Hope you like it!
---------------------------------------------------
Selesai menggosok gigi dan mencuci muka, aku segera berbaring di tempat tidur. Dengan sekali sentakan aku menarik selimut agar menutupi tubuhku dari leher hingga kaki.
Aku berbaring menyamping menghadap jendela kamarku yang kubiarkan terbuka supaya angin malam yang sejuk dapat masuk.
Sekarang sudah jam sebelas malam tapi aku belum bisa tidur. Mengantuk saja tidak.
Ini mungkin pengaruh dari film yang kutonton tadi bersama Friska, A walk to Remember. Film yang sad ending memang. Dan film itu sukses membuatku dan Friska menangis.
Entah karena pemeran wanitanya yang meninggal atau lainnya.
Tiba tiba lagu One Direction - Home terputar. Senyumku mengembang.
Itu pasti Harry.
Dengan segera aku mengambil hpku yang ada di meja kecil samping tempat tidur dan menempelkannya ke telinga.
"Hi, Harry!"kataku dengan semangat 45. Aku bersemangat karena ingin mendengar suaranya.
Harry tertawa dari sebrang. "Hi juga, Lucy!"sapanya tak kalah semangat.
"Bagaimana konsernya?Berjalan dengan lancar?"tanyaku.
"Lancar. Ini aku dan lainnya baru selesai latihan buat konser. Bagaimana kabarmu?"
Aku mengangguk tanpa sadar. "Baik kok."
"Syukurlah. Oh ya, kudengar besok kau masuk sekolah ya?"
Aku mendengus membayangkan besok adalah hari pertama aku akan bersekolah di sekolah baru dan juga tingkatan baru. "Emm...ya."
"Hei, kau kenapa?Kedengarannya kau seperti tidak bersemangat."
"Aku baik baik saja. Aku hanya tidak terlalu senang untuk masuk ke sekolah baru."kataku sambil memainkan gantungan kunci di handpone.
"Kenapa?Apa kau merasa gugup karena lingkungan sekolah yang baru?"
"Tidak. Aku hanya kurang suka jika harus beradaptasi lagi di sekolah yang baru. Aku pastinya akan merasa asing di sana."
"Lucy, mau tidak mau kau harus belajar untuk beradaptasi di lingkungan sekitarmu karena tidak selamanya kau akan berada di lingkungan yang sama."
"Ya, aku tahu Harry..."sahutku lesu.
"Lucy, cobalah untuk berteman dengan mereka. Aku yakin kau akan mendapatkan teman baik."
"Akan kucoba. Tapi jangan salahkan aku jika kadang aku akan bersikap sinis kepada mereka."
Harry tergelak. "Mungkin kau harus menghilangkan sikap sinismu itu."guraunya.
"Tidak mungkin. Ini sudah melekat dalam diriku sebagai bentuk penjagaan diri."bantahku.
"Iya juga sih. Pada saat pertama kali kita bertemu juga kau juga bersikap sinis kok."
Aku tersenyum. "Yah, itu kan untuk pertama kali dan tidak selamanya."
"Oke. Sekarang apakah kau tidak mengantuk?"
"Tidak. Sebenarnya sih belum. Aku masih ingin mendengar suaramu lebih lama."
"Kau selalu mengatakan itu ketika kita bertelefon."kata Harry.
Aku tertawa. "Iya juga sih. Tapi, itu memang benar kok."
"Okay, baiklah. Bagaimana kalau aku menyanyikan lagu untukmu agar kau tidur seperti setiap kali aku menelfonmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost is Never Enough
Teen FictionAlmost is never enough. Geezz... Being a Directioner girl? No! I dont like them! However, why I could fall in love with one of them? Love at first sight? Nope I probably do not mean in the eyes Ok ooojookooioikiiiiibo2f c ojjbbp Opo oiooocbf0pxk...