BAB 10

460 41 1
                                    

NURUL ATHIRAH merupakan ahli Sakura yang paling mengada-ngada . Mengada-ngada macam mana? Contohnya jika disuruh untuk membantu mengangkat barang , dia akan berikan macam-macam alasan . Dan yang paling teruk adalah tidak boleh bajunya kotor sedikit , mulalah mencarut . 

      Hari ini Athirah hanya melepak dengan Ameera . Wahida entah kemana . Tapi kalau ajak Ameera melepak bersama memang bosan . Bosan sebab apa? Sebab gadis tinggi lampai itu menganggap orang sekelilingnya seperti tidak wujud . Macam mana tu? Dia ajak melepak tetapi tangan dan mata melepak bersama phone . Serupa tak payah lepakkan? 

      " Meera . Aku bosanlah . " Athirah memulakan perbualan . 

      " Aku pun . " sepatah kita bercakap , sepatah aje dia balas . Omel Athirah .

      " Sabtu ni kau free tak? " tiba-tiba sahaja idea bernas datang bergolek-golek di dalam fikiran Athirah . 

      " Kita pergi Sunway Lagoon nak? " cepat aje Ameera mengangguk . 

      " Sediakan duit ajelah . Kita ajak Sakura sekalilah . " hilang senyuman dibibir munggil Athirah . Bukan tak setuju tetapi...

      " Mungkin yang lain boleh tapi aku terfikirkan tentang Wahi . Kau tahulah diakan susah . " Wahida adalah antara teman Sakura yang paling rapat dengan Athirah .

      Ameera speechless . Dia tidak terfikir langsung . Kasihan Wahida . " Kita belanja dia nak? Kita share duit . " idea bernas juga tu . 

      " Boleh je . Duit dalam tabung aku tu berlambak . Kau tak payah cakap , mama dengan papa kau aje yang sediakan . " senang cerita , Ameera tak pandai berdikari dalam bab kewangan . Apa yang dia tahu membazir . Tetapi dalam hidupnya tiada istilah ' membazir ' . 

      " Alah kau ni . Kadang-kadang aku guna jugak duit aku . " kadang-kadang aje . 

      " Tapi dia dapat ke pergi? Nak naik dengan siapa? " 

      " Mak aku bawaklah Exora tu . Muat apa Geng Sakura . Semua kurus-kurus . " Athirah ketawa kecil . Betul juga tu . 

      

SEMENTARA yang lain sedang bergembira , Wahida sedang berduka dan terseksa . Dia memandang kesan pukulan ayahnya di lengan dan kakinya . Pedih . Ungkapan paling sesuai untuk apa yang dirasai sekarang ini . Dia menangis sehingga lebam matanya . Pipinya sedikit lebam dek ditampar ayah . Sungguh orang tua itu tiada perasaan belas kasihan . 

      " Mana kau dapat duit beli baju tu? " soal ayah dengan matanya masih memandang beg plastik bercetak perkataan ' Padini ' .

      " Kawan Wahi belanja . " menipu orang tua yang berada dihadapannya sekarang ini sudah menjadi rutin hariannya . 

      " Kawan mana? " soal ayah lagi . 

      " Kawanlah . " mulut berani jawab tapi hati sedang risau . Jantungnya berdegup kencang . Dia takut dipukul . 

      " Oh , kawan . Berpeluk dengan jantan tu kawan? " peluh dingin membasahi dahi Wahida . Ayah nampak semuanya . 

      " Macam inilah... " ayah membuka ikatan tali pinggangnya lalu melibas belakang Wahida .

      " Aduh , sakit ayah! " keluhan Wahida tidak diendahkan malah dipukul lagi kuat . 

      " Berani eh kau sekarang! " Wahida berdiri dan terus dilempang ayahnya . Cecair pekat berwarna merah mengalir keluar dari lubang hidungnya . Air matanya merembes keluar . Dalam keadaan separuh sedar dia berlalu kedalam bilik . 

      Wahida pernah berniat mahu membunuh diri tetapi dia tahu itu adalah perkara yang dilaknat Allah . Dia membatalkan sahaja niatnya . Noah , Sakura , aku perlukan korang .  Dia menangis tanpa henti . Kasihan . 

DendamWhere stories live. Discover now