4 - First Song (Leo)

506 40 16
                                    

"Kapan jam pelajaran berakhir, sih?" Suara bisikan itu membuat Ahn Nara menoleh. Dilihatnya Go Yoona, teman sebangkunya, merengut dan mengomel tanpa suara atau Han-seonsaengnim akan mengomelinya.

Nara mengangkat bahunya, memberi isyarat kalau ia sendiri tidak tahu dan sudah bosan. Sama seperti Yoona, ia ingin kelas cepat berakhir sehingga ia bisa pergi ke ruang klub.

Pelajaran Fisika di kelas yang diajar oleh Han-seonsaengnim bisa dibilang cukup membuat bosan sebagian besar murid. Di bagian belakang kelas, tampak beberapa murid yang dihukum karena tertidur dan ngobrol saat pelajaran berlangsung. Sebenarnya, Nara sendiri juga sudah bosan. Ia hanya mencoret-coret bukunya agar ia tidak berakhir berdiri dengan satu kaki dan mengangkat kedua tangan seperti teman-temannya.

"Jung Taekwoon!"

Seruan Han-seonsaengnim membuat Nara kaget dan menjatuhkan bolpoinnya. Meskipun bukan namanya yang disebut, ia harus tetap waspada. Karena siapa tahu Han-seonsaengnim akan menunjuknya nanti.

Murid yang bernama Jung Taekwoon itu tampak santai dan tenang. Meskipun Han-seonsaengnim menjejali telinganya dengan berbagai macam pertanyaan tentang gelombang yang memusingkan, ia berhasil membuat Han-seonsaengnim puas dengan jawaban yang ia berikan. Hal itu tentu saja wajar, mengingat Taekwoon adalah salah satu peraih peringkat 5 persen teratas di sekolah tersebut.

"Ahn Nara, bagaimana cara mengerjakan soal ini?" Kali ini Han-seonsaengnim menunjuk Nara yang memandang lurus ke arahnya.

'Mampus aku,' batinnya. Ia berusaha menenangkan diri, meskipun sebenarnya di dalam hatinya ia sedang frustasi.

Dengan secuil keberanian, Nara maju ke depan. Belum sampai 2 meter dari papan tulis, ia merasa ada seseorang yang menjejalkan sebuah benda di tangannya. Ia tidak berani menoleh dan hanya mempercepat langkahnya.

Dengan sebatang kapur di tangan, ia bersiap menulis cara mengerjakan soal dengan 'benang menggulung' itu. Saat itulah ia ingat dengan benda di tangannya.

Sebuah kertas. Bukan kertas biasa, tapi ada cara pengerjaan sekaligus jawaban dari soal yang ada tepat di depan matanya.

'Terima kasih, Tuhan. Kau memberikanku kertas ini,' batin Nara. Ia langsung menyalin isi kertas tersebut dengan hati-hati, atau Han-seonsaengnim akan menghukumnya.

"Kertas apa itu?" tanya Han-seonsaengnim begitu Nara menyelesaikan soalnya.

"Ah, ini ...." Nara tampak berpikir keras. "Saya menulis pengerjaannya di kertas, ssaem," jawabnya sambil meringis.

"Coba saya lihat," ucap Han-seonsangnim. Ia mengambil kertas itu dari tangan Nara dan membacanya dengan teliti.

"Hebat! Cara pengerjaannya sangat rinci dan bahkan saya belum mengajarkan soal seperti ini," pujinya. Nara tersenyum tipis, ia merasa senang sekaligus jengkel.

'Jadi, soal ini belum diajarkan? Pantas saja aku merasa belum pernah mempelajarinya,' gerutunya dalam hati.

Nara akhirnya diperbolehkan duduk setelah Han-seonsaengnim memujinya. Ia merasa hal tersebut berlebihan, mengingat ia hanya menyalin apa yang ditulis di kertas itu.

Begitu ia menempatkan dirinya di bangku, ia baru sadar. Siapa yang memberinya kertas tadi?

Saat Han-seonsaengnim tampak sibuk dengan dunia gelombang beliau, Taekwoon menoleh sedikit ke arahnya. Tanpa senyum sedikitpun.

Jangan-jangan Jung Taekwoon?

*

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh Nara datang juga. Bel sekolah berbunyi tepat saat tingkat kebosanannya berada di puncak. Dengan riang, ia berjalan ke ruang klub musik, klub yang ia jalani sejak ia menginjakkan kaki di sekolahnya itu.

VIXXTIONS (VIXX's Fictions) [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang