It's too Late

41 10 2
                                    

Recomended song : Fools Gold – One direction

Hope you like it!

Quotes for this chapter :

"Live Life for the moment because everything else is uncertain..."- Louis Tomlinson.

---------------------------------------

Lucy's POV

Seharusnya ku sudah bisa menduganya sejak awal. Seharusnya aku sudah memperkirakannya sebelum menyetujui taruhan bodoh itu. Aku bodoh. Seharusnya aku tidak ikut. Hah, tapi apa gunanya menyesal? Sudah terlambat. Harry sudah mengetahuinya. Dan mau tahu apa reaksinya? Selama aku menjelaskan semuanya dari akar permasalahan, taruhan bodoh itu, Harry memasang ekspresi dingin dan datar. Dan setelah aku selesai menjelaskan semuanya, Harry tetap diam kemudian berlalu pergi.

Anggota One direction lainnya dibuat kebingungan akan sikapnya.

"Ada apa dengan Harry?"tanya Zayn mewakili Niall, Louis, dan Liam. Aku hanya diam mematung, tidak menjawab. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Hancur sudah piknik siang yang menyenangkan ini. Semuanya jelas karena aku. Ya, aku. Aku memang bodoh.

Di kamarku aku hanya bisa memikirkan ulang semuanya. Masih menimbang nimbang bagaimana cara menyelesaikan permasalahan ini. Dan berpikir mengenai jalan keluar, aku sampai menghabiskan waktu 5 jam. Kadang kuselingi sambil main gitar, tidur tiduran, makan cemilan, atau menggambar. Tapi ternyata sia sia, karena tak satupun kutemukan jalan. Dan aku sangat lelah.. aku hanya butuh tidur dan melupakan semuanya. Tak peduli ini masih jam 5 sore.

Sambil bergelung di selimut, aku mendengarkan lagu Adele- Helo. Lama kelamaan aku merasakan mataku mulai berat dan kemudian jatuh tertidur.

Helo from the other side...

***

Pukul 02.00 pagi aku terbangun, dalam keadaan lapar, sedih, sengsara, semuanya campur aduk. Hilang sudah kantukku. Dan sekarang aku hanya butuh makan. Dengan segera aku beranjak menuju dapur dan mengambil makanan yang terisa di kulkas, spaghetti. Setelah makan aku memutuskan untuk mandi, biarpun ini masih pukul 2 pagi, karena aku merasa tubuhku lengket dan aku butuh penyegaran setelah semalaman belum mandi.

Rasanya semua permasalahan hilang sejenak ketika aku mandi. Benar benar segar, tapi setelah selesai, pikiranku kembali dipenuhi masalah yang sama. Dengan perlahan aku berjalanmenuju pintu balkon dan membukanya kemudian berdiri di depan balkon sambil memegang soda dingin. Berharap dari soda itu bisa mendinginkan otakku. Kalau bisa...

Angin berhembus pelan dan aku masih berdiri di balkon.

Tiba tiba aku mendapat sebuah ide yang sedari tadi tidak terpikirkan tapi akhirnya dapat juga ketika sedang melihat dan daun pohon yang berjatuhan. Dengan segera aku mengambil hpku dan menelfon Justin. Dia pasti belum tidur. Setelah nada dering yang kedua, barulah telfonnya diangkat.

"Halo?"tanya Justin dengan suara serak seperti orang baru bangun tidur. Hah?

"Hei, Morse. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu."kataku sambil meneguk soda.

"Mengatakan apa? Aku cinta padamu?Ini masih malam, dan belum lebaran monyet,"

"Diam! Aku tak sudi! Aku hanya ingin mengatakan bahwa kita kan sekarang pacaran,"aku dengan berat hati mengatakannya. Tapi kemudian aku menambahkan, "Karena taruhan bodoh itu."

"Nah, terus?"tanya Justin dengan nada malas.

"Pacaran itu 'kan tidak saling memaksa kehendak satu sama lain,"kataku pelan. "Jadi-"

Almost is Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang