Hope you'll like it!
-Thinking about a person after some time doesn't always has to mean that we miss them, thinking of them – that's sometimes called "moving on"-
--------------------------------------
Author's POV
"Dari mana saja kau?"tanya seorang wanita kepada anak laki lakinya yang baru saja pulang ke rumah. Anaknya menghela napas panjang kemudian menoleh ke arah mamanya.
"Tadi ada pesta di rumah teman, Mom."
Perempuan itu mendekati anaknya kemudian menepuk pundaknya pelan, "Kalau begitu, sekarang pergi ke kamarmu dan mandilah. Ibu akan membuat makan malam untuk kita berdua."
Sang anak tersernyum lalu mencium pipi ibunya cepat sebelum beranjak menjauh, "Baik, Mom."
"Oh ya... Mom lupa. Justin?"
Anaknya, Justin, kembali menoleh, "Ya?"
"Selama kau di luar tadi, banyak pesan masuk dari teman temanmu yang ada di indonesia. Luangkanlah waktumu untuk memeriksanya, manatau ada yang penting."
Justin mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya.
Sesampainya Justin di kamarnya, dia segera mengecek pesan pesan yang masuk terlebih dahulu. Dia tidak membaca banyak pesan karna dia hanya mencari pesan hanya dari seseorang. Setelah lama mencari, dia tidak menemukan satu pesanpun dari orang itu. Rasanya seperti ada yang kosong. Justin menghela napas, berniat mematikan hpnya sebelum matanya menangkap sebuah pesan yang nama pengirimnya terlihat asing.
Rossa
Justin, ini aku ibuya Lucy. Aku ingin memberitahukan padamu kabar buruk. Saat ini, Lucy sedang koma. Dia mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu di London. Sampai sekarang dia masih belum sadarkan diri. Aku harap, jika kau punya waktu, dapat datang ke sini. Mungkin dukungan dari orang orang terdekat Lucy, bisa membuatnya kembali siuman.
Salam hangat.
Selama membaca pesan itu, Justin merasa seluruh pandangannya mengabur, napasnya menjadi sesak. Ya Tuhan, Lucy kecelakaan! Justin merasa dirinya luruh saat itu juga, ketika dia kembali merasakan kesakitan itu lagi. Oh tuhan, dia tidak mau Lucy pergi. Dia tidak mau kehilangan Lucy. Justin mencoba berdiri tegak, tapi kakinya rasanya tidak mampu menahan beban tubuhnya. Pikirannya dipenuhi oleh Lucy dan berita buruk itu.
Tak berapa lama, terdengar suara ketokan di pintu kamarnya. Dari luar dia dapat mendengar ibunya memanggil namanya, tapi lidahnya kelu. Kemudian ibunya masuk dan terkejut melihat Justin yang berdiri, terlihat sangat terpukul. Dia segera menghampiri anaknya itu sambil menatapnya cemas,
"Ya Tuhan, Justin, ada apa? Apa yang terjadi?"
Justin menoleh ke arah ibunya. Matanya terlihat terluka ketika menjawab dengan suara pelan, "Mom, aku harus pergi."
Tatapan ibunya semakin cemas, "Justin, ada apa?"jarang dia melihat Justin seperti ini. Justin terlihat sangat patah hati.
Justin berusaha menetralkan napasnya,
"Lucy...Lucy kecelakaan."
***
Saat ini ruang rawat Lucy sedang ramai, karena baru saja tadi pagi, tiba –tiba, dia kembali siuman. Pada waktu itu yang sedang menjaga Lucy adalah seluruh anggota One Direction dan mereka kemudian dikejutkan ketika melihat jemari Lucy yang kembali bergerak. Dengan segera mereka memanggil petugas medis untuk memberitahukannya. Setelah beberapa waktu di cek oleh dokter, ternyata dokter mengatakan bahwa Lucy sudah kembali siuman. Mereka semua bersorak girang. Setelah penantian panjang, akhirnya doa mereka kembali dikabulkan. Mereka saling memeluk satu sama lain, menunjukkan perasaan bahagianya. Terutama Harry, dia bahkan menangis dan berulang kali mengucap syukur karena Tuhan masih memberikan Lucy kesempatan untuk hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost is Never Enough
Genç KurguAlmost is never enough. Geezz... Being a Directioner girl? No! I dont like them! However, why I could fall in love with one of them? Love at first sight? Nope I probably do not mean in the eyes Ok ooojookooioikiiiiibo2f c ojjbbp Opo oiooocbf0pxk...