datar?Biasanya 'kan nada suaranya mengejek?

Aku mengabaikannya dan meletakkan tasku kemudian duduk di sampingnya. "Tumben, pagi pagi main hp."

Justin menoleh lagi dan menatapku sebentar, tapi tetap diam. Dia kembali menatap hpnya seolah aku hanya angin lalu yang mengganggunya saja.

"Hei, tumben kau diam, biasanya kau sangat cerewet seperti ibu ibu rempong dipasar."

Justin diam.

Aku semakin bingung karena sikap anehnya pagi ini.

"Hei, Morse."

Tidak ada tanggapan.

Aku berpikir, mencoba mencari topik pembicaraan lain yang bisa membuat Justin tertarik.

"Eh, Morse, kau pasti sekarang sudah tahu kalau aku tidak bohong tentang One Direction itu.

"Kau 'kan tidak percaya kalau aku memang ketemu sama mereka."

Justin menatapku dengan ekspresi datar, tapi masih diam.

"Kau saja yang keras kepala. Dasar!"

Justin masih diam.

"Dan sepertinya aku yang akan menang taruhan akhir bulan ini."

Justin mengangkat alis sebelah. "Oh?"

Aku mengangguk. "Ya. Pasti."

Justin hanya mengangguk acuh tak acuh kemudian menyimpan hpnya di saku dan menghela napas panjang.

***

Author's POV

Justin menghela napas panjang untuk kesekian kalinya sejak Lucy mulai mengoceh dipagi hari. Dia kelihatan sangat senang dan Justin tahu apa penyebabnya. Tapi, tak biasanya Lucy tak henti hentinya berbicara. Biasanya dia sangat pendiam dan dingin. Dia bahkan baru berbicara kalau Justin memprovokasinya. Justin menopang dagu menatap Lucy.

Lucy kemudian teringat sesuatu. "Hei, Morse, kemana saja kau semalam?Aku tidak melihatmu di sekitar taman."

Justin menghembuskan napas. Dia tidak mau Lucy mengungkit yang satu itu. "None of your Bussiness." Desisnya.

Lucy mengerutkan keningnya bingung. Tak biasanya Justin marah marah, atau bahkan bersikap dingin. Dan biasanya dia yang marah marah. "Aku 'kan hanya bertanya. Aku kira kau bersembunyi atau-"

Justin memotong. "Jangan pedulikan aku. Kau urus saja si keriting bodoh itu!"

Lucy yang bingung berubah menjadi kesal. "Hei! Kau tidak ada hak untuk menghina Harry! Kau pikir kau siapa?!"

Justin bangkit berdiri. "Kalau aku bukan siapa siapa, berhentilah menganggu di hidupku. Urus saja si Harry itu."

Lucy terdiam mendengar kata kata yang baru pertama kali didengarnya dari Justin. Matanya mengikuti gerakan Justin yang keluar dari kelas. Ada yang salah dengan sikap Justin. Dia tahu itu. Tapi, apa? Dan sebenarnya siapa yang mengganggu hidup siapa?Apa dia sedang PMS? Lucy mengangguk angguk. Mungkin iya.

Almost is Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang