Part 1

11.1K 402 7
                                    

Haii disini aku share cerita Different bagi yang belum baca cerita ini aku juga udah share sebelumnya di Fanspage

Semoga kalian suka yah dan buat yang nungguin cerita After The Rain harap bersabar soalnya lagi belum dapat feel buat nulis


...

Setiap menjelang sore ketiga anak kecil yang berbeda usia ini selalu menghabiskan waktunya di taman bermain yang tak jauh dari rumah mereka. Seorang gadis kecil yang berumur enam tahun tampak ceria berlari-lari kesana kemari. Rambutnya yang dikuncir pun ikut bergoyang kesana kemari ketika ia berlari. Ia sangat suka bermain kejar-kejaran bersama salah satu sahabat laki-lakinya yang memiliki mata sipit dan kulit putihnya. Sedangkan satu anak laki-laki lagi, sedang menggali lubang yang terletak di dekat pohon. Gadis kecil itu bernama (namakamu) Aurellya Evelin tubuhnya mungil, kulitnya putih bersih dan salah satu ciri khasnya ia mempunyai lesung pipit di wajahnya.

(Namakamu) menjulurkan lidahnya pada Aldi yang berlari di belakangnya.
"Cipit jelek!! cipit payah!!."

Aldi atau nama lengkapnya Alvaro Maldini adalah sahabat (namakamu) yang umurnya dua tahun di atas gadis itu. (namakamu) selalu menjelekkan Aldi dengan kata 'Cipit' memang kenyataan, kalau Aldi memiliki mata yang kecil. Satunya lagi, sahabat (namakamu) bernama Iqbaal Dhiafakhri, anak laki-laki ini yang paling tua diantara ketiganya karena Iqbaal sudah menginjak umur sepuluh tahun.

"Awas yah kamu (nam)!! Kalau aku tangkap gak aku kasih ampun!"

Aldi makin mempercepat laju larinya. Itu membuat (namakamu) makin takut ditangkap Aldi. Gadis kecil ini mengitari pohon yang ada di taman ia terus berlari hingga tidak sadar dengan batu yang menancap di depannya.

Bruk!!!

(Namakamu) terjatuh dengan posisi mengenaskan. Ia tersandung kakinya terasa sakit apalagi batu itu cukup besar. Lutut (namakamu) mengeluarkan darah segar karena lututnya langsung tergesek oleh aspal trotoar taman.

"(Namakamu)!! " teriak Iqbaal. Ia langsung berlari ke arah (namakamu) membuang kayu yang ia gunakan tadi untuk menggali tanah. Iqbaal mengangkat tubuh mungil gadis kecil itu. Matanya menatap Aldi dengan tatapan tajam.

"Aldi!! Kamu itu tidak pernah dengar apa kata kakak! Sudah berapa kali kamu buat (namakamu) begini!!" Suara Iqbaal meninggi membuat nyali Aldi menciut untuk sekedar melihat kakaknya. Tanpa berlama-lama lagi Iqbaal membawa (namakamu) di bangku taman. Mendudukkan gadis kecil itu yang sedari tadi menangis merasakan perih yang ada di lututnya.

Iqbaal merobek baju yang ia kenakan karena jarak warung di sekitar taman agak jauh untuk membeli sebuah plester. Daripada lutut (namakamu) terus mengeluarkan darah lebih baik Iqbaal mengorbankan bajunya untuk memberhentikan darah yang terus mengalir dari lutut (namakamu). Ia juga tidak tega melihat (namakamu) menangis. Secara hati-hati Iqbaal menempelkan kain sobek itu lalu membalutnya dengan pelan. Namun sepertinya tangis gadis itu makin kencang.

"(Nam).. Ma- aaf " ucap Aldi sudah berada disamping (namakamu) yang masih berderai air mata. Tangan mungil Aldi terangkat menghapus air mata (namakamu) yang tak kunjung berhenti.

"Kamu memang selalu buat (namakamu) seperti ini!! Kamu itu seharusnya menjaganya Aldi!! Bukan membuat dia terluka!!" mata Iqbaal terlihat berapi-api menatap wajah Aldi. Baru kali ini Iqbaal semarah ini dan itu membuat Aldi takut. Aldi bahkan tidak berani bersuara lagi karena mungkin benar apa kata kakaknya ia selalu membuat (namakamu) terluka.

Mendengar Iqbaal memarahi Aldi, perlahan tangis (namakamu) terhenti. Wajahnya terlihat sembab dan hidung mancungnya memerah.

"Di, tidak salah Baal" suara (namakamu) terdengar serak karena efek tangisannya. Melihat rambut (namakamu) terlihat basah dan berantakan, Iqbaal segera merapikan anak rambut (namakamu) lalu jemarinya mengusap sisa-sisa air mata (namakamu).

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang