Hope you like it!
"When the waves are flooding the shore and I Can't find my way home anymore. That's when i look at you."
----------------------------------------------
Lucy's POV
Tubuhku membeku ketika aku mendengar suara yang sangat kurindukan itu. Astaga...mungkin aku sudah terlalu banyak berimajinasi.
Tapi kemudian aku berbalik dan menemukannya. Tidak...tidak...tidak mungkin. Mungkin sekarang mataku sedang berkunang kunang sehingga aku berhalusinasi. Mungkin juga karena demamku yang belum turun dan rasanya aku ingin selalu tidur. Apakah aku sedang bermimpi?
Menemukannya yang sedang melambai ke arahku sambil tersenyum manis. Dia berjalan ke tempatku.
Tolong, aku harap mimpi ini bisa bertahan.
Harry sekarang sudah berdiri di depanku. Jantungku sepertinya kembali bereaksi.
Tuhan, kalau boleh, jangan bangunkan aku.
Mataku memandang wajahnya yang terlihat cerah dan senyumnya yang manis, menunjukkan lesung pipinya yang dalam.
Aku merindukannya.
Aku mengangkat tangan dan menyentuh wajahnya. Berharap ini nyata.
Tanganku mengelus pipinya. Rasanya seperti nyata sekali.
Tiba tiba aku menarik kembali tanganku. Aku tidak ingin tenggelam dalam mimpi dan ketika bangun, aku akan terjatuh. Aku tidak mau. Biarkan sajalah aku hanya melihat wajahnya dalam jarak dekat, tanpa menyentuhnya.
Sekarang aku merasakan sesak itu lagi.
Ya, Tuhan..
Aku sangat merindukannya. Sangat.
Harry yang lebih tinggi dariku, menundukkan kepalanya untuk melihatku. Dengan cepat dia menarikku ke dalam pelukannya.
Aku kembali membeku.
Harry memelukku. Dia memelukku sangat erat. Seakan tidak ada hari esok.
Aku merindukan pelukannya, Tuhan.
Kenapa aku harus seperti ini?!
Tangannya memeluk punggungku erat. Kepalanya berada di puncak kepalaku. Napasnya berhembus dengan pelan. Dia mencium puncak kepalaku berkali kali.
Tuhan, kumohon....jangan membuatku jatuh ketika aku bangun nanti.
Aku melingkarkan tanganku dipunggungnya. Memeluknya sangat erat.
Aku tidak akan melupakan mimpi ini. Tidak akan.
Aku akan mengingat setiap momen didalamnya.
"Lui..."bisiknya lembut. Dia mengelus rambutku.
"Harry..."
Dia tersenyum dan memengang kedua pipiku agar menghadap wajahnya. Aku menatap matanya yang kurindukan. "Hazza..."
"Aku kembali, Lui. Aku menepati janjiku."
Kau tidak menepatinya, Harry. Ini semua hanya mimpi. Imajinasiku. Aku masih menungggumu menepatinya Harry...
"T-tidak -kau tidak menepatinya..."bisikku degan tersendat sendat karena aku rasanya ingin berteriak dan menangis sekencang kencangnya.
Dia diam dan menatapku dengan sedih. Matanya sendu. "Lui...ini aku.."
Aku menggeleng dan melepaskan diri dari pelukannya. Aku berjalan mundur dan memandangnya dengan tatapan memohon. "Harry, tolong! I-ini..ini semua hanya mimpi! Aku tidak ingin bangun dan terjatuh ketika menerima kenyataan yang sebenarnya."isakku keluar. Aku menutupnya dengan sebelah tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost is Never Enough
Teen FictionAlmost is never enough. Geezz... Being a Directioner girl? No! I dont like them! However, why I could fall in love with one of them? Love at first sight? Nope I probably do not mean in the eyes Ok ooojookooioikiiiiibo2f c ojjbbp Opo oiooocbf0pxk...