Lets enjoy this story!
-----------------------------------------------
Sinar matahari masuk melalui celah gorden kamarku. Aku duduk perlahan di tempat tidur dan menguap.
Jam di nakas menunjukkan waktu 9 pagi. Selama itu yah aku tidur?
Memang efek liburan sekolah panjang jadi begini, tidur lama bangun juga berkali kali lipat lebih lama.
Aku meregangkan tubuh sebelum bangkit dari tempat tidur.
Tapi sebelum aku sempat berjarak 2 langkah dari tempat tidur, aku kembali menjatuhkan tubuhku di tempat tidur. Merasakan perasaan tidak rela bila meninggalkannya.
Kebiasaan kalau baru bangun tidur. Biasanya kalau pagi pagi gravitasi di tempat tidurku 10 kali lebih kuat dan menarikku untuk kembali tidur.
Akhirnya 1 jam kedepan kuhabiskan untuk tidur lagi dan aku baru bisamelepaskan diri dari tempat tidur jam 10. Setelah itu aku gosok gigi dan cuci muka. Aku mengganti piyamaku dengan celana jeans selutut dan kaos oblong kebesaran.
"Pagi, Mom," sapaku ke Mom yang sedang menyiapkan makanan. Mom tersenyum kemudian meletakkan sepiring nasi goreng dan jus jeruk di hadapanku. Aku segera menarik kursi, duduk, berdoa, dan menyantap nasi gorengnya sampai tak bertulang. (A/N : maafkan bahasanya yang absurd atau hampir menyentuh kata freak. Tapi, ingatlah! bahwa segala sesuatu didunia ini tidak ada yang mustahil. Percayalah! Waspadalah! Oke oke aku akan kembali...bye-bye!#muahh)
Lalu meneguk jus jerukku dengan rakus.
"Pelan pelan minumnya, Lui."peringat Mom sambil kembali memasak. Aku mengangguk sok paham.
Tiba tiba ada seseorang yang memukul punggungku. Aww!!
Aku meringis dan membalikkan badan. Ethan. Adik laki laki yang paling menyebalkan di seluruh penjuru dunia. "Yoouuuu!!!"tanganku melayang dengan bebas dan mendarat dengan indah di kepala Ethan. Rasakan itu, Adik Kecil!
"Aduh!!"dia mengaduh sakit sembari mengusap kepalanya. Aku tersenyum sinis kemudian berjalan menuju kulkas. Aku berniat menghabiskan siang dengan makan cemilan yang kubeli semalam dikamar sambil nonton TV. Great idea!
Aku memasukkan kepingan coklat ke mulutku sambil terus menatap TV. Suara yang keluar dari film membuatku menatap lekat ke layar TV. Seru! Ketegangan mulai tampak.
Aku sedang menonton film yang khusus buat film action yang keren keren itu. Ya, Barbie and the pink shoes! Aku tahu ini kekanakkan tapi percayalah bahwa setelah aku menghabiskan seluruh stamina ditubuhku untuk mencari film keren, aku hanya dapat film ini. Sialan memang. Tapi tak apalah. Cincailah. Daripada tidak ada. Seperti kata pepatah "Janganlah mencuri perhatian lawan jenismu" eh, salah. Ini yang benar "Jika tidak ada batang, toge pun jadi" ( refrensi ini tidak terpercaya. Tai percaya saja.)
Aku merasakan ada seseorang duduk di karpet di sebelahku. Aku menoleh ke samping dan mendapati muka bantal Friska yang dapat membuat umurku berkurang 10 menit di tambah 15 menit di kurang 20 hari. Sudahlah, lupakan!
"Nonton apa kamu, Cy?"tanya Friska. "The Hunger Games."jawaku asal. Friska langsung membuka matanya yang sedari tadi terpejam tapi tangannya masih tetap aktif memasukkan semua kepingan coklat milikku ke dalam mulutnya. Basi memang!
Dia menatap layar TV, melotot. "Apa apaan ini?! Ini sih namanya Barbie and the crazy donkey!"
"Barbie and the pink shoes!"kataku memperbaiki. "Yayaya. Teerserah!"dia menguyah.
"Jadi, kakakku yang cantiknya mirip keledai baru disembelih, sekarang ceritakan alasanmu masuk sembarangan ke kamarku!"
Friska menggeleng. "Aku gak mau dikamar. Bahaya." Aku tau maksud dari bahaya ini apa. Bahaya nya adalah tempat tidur. Kalau tadi aku katakan bahwa tempat tidurku memiliki gravitasi 10 kali lebih kuat di pagi hari, maka tempat tidur Friska lebih parah. 20 kali lebih dari gravitasi tempat tidurku. Kalau Friska tidak dapat menahan iman, sudah dipastikan bahwa sampai malampun dia tidak akan bangun.
Aku menggumam tidak jelas membalas ucapannya. Kemudian suara telfon Friska berdering.
"Ya, hallo?"kata Friska ketika mengangkat telfonnya. Setelah berbicara beberapa menit di luar kamar, friska akhirnya kembali masuk dengan wajah sumringah.
"Kenapa, Prit?"tanyaku. Sedikit geli melihat ekspresinya.
"Konser One Direction gak batal, tapi ditunda."
Aku menghela napas bosan. "Aku udah tau kali, Prit."
Frsika menatapku bingung. "Tau darimana?"seketika itu juga aku merutuki kebodohanku. Tidak mungkin 'kan kalau aku memberitahu Friska bahwa semalam aku bersama dengan Niall dan Harry. Bisa mati berdiri dia!
"Insting."Friska mendengus. "Insting, insting! Kepalamu insting!
"Masih mending, Prit. Daripada kepalamu sinting? Mendingan mana?"
"Ah, udah, ah! Males berdebat ama kamu."Friska duduk disampingku. "jadi, kapan mau diadain lagi?"
"Besok malem."jawab Friska.
Aku merasakan perasaan senang karena memikirkan aku bisa bertemu dengan Harry. Oh, Harry Styles!
Tapi, tunggu dulu...sepertinya ada yang aneh.
Kenapa aku bisa segitu senangnya hanya karena bisa bertemu dengan Harry?
Kenapa aku tidak bisa berhenti untuk deg degan ya, setiap memikirkannya?
Kenapa aku selalu senyum senyum sendiri kalau dengar suara dia dari musik di handphone Friska?
Ini, aneh...
What's wrong with my feelings?
***
Setelah aku memakai piyamaku, aku langsung terjun ke lokasi atau TKP. Yaitu tempat tidur. Aku melemaskan badanku dan bergelung diselimut.
Aku membayangkan besok aku bisa melihat wajah ganteng Harry lagi.
Aku tersenyum senang.
Deg deg an itu kembali.
Kupu kupu juga seakan berterbangan dari perutku. Aku mengeryit.
Satu pertanyaan yang masih ada dalam pikiranku yang masih babak belur.
What's wrong with my feelings?
***
Hai, hai! Sorry kalau pendek (memang itu tujuannya)
chapter ini hanya sebagai pemisah antara chapter konser dengan chapter sebelumnya, biar tidak terlalu cepat alurnya.
See you later ini next chapter!
Lup yu!
Love,
herslynson.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost is Never Enough
Fiksi RemajaAlmost is never enough. Geezz... Being a Directioner girl? No! I dont like them! However, why I could fall in love with one of them? Love at first sight? Nope I probably do not mean in the eyes Ok ooojookooioikiiiiibo2f c ojjbbp Opo oiooocbf0pxk...